Langkah Awal Membuka Tabir Misteri Zika

- Editor

Senin, 7 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berbagai pertanyaan tentang virus zika yang mewabah di Amerika Latin beberapa waktu lalu belum terjawab. Terlalu sedikit informasi yang diketahui para ilmuwan dunia. Pertanyaan terbesar ialah, apa benar infeksi virus dari kelompok Flavivirus itu pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir berkepala kecil atau mikrosefalus?

Belum lama ini, tim peneliti dari Johns Hopkins University, Florida State University, dan Emory University menemukan fakta, virus zika bisa menginfeksi sel otak yang berperan pada perkembangan otak. Riset dilakukan skala laboratorium dan hasilnya dipublikasikan di jurnal Cell Stem Cell, 4 Maret 2016.

Meski belum menjawab pertanyaan, benarkah infeksi zika memicu mikrosefalus pada bayi, riset itu berhasil mengungkap di mana dan cara zika merusak otak. “Ini langkah awal. Masih banyak yang harus dilakukan,” ucap Hongjun Song, Guru Besar Neurologi dari Johns Hopkins University (JHU) School of Medicine kepada livescience.com, Jumat (4/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam riset itu, sel otak yang diambil dari sel punca manusia dibunuh atau diganggu perkembangannya oleh zika. Virus itu bisa menginfeksi 90 persen sel sampel. Hampir sepertiga sel mati dan perkembangan sisanya terganggu. Dalam perkembangan otak sesungguhnya, efek dari infeksi zika itu bisa lebih parah. Meski begitu, peneliti tak tahu cara sel otak melawan zika.

Dalam wabah zika di Amerika Latin, lebih dari 4.800 bayi diduga lahir dengan kepala kecil atau mikrosefalus di Brasil. Virus zika yang merebak diduga terkait erat dengan mikrosefalus meskipun belum ada bukti riset yang memastikan ini.

Dalam sejumlah laporan tentang infeksi zika pada janin menunjukkan, meski area otak tertentu berkembang normal, mayoritas struktur lapisan luar otak (korteks) rusak. Karena itu, dari hasil riset awal ini, lanjut Guru Besar Neurologi dari JHU School of Medicine, Guo-li Ming, muncul pertanyaan, apa virus zika khusus menyerang sel saraf yang berperan untuk pekembangan korteks.

“Penelitian ini menunjukkan, sel saraf otak rapuh terhadap infeksi zika. Ini menjadi langkah awal menguak kaitan zika dengan mikrosefalus,” kata Ming.

Mencegah infeksi
Bagi profesor neurologi dari Hofstra Northwell School of Medicine, New York, Joel Stern, riset awal itu bisa menunjukkan mekanisme virus zika bekerja menginfeksi sel tertentu. Jadi, ilmuwan bisa menciptakan formula agar virus tak menginfeksi bagian lain dalam otak.

Sejumlah pihak memperkirakan, seiring waktu, akan lebih banyak bukti ilmiah mencoba menjelaskan kaitan zika dengan mikrosefalus atau penyakit lain. Misalnya, hasil riset di The Institut Pasteur Perancis yang telah dipublikasikan di The Lancet,29 Februari 2016.

Riset itu dilakukan terhadap pasien yang kena sindrom Guillain-Barre pada The Centre Hospitalier de Polynesie Francaise di Papeete, Tahiti. Hasilnya, infeksi zika memicu sindrom Guillain-Barre. Sindrom itu menyebabkan otot lemah dan pada kasus berat terjadi gangguan pernapasan yang butuh perawatan intensif.

Upaya menggali informasi tentang infeksi zika lewat riset berjalan seiring upaya menciptakan vaksin yang bisa mencegah infeksi zika. Selain perusahaan asal India, Bharat Biotech di Hyderabad, The National Institute of Allergy and Infectious Disease, Amerika Serikat, juga mengembangkan vaksin zika.

Para ilmuwan sadar, pengembangan vaksin butuh waktu lama. Dengan teknologi mutakhir, hal itu bisa dipercepat. Seperti dikutip BBC, Anthony Fauci, Direktur The National Institute of Allergy and Infectious Disease, menyampaikan, uji klinis fase satu diperkirakan mulai pada September 2016.

Menurut Deputi Direktur The National Institute of Health Vaccine Research Center Barney Graham, tantangan membuat vaksin zika ialah sedikit informasi zika yang dimiliki. Namun, zika termasuk golongan Flavivirus. “Kami punya banyak informasi Flavivirus,” ujarnya.

Hingga kini, para peneliti kesehatan di banyak negara terus berupaya mendapat informasi tentang infeksi zika untuk menjawab berbagai pertanyaan besar selama ini.(ADHITYA RAMADHAN)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Maret 2016, di halaman 12 dengan judul “Langkah Awal Membuka Tabir Misteri Zika”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB