Transportasi sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat dewasa ini. Penggunaan alat transportasi sudah tidak mengenal jam. Dari pagi hingga malam, di kota-kota besar, kendaraan terus lalu lalang di jalan raya. Kondisi demikian menimbulkan efek samping, yaitu polusi udara akibat asap pembuangan kendaraan bermotor.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2010, dari populasi DKI Jakarta yang mencapai 9.607.787 orang, sebanyak 57,8 persen mengalami penyakit akibat polusi udara. Riset menunjukkan, 70 persen pencemaran di kota disumbangkan oleh sektor transportasi. Dari emisi di sektor transportasi, 90 persen berasal dari transportasi darat.
KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA–Berbagai kendaraan bertenaga listrik ditampilkan dalam rangkaian acara bertajuk “Potential of Electric Vehicle as an Alternative Mobility Solution”, Sabtu (5/3/2016), di kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Polusi sektor transportasi melatarbelakangi forum diskusi bertema “Potential of Electric Vehicle as an Alternative Mobility Solution” di kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Sabtu (5/3/2016). Forum mendiskusikan potensi kendaraan listrik untuk menjadi alternatif solusi bagi kota-kota dalam menurunkan emisi karbon dari sektor transportasi.
Diskusi yang diselenggarakan MarkPlus Center for Transportation and Logistics menghadirkan pembicara Kepala Subdirektorat Uji Berkala Kendaraan Bermotor Kementerian Perhubungan Yusuf Nugroho, Ketua Program Pascasarjana Sosiologi FISIP UI Raphaella Dewantari Dwianto, dan Chairman Honda Motor Co Ltd Fumihiko Ike.
KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA–Sepeda motor bertenaga listrik ditampilkan dalam rangkaian acara bertajuk “Potential of Electric Vehicle as an Alternative Mobility Solution”, Sabtu (5/3/2016), di kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat.
Sebagai panelis diskusi adalah Dekan Fakultas Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada Prof Panut Mulyono, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Darat dan Perkeretaapian Kemenhub Sigit Irfansyah, Direktur Pengelolaan Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dasrul Chaniago, serta anggota Dewan Energi Nasional Prof Rinaldy Dalimi.
Yusuf Nogroho mengatakan, meningkatnya kebutuhan masyarakat kota untuk bermobilitas meningkatkan dominasi transportasi darat. Sejak keluar rumah hingga saat pulang, pergerakan menggunakan transportasi darat. “Untuk menggunakan transportasi udara, pesawat, proses menuju bandara dan dari bandara ke tempat tujuan pun menggunakan kendaraan darat,” ujarnya.
Jumlah kendaraan di darat, yakni di jalan raya, terus meningkat sehingga memicu kemacetan. Mesin yang beroperasi ketika jalanan macet mengonsumsi bahan bakar minyak sehingga berkontribusi pada polusi udara.
Menurut Yusuf, pemerintah mendukung pengembangan kendaraan bertenaga listrik untuk transportasi darat. Namun, pengembangan sebaiknya diprioritaskan untuk moda transportasi publik. Ia mencontohkan kereta rel listrik (KRL) adalah bagian dari itu.
Raphaella juga mendorong peningkatan akses masyarakat pada moda transportasi massal. Ia berpendapat, moda yang cocok adalah yang menggunakan rel, seperti kereta dan trem. Kendaraan dengan rel menekan kemungkinan pengguna kendaraan pribadi menyerobot jalur transportasi massal sehingga semakin banyak pengguna kendaraan pribadi beralih ke moda transportasi massal.
J GALUH BIMANTARA
Sumber: Kompas Siang | 5 Maret 2016