Yohanes Surya; Takut Disuruh Nyanyi

- Editor

Rabu, 24 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fisikawan Yohanes Surya (52) berpesan agar orangtua dan guru jangan menilai seorang anak bodoh lantaran tidak bisa memperoleh hasil yang baik dalam pelajaran, semisal sains. Memberikan cap bodoh terhadap anak sama saja dengan mematikan potensi dalam diri anak itu.

Untuk membuktikan tidak ada anak-anak yang bodoh, Yohanes melatih anak-anak Papua menjadi jagoan dalam matematika dan sains. Padahal, sebelumnya mereka tak bisa berhitung dengan baik.

“Jika anak tidak bisa menghitung atau memahami sains, bukan berarti mereka bodoh. Mereka hanya tidak punya kesempatan mendapatkan guru yang baik dan metode belajar yang baik,” katanya saat menjadi pembicara dalam seminar “Literasi Sains bagi Orangtua dan Guru” pada pembukaan babak penyisihan Olimpiade Sains Kuark, di Jakarta, Sabtu (20/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

yohanes-suryaYohanes mengingat pengalamannya sendiri. Dari satu tes bakat minat yang diikutinya, ternyata dia dianggap berbakat dalam musik. “Orang menebak, saya ini bakat besarnya di matematika atau sains. Justru tes bakat saya menonjolnya di musik. Padahal, nyanyi tidak bisa, suara fals. Main musik pun tidak bisa,” ujar pendiri dan Rektor Surya University itu.

Yohanes justru takut disuruh menyanyi. Semasa SMA dulu, dia pernah mencoba ikut paduan suara. Namun, pemimpin paduan suara menyuruh dia belajar matematika saja. “Suara saya dibilang jelek, fals. Saat itulah, saya anggap diri saya tidak bisa menyanyi. Saya takut setengah mati kalau disuruh menyanyi,” ujarnya. (ELN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Februari 2016, di halaman 32 dengan judul “Takut Disuruh Nyanyi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 17 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB