Perubahan Iklim; Kontribusi Indonesia dalam Riset Masih Minim

- Editor

Sabtu, 17 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kontribusi Indonesia dalam riset yang jadi referensi dunia untuk prediksi, mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim minim. Sosialisasi hasil riset pun belum gencar dilakukan. Padahal, Indonesia berada di “jantung iklim dunia” dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dan Pasifik Barat.

Hal itu disampaikan Edvin Aldrian, pakar iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang terpilih jadi Wakil Ketua Kelompok Kerja I Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), Jumat (16/10), di Jakarta. “Sumbangan riset dan kajian ilmiah dari negara-negara kecil di Pasifik Barat lebih minim lagi,” ujarnya.

Sebagai wakil Indonesia di badan dunia itu, Edvin yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan BMKG menyatakan akan memfasilitasi para peneliti dari kawasan itu untuk meneliti pemantauan dan penanganan dampak perubahan iklim. Program itu akan dilakukan selama periode kepengurusannya di IPCC hingga tahun 2022.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Dukungan BMKG untuk Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam pemantauan iklim dan akumulasi GRK di atmosfer dilakukan dengan membangun stasiun pemantau,” kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya. Sejumlah stasiun pemantau itu terletak di Sumatera, Sulawesi, dan Papua.

Perubahan iklim tak hanya soal cuaca dan iklim, tetapi juga semua sektor, seperti pertanian, kehutanan, kelautan, dan kesehatan. Salah satu hasil riset mereka ialah kasus kesehatan akibat perubahan iklim.

Butuh publikasi
Hasil riset perubahan iklim perlu dipublikasikan di jurnal internasional terakreditasi di Scopus. Basis data bibliografi itu berisi artikel jurnal akademis hampir 22.000 judul dari lebih 5.000 penerbit. Jurnal seperti Climate Dynamics dan Paleo Climate jadi referensi IPCC dalam memprediksi perubahan iklim global.

Terkait dengan hal itu, peneliti Indonesia diharapkan lebih berperan dalam riset perubahan iklim dan menyosialisasikan hasil riset itu ke semua lapisan masyarakat. “Untuk meningkatkan riset bidang perubahan iklim, IPCC dan BMKG akan menjajaki kerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Dewan Riset Nasional,” kata Edvin.

Selain itu, penulisan hasil riset ilmiah dalam bahasa populer perlu ditingkatkan. Laporan IPCC terlalu ilmiah karena alih bahasa oleh ilmuwan. Media video dan animasi pada komunikasi ilmiah juga diperlukan. Tayangan animasi menampilkan perubahan warna memerah, tanda kenaikan suhu laut dalam seabad.

Kelompok Kerja I IPCC punya tugas khusus, yakni meninjau secara kritis aspek ilmiah sistem iklim dan perubahan iklim, dengan topik riset antara lain perubahan gas rumah kaca. “Peran aktif Indonesia dalam IPCC diwakili Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan selaku IPCC National Focal Point untuk Indonesia,” ujarnya. (YUN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Oktober 2015, di halaman 13 dengan judul “Kontribusi Indonesia dalam Riset Masih Minim”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB