Fisikawan Yohanes Surya (52) berpesan agar orangtua dan guru jangan menilai seorang anak bodoh lantaran tidak bisa memperoleh hasil yang baik dalam pelajaran, semisal sains. Memberikan cap bodoh terhadap anak sama saja dengan mematikan potensi dalam diri anak itu.
Untuk membuktikan tidak ada anak-anak yang bodoh, Yohanes melatih anak-anak Papua menjadi jagoan dalam matematika dan sains. Padahal, sebelumnya mereka tak bisa berhitung dengan baik.
“Jika anak tidak bisa menghitung atau memahami sains, bukan berarti mereka bodoh. Mereka hanya tidak punya kesempatan mendapatkan guru yang baik dan metode belajar yang baik,” katanya saat menjadi pembicara dalam seminar “Literasi Sains bagi Orangtua dan Guru” pada pembukaan babak penyisihan Olimpiade Sains Kuark, di Jakarta, Sabtu (20/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Yohanes mengingat pengalamannya sendiri. Dari satu tes bakat minat yang diikutinya, ternyata dia dianggap berbakat dalam musik. “Orang menebak, saya ini bakat besarnya di matematika atau sains. Justru tes bakat saya menonjolnya di musik. Padahal, nyanyi tidak bisa, suara fals. Main musik pun tidak bisa,” ujar pendiri dan Rektor Surya University itu.
Yohanes justru takut disuruh menyanyi. Semasa SMA dulu, dia pernah mencoba ikut paduan suara. Namun, pemimpin paduan suara menyuruh dia belajar matematika saja. “Suara saya dibilang jelek, fals. Saat itulah, saya anggap diri saya tidak bisa menyanyi. Saya takut setengah mati kalau disuruh menyanyi,” ujarnya. (ELN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Februari 2016, di halaman 32 dengan judul “Takut Disuruh Nyanyi”.