Gerhana dan Gangguan Mata

- Editor

Rabu, 2 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gerhana matahari adalah suatu keadaan di mana Bulan terletak persis di antara Bumi dan Matahari. Seperti diketahui, negara kita cukup “beruntung” akan mengalami lagi gerhana matahari.

Tidak semua negara dapat melihat fenomena alam luar biasa ini. Bagi mereka yang besar tahun 1980-an, bulan depan adalah kesempatan kedua dan mungkin terakhir melihat ini mengingat siklus gerhana matahari total (GMT) sekitar 25 tahun sekali.

Ada banyak mitos tentang gerhana, tetapi tidak ada yang lebih memprihatinkan dari peristiwa GMT yang melintasi Pulau Jawa, Sabtu, 11 Juni 1983, ketika pemerintah memaksa rakyat berdiam dalam rumah dengan alasan cahaya gerhana matahari bisa membutakan mata. Betulkah?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Anatomi dan fungsi mata
Mata terdiri dari kelopak mata, kornea (lapisan terluar bola mata), iris (selaput pelangi), pupil (anak mata), lensa, dan retina (saraf mata). Manusia dapat melihat obyek apabila ada cahaya masuk melewati kornea, diteruskan ke pupil, difokuskan oleh lensa, dan diterima retina.

Retina adalah lapisan paling dalam yang berfungsi menerima cahaya dan mengantarkannya ke otak. Cahaya diolah sehingga membentuk bayangan. Retina bekerja seperti film di kamera. Zaman dulu, kalau kita membuka kamera yang masih terisi film di daerah terbuka, film akan terbakar dan tidak bisa dicetak. Retina kita pun akan “terbakar” jika terlalu banyak terpapar sinar.

Retina adalah bagian mata yang paling penting. Selama retina sehat, kita dapat mengoperasi untuk memperbaiki bagian mata lain yang rusak untuk menyelamatkan penglihatan. Sebaliknya, apabila retina rusak, walaupun bagian mata yang lain masih baik, penglihatan kita tidak akan normal lagi.

Mata tidak bisa menerima cahaya yang berlebihan. Jika ada sinar berlebihan, mata akan menyipit. Kelopak mata akan turun untuk mengurangi sinar yang masuk. Mekanisme selanjutnya, iris kita akan berkontraksi sehingga pupil mengecil. Ini juga mereduksi sinar yang masuk.

Retina terdiri dari miliaran sel-sel yang sensitif sinar, yang memungkinkan kita bisa melihat warna, bentuk, dan lain sebagainya. Namun, jika sinar (matahari) masuk berlebihan, retina akan mengeluarkan zat kimia yang dapat merusak sel-sel saraf di retina. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutaan permanen. Kerusakan mata akibat sinar matahari disebut solar retinopathy.

Solar retinopathy terjadi apabila kita menatap matahari dengan mata telanjang dan dalam waktu lama. Kondisi ini menimbulkan kerusakan retina yang parah tanpa rasa nyeri sehingga pada beberapa kasus penderita tidak menyadarinya.

Saat gerhana, Bumi “kehilangan” sinar matahari sementara. Namun, pada dasarnya sinar matahari saat biasa tidak berbeda dengan sinar matahari saat gerhana. Panjang gelombang sinar ultra violet yang masuk ke Bumi dan mata kita tidak berubah.

Sinar ultraviolet
Apakah sinar matahari aman buat mata kita? Sinar matahari mengemisikan beberapa jenis sinar sesuai panjang gelombangnya. Sinar ultraviolet (panjang gelombang 100-400 nm), visible light (panjang gelombang 400-700 nm), dan infrared (> 700 nm). Mata kita hanya bisa menangkap sinar dengan panjang gelombang 400-700 nm. Sinar infrared hanya bisa kita rasakan sebagai sensasi panas/hangat, sedangkan sinar ultraviolet tidak dapat dilihat manusia.

Sinar ultraviolet (UV) ada tiga tipe, yaitu UV A (A kepanjangan dari aging). UV A dapat masuk ke kulit bagian dalam dan menjadi faktor risiko penuaan dini, katarak, dan degenerasi retina.

Tipe kedua adalah UVB (B kepanjangan dari burning). Radiasi UV B lebih kuat dari UVA. UVB lebih banyak mengenai kulit bagian luar, pencetus kulit terbakar dan kanker kulit.

Tipe UV C, adalah tipe yang paling berbahaya, yang untungnya tidak dapat mencapai permukaan bumi karena sudah terserap oleh atmosfer.

Level ultraviolet dipengaruhi letak geografis, ketinggian, dan waktu. Daerah tropis dekat khatulistiwa adalah daerah dengan level ultraviolet tertinggi. Makin tinggi lokasi, makin tinggi pula level ultraviolet. Level ultraviolet paling tinggi pada pukul 10.00-14.00. Awan tidak memengaruhi level sinar ultraviolet. Walaupun mendung, risiko akibat ultraviolet tetap tinggi.

Meski demikian, kasus kerusakan retina (solar retinopathy) sangat jarang karena jarang sekali ada orang yang secara sadar menatap sinar matahari berlama-lama. Pada beberapa kasus, orang dalam pengaruh narkotika dapat terkena solar retinopathy karena dalam keadaan tidak sadar menatap sinar matahari langsung.

Sinar matahari memang berbahaya. Namun, tubuh kita punya mekanisme melindungi mata dengan menyempitkan kelopak mata dan mengecilkan pupil mata. Mekanisme perlindungan ini tidak bekerja jika kita berada di daerah dengan sinar kurang.

Saat gerhana matahari total, sinar matahari tertutup bulan. Saat kita menatap fenomena itu, mata akan bereaksi seperti melihat dalam kondisi gelap/redup. Kelopak mata membuka dan pupil melebar. Saat Bulan bergeser dan Matahari mendadak bersinar lagi, mata kita dalam kondisi pertahanan yang kurang. Kalau tidak hati-hati, dapat menyebabkan solar retinopathy.

Oleh karena itu, menyaksikan gerhana matahari ada tipsnya. Gunakan alat yang dilengkapi filter ultraviolet menjelang dan sesaat sesudah gerhana matahari total. Pastikan alat bisa memproteksi panjang gelombang 100-400nm. Tidak perlu menggunakan filter saat gerhana matahari total. Segera temui dokter mata apabila ada keluhan mata pasca gerhana matahari.

Selamat menikmati fenomena alam yang luar biasa ini.

Referano Agustiawan, Retina Service, RS Mata Jakarta Eye Center
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul “Gerhana dan Gangguan Mata”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB