Warga di Magelang Berebut Air Irigasi
Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung memulai uji coba penggelontoran air Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ke jaringan irigasi. Uji coba itu diperkirakan mampu mengairi areal persawahan di Cirebon, Indramayu, dan Majalengka seluas 50.000 hektar sampai 70.000 hektar.
Uji coba dimulai pada Selasa (12/1) pukul 18.00. Air dari waduk disalurkan melalui pintu penyalur utama irigasi waduk. Debit air yang digelontorkan sebanyak 50-60 meter kubik per detik. Kebijakan itu dilakukan untuk mengikuti tahapan pemeriksaan fisik bangunan Waduk Jatigede dan membantu mengatasi kekurangan pasokan air di musim tanam rendeng di wilayah pantura Jawa Barat.
“Pengaliran air berlangsung selama 12 jam, yakni pukul 18.00 sampai pukul 06.00 setiap hari. Pengaliran dilakukan pada waktu malam hari karena saat ini masih ada pengerjaan fisik bangunan di bagian kolam penahan air yang berada di hilir saluran penyalur utama,” kata Harya Muldianto, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pelaksanaan Satuan Kerja Non-Vertikal Tertentu Pembangunan Waduk Jatigede.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Air dari Waduk Jatigede itu akan dialirkan menuju Bendung Rentang yang selanjutnya akan mengatur pembagian air ke Majalengka, Cirebon, dan Indramayu.
“Pembagian air kami serahkan kepada petugas Bendung Rentang. Selama waktu uji coba, kami berkoordinasi dengan mereka untuk memantau apakah kebutuhan air di Bendung Rentang untuk pembagian air irigasi sudah terpenuhi atau belum,” kata Harya.
Batas uji coba pengaliran air irigasi itu pun belum ditetapkan karena masih melihat perkembangan kebutuhan air. Pembukaan saluran air irigasi dalam rangka uji coba itu sebenarnya merupakan salah satu tahapan dalam pengawasan kondisi fisik dan konstruksi bangunan yang dilakukan secara bertahap di Waduk Jatigede selama setahun ini.
Pengaliran air irigasi dari Waduk Jatigede ini diharapkan bisa membantu kebutuhan air bagi 50.000-70.000 hektar (ha) sawah di Pantura Jabar. Debit air 50 meter kubik (50.000 liter)-60 meter kubik (60.000 liter) per detik yang digelontorkan akan bisa mengairi 50.000-70.000 ha sawah. Adapun, total daerah aliran irigasi (DI) Bendung Rentang mencapai 90.000 ha.
Menurut jadwal, Waduk Jatigede diharapkan beroperasi optimal pada awal 2017. Pada saat itu, fungsi irigasi, kelistrikan, maupun penyediaan air baku akan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang ada dan dijalankan sesuai dengan kapasitas normal bagian masing-masing.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abubakar mengatakan, penggelontoran air itu merupakan solusi pemerintah untuk menyiasati keterlambatan musim tanam akibat cuaca tak menentu.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Gatot Irianto mengungkapkan pemanfaatan irigasi Waduk Jatigede akan memberi kontribusi signifikan bagi peningkatan produksi padi.
Selama ini, produktivitas tanaman padi di lahan itu hanya 3,5 ton gabah kering giling (GKG) per ha. Dengan adanya irigasi Waduk Jatigede, produktivitas diperkirakan akan naik menjadi 5,5 ton GKG.
Warga berebut air
Di Magelang, Jawa Tengah, demi mendapatkan suplai air irigasi, sebagian petani harus berebut dan berjaga di sekitar sumber air. Namun, karena minimnya air yang tersedia, suplai air yang diterima, sering kali kurang, tidak memenuhi kebutuhan tanaman padi di sawah.
Buhri, salah seorang petani di Desa Wonokerto, Kecamatan Tegalrejo, mengatakan, untuk mendapatkan air irigasi, petani harus berjaga di sumber air selama sekitar 12 jam dalam sehari. Namun, karena banyak petani yang membutuhkan suplai air tersebut belum tentu diperoleh setiap hari.
“Karena begitu banyaknya petani lain yang berebut, meminta air, akhirnya saya pun hanya bisa mendapatkan suplai air irigasi satu kali per minggu,” ujarnya.
Skenario disiapkan
Pemerintah menyiapkan sejumlah skenario peningkatan produksi beras untuk mengantisipasi kekeringan di sejumlah daerah lumbung padi. Pada saat yang sama, opsi impor tetap terbuka untuk menambah cadangan beras nasional tahun ini.
“Impor itu opsi cadangan. Kita harus hati-hati karena iklim ini tidak bisa diprediksi,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman bertemu Wapres Jusuf Kalla di Kantor Wapres.
Menurut Wapres, pemerintah sudah menyiapkan langkah antisipatif untuk mengatasi kekeringan, di antaranya penyediaan pompa air dan pengaturan waktu tanam.
(MAS/REK/IKI/HEN/WHY/VIO/AIN/EGI/CHE/BAY)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Januari 2016, di halaman 17 dengan judul “Jatigede Airi 70.000 Hektar”.