Meski banyak negara masih bergulat dengan berbagai persoalan penataan koneksi internet generasi keempat (4G), perusahaan penyedia layanan solusi teknologi informasi dan komunikasi Huawei mengklaim sudah siap dengan generasi kelima (5G). Huawei membidik mimpi 5G ini bisa direalisasikan pada 2020.
Demikian disampaikan Daniel Joseph Kelly, Vice President and Head of International Media Affairs Huawei Technologies Co Ltd, di Kantor Pusat Huawei Technologies Co Ltd di Bantian, Distrik Longang, Shenzhen, Tiongkok, Kamis (3/12). “Saat ini kami menjadi pionir 5G. Sudah tersedia super base station yang bisa mendukung kecepatan hingga 50 gigabit per detik dan akan menjadi kenyataan pada 2020,” kata Kelly.
Untuk mendukung 5G, Huawei telah menyiapkan 500 ahli di divisi penelitian dan pengembangan dengan investasi mencapai 600 juta dollar AS. Investasi itu akan meliputi semua teknologi yang akan terkait 5G, termasuk teknologi infrastrukturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kecepatan di jaringan 5G dijanjikan akan 100 kali lebih kencang dibandingkan jaringan 4G. Dengan kecepatan 50 gigabit per detik, pengguna bisa mengunduh video berdefinisi tinggi dalam hitungan yang hampir real time. Jaringan 5G akan mengurangi waktu tunda dalam komunikasi yang biasa disebut latency. Ke depan, 5G digadang-gadang mampu mewujudkan penataan kota cerdas berbasis koneksi internet. Kereta super cepat, kendaraan, konferensi jarak jauh, dan panggilan video diyakini akan dengan mudah terwujud dengan 5G.
KOMPAS/AMIR SODIKIN–Daniel Joseph Kelly, Vice President and Head of International Media Affairs Huawei Technologies Co Ltd, di Kantor Pusat Huawei Technologies Co Ltd di Bantian, Distrik Longang, Shenzhen, Tiongkok, Kamis (3/12), memaparkan inovasi Huawei di teknologi jaringan 5G. Kelly mengatakan, hingga kini sudah tersedia super base station yang bisa mendukung kecepatan hingga 50 gigabit per detik dan akan menjadi kenyataan pada 2020.
Pendekatan Huawei di proyek 5G dijanjikan akan terbuka dan berkolaborasi dengan banyak pihak. Huawei hingga kini telah berpartisipasi dalam penelitian 5G di Uni Eropa dan bersama- sama terlibat dalam 5G Innovation Center (5GIC) di Inggris. Huawei juga terlibat penelitian bersama 20 universitas di seluruh dunia.
Kelly mengatakan, pada 2020 diperkirakan ada lebih 6,5 miliar orang yang terkoneksi di dunia melalui perangkat bergerak. Pada saat itu, diperkirakan akan ada 100 miliar benda-benda yang juga terkoneksi ke internet, seperti perangkat medis, kendaraan, dan perkakas rumah tangga, yang sebagian nantinya terhubung ke jaringan 5G.
Realisasi di negara berkembang
Terkait kepastian realisasi 5G di negara berkembang, Kelly mengatakan, pertanyaan itu lebih tepat ditujukan kepada operator jaringan telepon seluler, bukan kepada Huawei. Operatorlah yang nantinya akan membangun jaringan 5G, termasuk menyiapkan investasinya.
KOMPAS/AMIR SODIKIN–Tampilan base station jaringan 5G buatan Huawei saat dipamerkan di ruang ekshibisi di Shenzhen, Tiongkok, Kamis (3/12). Huawei mengungkapkan teknologi 5G sudah bisa diberlakukan secara komersial pada 2020.
Beberapa negara yang kini gencar bekerja sama dengan Huawei untuk jaringan 5G adalah Korea Selatan, Jepang, Eropa, Rusia, dan Tiongkok. “Tiongkok dan Rusia adalah contoh negara dengan pasar yang sedang berkembang dan tertarik dengan 5G,” katanya.
Semua itu, kata Kelly, kembali ke operator jaringan seluler di negara masing-masing. “Soalnya pembangunan jaringan 5G membutuhkan investasi operator,” kata Kelly.
Operator yang telah berinvestasi di jaringan pasti menginginkan investasinya kembali dahulu. Karena itu, persoalan 5G juga sangat terkait kapan sebuah negara tersebut telah mengimplementasikan generasi keempat atau 4G. Jika baru saja menerapkan 4G, pastilah perlu waktu bagi operator untuk mencari keuntungan lebih dahulu dari 4G baru bisa beralih ke 5G.
“Operator tidak menginginkan terlalu cepat untuk membangun kembali jaringan generasi baru karena mereka ingin uangnya kembali lebih dulu,” kata Kelly. Pengalaman beberapa negara ketika migrasi 3G ke 4G, banyak membuat operator harus membangun pelanggan baru di jalur 4G. Padahal, sebelumnya di 3G mereka sudah memiliki banyak pelanggan.
“Mungkin, ada satu solusi yang bisa digunakan untuk negara berkembang, yaitu lewati saja generasi 4G dan langsung saja ke 5G. Jadi, bagi yang belum punya 4G, bisa menunggu dulu teknologi baru kemudian langsung pindah ke 5G,” kata Kelly.
Senior Corporate Communication Manager Public Affairs and Communications Department PT Huawei Tech Investment Yunny Christine menambahkan, satu pihak yang juga penting berperan dalam memutuskan adalah regulator atau pemerintah. “Seperti di Indonesia, terkait kapan bisa berpindah ke jaringan generasi selanjutnya juga bergantung pada regulator,” kata Yunny.
Pemerintah berperan penting dalam membuat regulasi terkait penataan spektrum frekuensi yang dibutuhkan. Jadi, operator dan regulator menjadi penentu kebijakan apakah sebuah negara akan segera mengadopsi teknologi jaringan 5G atau tidak.
Sebelumnya, di jaringan 4G, Huawei mengklaim telah menjadi pemimpin global di segmen teknologi LTE, salah satu varian 4G. “Ada 466 paten penting terkait 4G,” kata Kelly.
AMIR SODIKIN DARI SHENZHEN
Sumber: Kompas Siang | 3 Desember 2015