Puncak Migrasi Burung Tak Terganggu Asap

- Editor

Sabtu, 21 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Puncak migrasi burung ke Taman Nasional Sembilang di Sumatera Selatan tak terganggu kabut asap yang melanda September-Oktober. Puncak migrasi tetap sesuai siklus, yaitu November. Sebelumnya, ada kekhawatiran migrasi terganggu.

Sejak awal November, ribuan burung air memadati hamparan muara sungai-sungai di TN Sembilang. Burung air itu berasal dari berbagai jenis, seperti bangau bluwok putih, bangau hitam, trinil lumpur asia, dan biru laut. Jumlahnya 30.000 ekor.

“Ternyata tidak ada pergeseran puncak musim burung migran. Sebab, kabut asap berakhir November, yang memang puncak burung migran,” ujar polisi hutan TN Sembilang, Een Suhendra, di Banyuasin, Jumat (20/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagian burung menempuh perjalanan ribuan kilometer saat musim dingin di Siberia menuju musim panas di Australia. Rombongan burung itu singgah di TN Sembilang selama 3-4 bulan.

TN Sembilang terletak di pesisir pantai timur Sumatera dan Selat Bangka yang ditempuh lima jam perjalanan dengan kapal cepat dari Kota Palembang. Sebagian besar ekosistemnya terdiri dari lahan basah, rawa-rawa, dan hutan mangrove yang berlimpah makanan burung air, seperti ikan, remis, kerang, dan cacing.

7b7f723fb5c7418baa8f85236a797d7eKOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM—Ribuan burung beterbangan di hamparan berlumpur di muara sungai di Taman Nasional (TN) Sembilang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (18/11). Setiap November, 30.000-40.000 burung singgah di TN Sembilang saat migrasi tahunan dari Siberia menuju Australia. Mengamati burung migran siap dijadikan potensi wisata minat khusus.

Menurut Kepala TN Sembilang Syahimin, TN Sembilang ditetapkan sebagai situs dalam jaringan kerja situs jalur terbang pada 2012. “Hanya ada dua taman nasional yang masuk situs ini, satunya lagi Taman Nasional Wasur di Papua,” katanya.

Jalur terbang yang melintasi Indonesia adalah jalur terbang Asia Timur-Australasia yang meliputi 22 negara dari Rusia timur, Alaska, Asia Timur, Asia Tenggara, hingga Australia dan Selandia Baru. Situs-situs jalur terbang itu rumah 33 spesies burung air yang terancam punah dan 13 spesies yang hampir terancam punah.

Status itu menunjukkan pentingnya kelestarian TN Sembilang secara internasional. Saat ini, kian banyak situs persinggahan berkurang karena alih fungsi dan aktivitas manusia.

Menurut Syahimin, musim burung migran merupakan aset penting TN Sembilang. Upaya mendorong pengamatan burung migran menjadi pariwisata lingkungan terus dilakukan, termasuk membangun menara pantau. (IRE)
—————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 November 2015, di halaman 13 dengan judul “Puncak Migrasi Burung Tak Terganggu Asap”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB