Regenerasi Peneliti; Generasi Muda Cerahkan Masa Depan

- Editor

Selasa, 15 Desember 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti muda Indonesia mulai unjuk gigi. Bersama para seniornya, karya mereka ditunggu mencerahkan masa depan teknologi republik ini.

Saat tubuh besar pesawat N219 keluar dari salah satu hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/12), haru menyelimuti diri Ismawan Agustiman (30). Air matanya menetes saat lagu ”Gebyar-gebyar” milik Gombloh dinyanyikan mengiringi langkah N219. Kendati pernah terlibat dalam beberapa proyek pembuatan komponen pesawat terbang, N219 adalah pesawat karya pertamanya sebagai karyawan PT DI.

N219 diproyeksikan PT DI sebagai awal masa depan industri penerbangan nasional. Ada 350 peneliti yang terlibat mendandani pesawat 19 penumpang ini. Sebanyak 150 orang di antaranya peneliti muda berusia tak lebih dari 30 tahun. ”Kehormatan besar ikut mewujudkan pesawat nasional pertama Indonesia ini mengudara,” kata Ismawan, yang juga peneliti PT DI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Meski baru bergabung dua tahun terakhir, peran Ismawan sangat vital. Di bawah bimbingan peneliti senior, ia mendapat banyak ilmu baru tentang keandalan struktur pesawat. Gairahnya sangat besar ketika ide miliknya menjadi bahan diskusi bersama.

”Hubungan kami seperti keluarga. Saat melihat N219dikeluarkan dari hanggar, itu adalah bentuk cinta kami,” katanya.

Kebebasan berkreasi juga didapatkan Hasinta (28), anggota tim N219 lainnya. Dia bertanggung jawab di bagian speciality engine N219.

Lewat senyumnya yang selalu mengembang, Hasinta mengatakan pengalaman bersama N219 jauh lebih menyenangkan dibandingkan ketika bekerja di salah satu perusahaan otomotif multinasional. Saat itu, ia hanya bekerja sesuai arahan peneliti dari negara produsen. Tidak ada ruang besar baginya memaparkan inovasinya.

39528c54605d417183ceb225dbad356fKOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO–Pesawat buatan Lapan bersama PT Dirgantara Indonesia diluncurkan dalam acara roll-out pesawat N-219 di hanggar perakitan N-219 PT DI, Bandung, Jawa Barat, Rabu (10/12). Peluncuran yang dilakukan oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan ini merupakan karya anak bangsa secara keseluruhannya. Pesawat ini merupakan pesawat andalan Indonesia untuk penerbangan ke wilayah-wilayah terpencil di Indonesia.

Gairah dan ide peneliti muda, menurut Chief Engineer PT DI untuk N219 Palmana Bhanandi, membuat pesawat ini bukan sekadar benda mati. Tidak hanya menjadi masa depan penerbangan nusantara, N219 diyakini akan membuat potensi keilmuan Indonesia terbang tinggi. Saat banyak peneliti senior PT DI pensiun 1-2 tahun ke depan, bekal ilmu kedirgantaraan sudah diserahkan kepada mereka.

”Bagi peneliti muda, N219 akan menjadi awal petualangan hebat industri penerbangan nasional ke depannya,” katanya.

Dukungan
Regenerasi ahli menjadi salah satu hal pelik dalam dunia ilmu pengetahuan Indonesia. Terlalu banyak bergantung pada produksi asing kerap membuat ide besar peneliti nasional terpinggirkan. Tak jarang karya unggul anak bangsa dikenal atau digunakan lebih dulu oleh negara lainnya.

Salah satu contoh adalah simulator pesawat tempur Hawk buatan PT Technology Engineering Simulation Bandung, Jawa Barat. Hasil kolaborasi peneliti senior dan muda itu lebih dulu digunakan Malaysia.

Ada lagi inovasi mobil Fin Komodo dari Cimahi, yang sudah diekspor ke beberapa negara. Merekrut 30 orang di sekitar pabriknya di Cimahi dan puluhan usaha kecil menengah di beberapa daerah, Fin Komodo menunggu pemerintah menggunakan jasanya untuk daerah terpencil dan sulit dijangkau. ”Saat digunakan bangsa sendiri, itulah dukungan terbesarnya,” kata CEO PT FIN Komodo Teknologi Ibnu Susilo, yang mengundurkan diri dari PT DI demi membesarkan mobil segala medan ini.

Presiden Direktur PT Hariff Daya Tunggal Engineering Bandung Budi Permana, produsen jaringan telekomunikasi aman mandiri berbasis protokol dan enkripsi khusus di Indonesia, mengatakan, peneliti muda harus diberikan ruang besar agar terus berkembang. Tanpa wahana penelitian ideal, ia khawatir akan banyak peneliti muda Indonesia pergi ke luar negeri. ”Masa depan teknologi Indonesia ada di tangan mereka,” katanya.

Perintis
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistyo berkelakar di sela-sela Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir 2015, awal Desember lalu. Katanya, tidak mudah lagi menemukan karyawan muda usia di Batan. ”Kini mereka minoritas,” katanya.

Merujuk data Batan, ucapan Djarot menyimpan kekhawatiran. Dari 2.741 karyawan Batan, 79 persen berusia 40 tahun ke atas. Hanya 21 persen yang berusia di bawah 40 tahun. Tanpa regenerasi, Batan akan kehilangan ahli pengembangan nuklir sebagai salah satu energi alternatif nasional.

”Tahun depan saja ada 180 orang pensiun. Semoga ada moratorium penerimaan karyawan baru untuk Batan,” katanya.

Akan tetapi, Djarot mengatakan tidak ingin sekadar menggantungkan harapan. Lewat beberapa proyek penting, peneliti senior turun gunung membimbing yuniornya. Oktober 2015, kolaborasi peneliti menghasilkan batang kendali silinder bagi reaktor Triga-2000. Inovasi itu muncul setelah produsennya di Amerika Serikat tidak lagi memproduksi batang kendali silinder yang sama.

Seperti tidak ingin berpuas diri, kini peneliti muda dan senior Batan tengah merampungkan penelitian konversi batang kendali TRIGA, dari silinder ke pelat. Indonesia berpeluang besar menjadi perintis di dunia untuk jenis penelitian ini.

Koordinator Penelitian Konversi Batang Kendali Ketut Kamajaya mengatakan, penelitian dilakukan dalam setahun terakhir. Ditargetkan selesai 2017 dan diproduksi setahun kemudian, proyek ini bisa mendukung pengembangan energi nuklir Indonesia.

Salah satu anggota tim konversi, Abdul Rohim Iso (37), antusias dengan hajat besar Batan ini. Tidak hanya bangga menjadi bagian sejarah, ia juga yakin bisa mendapat banyak pelajaran baru untuk pengembangan nuklir Indonesia ke depan.

”Ilmu yang diturunkan peneliti senior pasti akan membantu saya tidak berhenti pada makalah atau naskah penelitian. Kami ingin bekal ilmu ini bisa terus berguna untuk masyarakat dan negara ini,” kata Kepala Subbidang Operasi Perawatan Reaktor di Batan Bandung ini.

Gairah para peneliti muda Indonesia perlahan membesar. Kisah ilmu peneliti senior yang dilupakan saat pensiun semoga tak terdengar lagi.–CORNELIUS HELMY
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Desember 2015, di halaman 1 dengan judul “Generasi Muda Cerahkan Masa Depan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB