Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung untuk mendukung pengembangan kota baru Walini dan pusat bisnis baru di stasiun yang disinggahi. Direncanakan, akan dikembangkan pusat bisnis baru yang terdiri dari kawasan komersial, pendidikan, hunian, dan fasilitas kesehatan. Investasi yang diperlukan sekitar 5,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 76,45 triliun.
“Bukan hanya pembangunan kereta cepat, karena yang utama adalah pengembangan kota baru Walini. Kereta cepat hanya merupakan moda transportasinya,” kata Ketua Tim Gugus Tugas Komunikasi Publik BUMN Wianda Pusponegoro, Senin (11/1), di Jakarta.
Menurut Staf Khusus PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) untuk proyek kereta cepat (HSR) Hendra Mardiana, sebelum ada proyek kereta cepat, PTPN VIII telah membuat rencana induk pengembangan kawasan agrobisnis dan wisata terpadu Walini sejak 2005. Alasannya, pembangunan Jalan Tol Purbaleunyi mengakibatkan iklim mikro berubah yang mengakibatkan turunnya produktivitas teh sehingga dibutuhkan bisnis baru bagi PTPN VIII.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan adanya rencana pembangunan kereta cepat, PTPN VIII diminta bergabung untuk mengembangkan sentra ekonomi baru koridor Jakarta-Bandung. PTPN VIII telah menyiapkan lahan 2.900 ha untuk kota baru Walini yang akan dikembangkan. Direncanakan terdapat beberapa sentra bisnis di setiap stasiun yang disinggahi kereta cepat, yakni di Halim, Karawang, Walini, dan Gedebage. Di sentra bisnis tersebut, juga akan dibangun kawasan komersial, hunian, pendidikan, dan kesehatan.
Hingga saat ini, lanjut Hendra, pihaknya masih mengurus perizinan. Semua perizinan ditargetkan selesai sebelum pencanangan 21 Januari. “Rekomendasi dari Gubernur Jabar, Gubernur DKI Jakarta, termasuk bupati dan wali kota sudah keluar semua,” kata Hendra.
Menurut pengajar Institut Teknologi Bandung Harun Al Rasyid Lubis, pembangunan proyek besar seperti kereta cepat memerlukan rencana induk tentang pertumbuhan ekonomi yang hendak disasar. “Bukan sekadar membangun,” kata Harun.
Sementara itu, Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (Wika) Bintang Perbowo mengatakan, pihaknya sangat menjaga agar proyek kereta cepat ini bisa berjalan dengan baik dan tidak mengganggu keuangan perusahaan.
“Kereta cepat ini tidak dikerjakan oleh Wika, tetapi oleh PT Kereta Cepat Indonesia China. Perusahaan ini adalah anak usaha dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia. Wika memegang 38 persen saham dari PT Pilar ini. Jadi jika terjadi sesuatu dengan kereta cepat, tidak mengenai Wika secara langsung,” papar Bintang.
Ditambahkannya, Wika sudah menghitung proyek tersebut dan terus berhati-hati karena tidak ingin bisnis inti mereka juga terbawa oleh kereta cepat.
“Kereta cepat ini akan membuat Wika maju karena Wika akan mendapatkan alih teknologi dari Tiongkok bagaimana membangun kereta cepat,” ujar Bintang. (NAD/ARN/MAR)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Januari 2016, di halaman 18 dengan judul “Kereta Cepat Lengkapi Kota Baru”.