Konsorsium Akan Fasilitasi Riset ECCT

- Editor

Kamis, 4 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kementerian Kesehatan serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memfasilitasi riset electro capacitive cancer therapy atau ECCT lewat konsorsium. Itu untuk membuktikan keamanan dan manfaat sebagai alat terapi kanker sesuai kaidah riset kesehatan yang benar.

Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers ECCT dan electrical capacitance volume tomography (ECVT) untuk diagnosis kanker yang dikembangkan Warsito Purwo Taruno, CEO PT Edwar Technology, di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (3/2).

Menurut Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Tritarayati, konsorsium yang terdiri dari perwakilan Kemenkes serta Kemenristek dan Dikti mengawal, memfasilitasi, dan melakukan supervisi pengembangan ECVT dan ECCT. Konsorsium bekerja sejak Januari 2016 dengan membuat protokol riset uji pra-klinik dan mempercepat riset.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Riset ECCT dilanjutkan sesuai cara uji klinik yang baik dan mengembangkan ECCT per jenis kanker dari pra-klinik sampai klinik. Riset pra-klinik dilakukan konsorsium, lalu uji klinik oleh fasilitas medis yang ditunjuk.

Menurut hasil evaluasi ECCT, uji pra-klinik dan klinik dilakukan simultan sehingga tak sesuai pengembangan alat kesehatan yang benar. Periset bukan klinisi dan riset tak dikerjakan di fasilitas kesehatan. Riset itu juga tak punya kajian etika.

Keselamatan pasien
Menurut Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek dan Dikti Muhammad Dimyati, putusan tim evaluasi ECCT dan ECVT itu untuk melindungi keselamatan warga dalam layanan kesehatan.

Saat konsorsium mengawal riset ECCT, 3.200 pasien aktif PT Edwar Technology bisa mendapat layanan standar di delapan rumah sakit pemerintah yang ditunjuk, yakni RS Hasan Sadikin (Bandung), RS Kariadi (Semarang), RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Sanglah (Denpasar), RS Dharmais (Jakarta), RSUP Persahabatan (Jakarta), RS Sardjito (Yogyakarta), dan RS Soetomo (Surabaya). Pasien bisa pakai ECCT disertai layanan medis dan dipantau petugas RS.

Warsito menyambut baik putusan itu, apalagi jika riset dilanjutkan uji klinik. Indira Abidin dari Lavender Ribbon, kelompok pendukung pasien kanker, berharap pasien paliatif bisa mengakses ECCT. (ADH/EVY)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul “Konsorsium Akan Fasilitasi Riset ECCT”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB