Tren Belanja Masih Akan Terus Berkembang
Fitur keamanan harus menjadi prioritas dalam transaksi digital perbankan. Keamanan transaksi diperlukan karena volume dan nilai transaksi perbankan digital terus meningkat. Di sektor perbankan, fitur keamanan transaksi itu umumnya menggunakan pendekatan verifikasi.
Fitur verifikasi dan otentifikasi umumnya dirancang untuk melindungi transaksi menggunakan kartu debit atau kartu kredit. Verifikasi nasabah dilakukan untuk memastikan bahwa yang bertransaksi adalah nasabah pemilik kartu. Otentifikasi umumnya dilakukan melalui pemberian kata sandi sekali pakai yang dikirimkan ke nomor telepon nasabah yang terdaftar di bank saat berbelanja secara daring.
Direktur Perbankan Ritel PT Bank Permata Tbk Bianto Surodjo menuturkan, fitur keamanan transaksi digital berupa otentifikasi merupakan fitur tambahan untuk meningkatkan keamanan transaksi. “Kata sandi sekali pakai atau OTP meningkatkan keamanan transaksi karena dikirim ke nomor telepon nasabah yang terdaftar di bank. Fitur tambahan ini sangat penting karena transaksi e-dagang cenderung meningkat,” kata Bianto saat peluncuran PermataDebit Online, di Jakarta, Selasa (8/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan, transaksi digital pada 2012 tercatat sebesar Rp 4.400 triliun yang kemudian meningkat menjadi Rp 6.400 triliun pada 2014. Data transaksi ini hanya direkam dari bank-bank yang dominan saja, tidak dari semua bank. Jika semua data transaksi digital terekam, jumlahnya akan jauh lebih besar.
Bianto menjelaskan, jumlah transaksi belanja menggunakan PermataDebit Visa pada Januari-Oktober 2015 tercatat sebesar 2,2 juta transaksi, tumbuh 17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun nilai transaksi tercatat sebesar Rp 1,2 triliun, juga tumbuh 17 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Harianto Gunawan menuturkan, penetrasi internet di Indonesia yang sangat kencang, memengaruhi pertumbuhan transaksi belanja daring. “Dengan penetrasi internet yang sangat cepat dan pengguna yang lebih banyak berasal dari kalangan muda, perdagangan daring akan berkembang sangat pesat,” kata Harianto.
Khawatir
Studi Visa Consumer Payment Attitudes menunjukkan, sekitar 70 responden mengatakan bahwa mereka berbelanja daring minimal satu kali dalam sebulan terakhir. Namun, hasil studi itu juga menunjukkan bahwa sekitar 50 persen dari responden pernah menghentikan transaksi karena akses internet lambat, khawatir dengan keamanan transaksi, dan fitur situs belanja yang rumit.
Chief Financial Officer Elevenia Lila Nirmalasari menjelaskan, pertumbuhan belanja daring kemungkinan akan tinggi pada masa mendatang. Penyebabnya, baru sekitar 7 persen dari pengguna internet di Indonesia yang berbelanja daring. Data terakhir menunjukkan, jumlah pengguna internet di Indonesia tercatat sebanyak 93,5 juta orang.
“Cara pembayaran transaksi belanja daring menggunakan debit online kurang dari 5 persen, sementara transfer mencapai 57 persen. Cara pembayaran lain seperti kartu kredit dan pembayaran saat terima barang masih jauh lebih kecil dibandingkan transfer,” ujar Lila. (AHA)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Desember 2015, di halaman 20 dengan judul “Fokus Keamanan Transaksi Daring”.