Komputer pada suatu masa adalah benda asing, barang mewah. Belakangan, ia menjadi alat penting. Komputer bahkan berada di belakang sejarah pergerakan politik di negeri ini, termasuk pada era menjelang berakhirnya era Orde Baru.
Komputer generasi pertama lahir 1941 saat Konrad Zuse, insinyur Jerman, membangun sebuah komputer Z3 untuk kepentingan peluru kendali dan pesawat terbang. Lalu, muncul electronic numerical integrator and computer, diperkenalkan John Mauchly dan J Presper Eckert. Komputer mulai masuk Indonesia pada 1970-an. Setidaknya itu ditandai dengan berdirinya Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia, tahun 1972.
Komputer mulai ramai di Indonesia pada awal 1980-an. Kala itu masih sebatas digunakan oleh perkantoran atau media massa. Tetapi, penetrasinya ternyata tidak mudah. Jimmy S Harianto (63), wartawan, menceritakan, tahun 1980-an pihak kantor menawarkan penggunaan komputer untuk mempermudah pekerjaan. Ternyata sebagian besar menolak karena lebih senang menggunakan mesin tik. ”Mereka menilai menulis menggunakan mesin tik dan steno itu lebih gengsi. Waktu itu pandangan kami masih konservatif soal komputer,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jimmy rupanya tertarik dengan komputer karena ada game Digger, game ciptaan Windmill Software untuk komputer IBM pada 1983, yang melegenda pada era 80-an sampai 90-an. Bagi Jimmy, Digger sangat berjasa memuluskan transisi kebiasaan wartawan menulis menggunakan mesin tik ke komputer.
Sekitar tahun 1994, di berbagai sekolah di beberapa kota mulai masuk pelajaran komputer. Di sebuah sekolah swasta di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, misalnya, para siswa sekolah menegah pertama dan menengah atas mengikuti ekstrakurikuler komputer.
Penentu sejarah
Pada saat yang sama, suhu politik Indonesia memanas. Para mahasiswa mulai menyusun kekuatan. Mereka antara lain Partai Rakyat Demokratik yang dipimpin Budiman Sudjatmiko dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang dimotori Nezar Patria (kini 45). SMID merupakan salah satu organisasi sektoral PRD yang membidangi mahasiswa.
Nezar, yang kini Anggota Dewan Pers, mengingat, dia dan kawan-kawan harus kucing-kucingan dengan aparat dalam menyembunyikan semua data pergerakan. Selain menggunakan komputer meja, mereka sangat terbantu dengan laptop Toshiba Tecra keluaran 1994, yang beratnya 3 kilogram. Juga IBM Thinkpad keluaran awal 1990-an, hibah dari seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda.
Laptop masih menjadi barang mewah, bahkan banyak aktivis yang tidak mengenal barang itu. Pada suatu pertemuan mahasiswa di Yogyakarta, para mahasiswa harus mengumpulkan semua barang bawaan, termasuk alat komunikasi. Panitia lantas mengumumkan, ”Sudah terkumpul berbagai alat komunikasi berupa HP, Capstok, dan dua dus materi,” kata Nezar menirukan pengumuman rekannya waktu itu.
Yang dimaksud capstock tak lain adalah laptop yang terdengar seperti capstock. Saking masih langkanya laptop, sampai para aktivis keliru menyebutnya.
Kedua laptop itulah menjadi alat perjuangan Nezar dan kawan-kawan. Mereka menyusun strategi dan taktik perjuangan, laporan jaringan mahasiswa, agenda aksi, bacaan-bacaan kritis, program organisasi di dalam laptop tersebut. Gerakan SMID mudah tersebar karena memiliki jaringan di 14 kota dan tentu saja didukung oleh laptop itu.
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA–Di beberapa perkantoran, komputer tabung masih dipergunakan sebagai alat penunjang kerja. Komputer generasi keempat tersebut mulai dikenal di Indonesia sekitar 1960.
Nezar dan kawan-kawan mengambil alih kepemimpinan PRD dan menjadikannya gerakan bawah tanah setelah Budiman dan rekan-rekannya ditangkap aparat setelah peristiwa 27 Juli 1996. Saat itu Nezar tak lagi memegang laptop Thinkpad lantaran disita aparat dalam sebuah penggerebekan di Yogyakarta sepekan sebelum peristiwa 27 Juli. Untungnya, tidak semua data dapat dibuka karena telah dienkripsi menggunakan program penyandian Pretty Good Privacy. Mereka terbiasa menggunakan enkripsi saat mengirim surat elektronik atau menulis pesan penting.
Dengan Laptop Acer itu, Nezar mengetik pernyataan bahwa PRD akan terus melawan dan menjadikan PRD gerakan bawah tanah. ”Itu statement paling monumental buatku karena setelah itu hidup kami berubah menjadi buronan aparat.”
Di laptop itu juga terjejak kisah asmara para aktivis. Mereka mencetak suratnya menggunakan printer Epson LX800 yang bunyinya berisik dan mengingatkan pada tagihan Wartel itu. Kemudian mereka menghapus file surat cintanya agar tidak ketahuan rekan lain. ”Ada kebanggaan tersendiri menulis surat dengan laptop dan mencetaknya dengan printer dot matrix Epson,” kata Nezar.
Tanpa laptop itu, sulit gerakan penentangan terhadap Orba menguat. Mahasiswa akhirnya menguasai Gedung DPR/MPR. Pada 20 Mei 1998 malam, Cendana tegang setelah Presiden Soeharto membaca surat pengunduran diri 14 menteri Kabinet Pembangunan VII menyusul desakan rakyat dan mahasiswa agar ia lengser.
Naskah pengunduran diri
Soeharto lalu berkonsultasi dengan Yusril Ihza Mahendra dan memutuskan mengundurkan diri. Yusril mendapat tugas mengetik naskah pengunduran diri itu dan dibacakan di hari bersejarah yang dikenang sebagai hari kemenangan mahasiswa, 21 Mei 1998.
Yusril mengisahkan, ia mengetik naskah itu menggunakan komputer meja produksi Apple, Macintosh yang diproduksi tahun 90-an. Ia mengingatnya sebagai Macintosh II, produk yang kala itu dibanderol 5.500 dollar AS. Komputer ini hanya menggunakan prosesor Motorola 68020 sebesar 16 MHz. Bandingkan dengan MacBook Pro keluaran 2013 yang berkekuatan 2,8 GHz.
Yusril lalu mencetaknya dengan huruf andalus sebelum menyerahkannya kepada Soeharto. ”Komputer seperti itu selalu digunakan untuk finalisasi pidato dan surat-surat Pak Harto,” kata Yusril yang saat itu menginap selama sepekan di Cendana dan dilarang pulang lantaran Soeharto butuh pendapatnya sebagai pakar hukum tata negara. Komputer jenis itu tidak banyak digunakan di jajaran Istana. Asisten Menteri Sekretaris Negara Urusan Khusus dan Sekretaris Kabinet yang menggunakannya. Dua- duanya menyiapkan naskah kepresidenan.
”Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei 1998.”
Demikian kutipan pidato Soeharto yang disambut tangis haru dan bahagia mahasiswa dan rakyat Indonesia.
MOHAMMAD HILMI FAIQ
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 November 2015, di halaman 30 dengan judul “Penguasa Lengser Lewat Apple…”.