Penyimpanan file adalah masalah yang kerap ditemui mereka yang hidup tidak lepas dari gawai. Setiap hari bit demi bit data terkumpul dalam bentuk file musik, gambar, video, ataupun dokumen yang dihasilkan baik oleh ponsel, sabak elektronik, maupun komputer jinjing.
Setiap perangkat juga memiliki penyimpanan internal, tetapi dengan kapasitas yang terbatas dan suatu saat akan habis terpakai. Solusi lainnya adalah memanfaatkan jasa penyimpanan awan, seperti Google Drive, Dropbox, dan OneDrive. Itu pun tidak menghapus kerisauan bahwa file yang berharga bagi pengguna harus dititipkan ke server yang lokasinya entah di mana.
Penyimpanan eksternal (external hardisk) menjadi solusi dengan menawarkan kapasitas tambahan secara cepat dan mudah dipindah-pindah. Masalah justru muncul karena perangkat tersebut harus dibawa ke mana pun agar tetap bisa mengakses file, sedangkan peluang terjadi kerusakan seperti file hilang rentan terjadi jika sesuatu terjadi pada perangkat seperti jatuh ataupun hilang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Masalah itulah yang dijawab Western Digital, produsen elektronik dengan produk andalan penyimpanan eksternal, sewaktu meluncurkan My Cloud Mirror. Terdapat tiga varian yang ditawarkan oleh mereka, yakni tipe berkapasitas 4 terabit seharga Rp 5 juta, Rp 6,5 juta untuk kapasitas 6 terabit, dan Rp 8,4 untuk kapasitas 8 terabit. Sebagai gambaran, 1 terabit setara dengan 1.000 gigabit, sementara satu unit ponsel umumnya memiliki kapasitas penyimpanan internal 16 gigabit atau 32 gigabit.
WD memberi nama seri mirror atau cermin untuk menggambarkan salah satu fitur perangkat ini. Terdapat dua bagian hardisk di dalam My Cloud Mirror dan file yang disimpan di salah satu bagian akan digandakan ke bagian lain sebagai antisipasi apabila keadaan darurat terjadi, misalnya terhapus secara tidak sengaja atau masalah teknis lainnya.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–My Cloud Mirror merupakan produk penyimpanan data eksternal yang diluncurkan oleh Western Digital untuk melayani pengguna yang membutuhkan penyimpanan berkapasitas 4 terabit, Jumat (16/10). Untuk mengakses data, pengguna tidak harus berada di dekat perangkat tersebut karena bisa memanfaatkan komputasi awan.
“Namun, jika membutuhkan seluruh kapasitas penyimpanan dari hardisk, fitur tersebut bisa dinonaktifkan,” ujar Tjhin Mary, Territory Sales Manager WD Indonesia, Jumat (16/10).
Meninggalkan pakem bahwa penyimpanan eksternal harus selalu mengikuti penggunanya, WD membuat produk yang berseri My Cloud untuk tetap bisa dioperasikan meski secara fisik barangnya tidak ada di sana. Caranya melalui penyimpanan di infrastruktur awan.
Untuk menikmati layanan tersebut, pengguna tinggal mengunduh aplikasi MyCloud dari pasar aplikasi dari sistem operasi masing-masing lantas dipasangkan dengan perangkat penyimpan eksternal lewat jaringan internet. Sesudahnya pengguna bisa mengakses isinya dari ponsel atau komputer secara mudah.
Dengan demikian, My Cloud Mirror membuat pengguna serasa memiliki server sendiri di mana dia bisa mengakses file dan pada saat yang sama tidak risau akan keamanan datanya atau khawatir dengan batasan yang umumnya dikenakan oleh pengelola layanan penyimpanan di awan.
Bagi beberapa kalangan, fitur ini akan sangat membantu, misalnya fotografer yang ingin mengamankan gambar-gambar yang baru saja diambil. Dari ukurannya, My Cloud Mirror memang tidak efisien jika dibawa serta ke mana-mana.
My Cloud Mirror merupakan produk penyimpanan data eksternal yang diluncurkan oleh Western Digital untuk melayani pengguna yang membutuhkan penyimpanan berkapasitas 4 terabit, Jumat (16/10). Untuk mengakses data, pengguna tidak harus berada di dekat perangkat tersebut karena bisa memanfaatkan komputasi awan.–KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
My Cloud Mirror–KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Hanya saja, terdapat beberapa tantangan dalam menggunakan perangkat ini, yakni kebergantungan pada arus listrik serta layanan internet. Penyimpan eksternal meski bisa disimpan secara aman di rumah harus dinyalakan dan terhubung dengan jaringan internet untuk bisa dipergunakan. Begitu pula pengguna yang ingin mengunggah atau mengunduh file juga mengandalkan internet. Hal ini bisa menjadi kabar buruk apabila pengguna tengah berada di daerah dengan layanan internet yang tidak kencang.
Menurut Tjhin, itulah tantangan yang dihadapi WD, yakni memberikan edukasi kepada pengguna mengenai cara menggunakan produk MyCloud dengan optimal.
Namun, bagi mereka yang membutuhkan penyimpanan dengan kapasitas besar dan bisa diakses segera, My Cloud Mirror bisa dimanfaatkan. Sebaliknya, fitur serupa juga ditawarkan layanan penyimpanan awan jika hanya membutuhkan penyimpanan dengan kapasitas seperlunya seperti 20 gigabit.
Untuk foto dan video saja, Google menawarkan layanan penyimpanan tanpa batas dengan resolusi minimal 16 megapiksel untuk foto. Begitu pula beberapa layanan penyimpanan awan bisa dimanfaatkan secara berbarengan untuk mendapatkan kapasitas yang besar meski jauh di bawah kapasitas yang ditawarkan My Cloud Mirror.
Layanan tambahan
Dalam kesempatan yang sama, WD juga memperkenalkan versi terbaru dari sistem operasi MyCloud yang dipergunakan di penyimpan eksternal yang menggunakan jaringan untuk mengakses kontennya. Beberapa kemudahan yang ditawarkan adalah pengaturan yang lebih sederhana untuk memasangkan gawai dengan penyimpan eksternal, sinkronisasi dengan lebih dari satu perangkat sekaligus, dan layanan tambahan berkat kerja sama dengan pihak seperti Milestone, Plex, dan Adobe.
Kerja sama dengan Milestone memungkinkan pengguna untuk menikmati layanan manajemen pemantauan kamera pengawas. Hanya dari aplikasi MyCloud, pengguna bisa melihat video yang ditampilkan oleh kamera pengawas yang terhubung oleh internet. Sayangnya, layanan tersebut terbatas untuk dua kamera; untuk menambah kamera harus membeli lisensi secara terpisah.
Sementara itu, kemitraan WD dengan Plex memungkinkan konten video atau gambar yang tersimpan untuk bisa dipancarkan ke layar lain seperti televisi. Bersama Adobe, WD ingin memosisikan produknya untuk dekat dengan kalangan artis digital yang membutuhkan akses ke karya mereka dengan layanan yang dimiliki Adobe.
Mengenai peluang kerja sama di masa mendatang, Tjhin mengungkapkan bahwa mereka telah menyebarkan paket pengembangan perangkat lunak (software developer kit) agar makin banyak layanan yang bisa diintegrasikan ke produk mereka.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas Siang | 17 Oktober 2015