Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan di bidang sains dan matematika di Asia Tenggara, diselenggarakan Sekolah Digital Asia Tenggara. Program ini adalah realisasi salah satu prioritas dari tujuh prioritas pendidikan yang disepakati para menteri pendidikan se-Asia Tenggara.
Sekolah tersebut hasil kerja sama tiga pusat SEAMEO di Indonesia, yakni SEAMOLEC di Jakarta, SEAMEO QITEP Science di Bandung, dan SEAMEO QITEP Matematika di Yogyakarta. Program ini akan dilaksanakan selama empat tahun dengan hasil sumber pembelajaran sekaligus peningkatan profesi guru yang dapat diakses oleh guru dan murid di seluruh wilayah Asia Tenggara melalui teknologi informasi.
Melalui sekolah ini, komunitas guru diharapkan bisa bekerja sama untuk membuat materi pembelajaran secara digital (membuat buku elektronik dengan kombinasi teks, gambar, dan video). Mereka kemudian mengunggahnya ke dalam jaringan untuk digunakan bersama, membuat tes untuk ulangan harian, dan melaksanakannya secara lintas sekolah secara online (daring).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal itu dikemukakan Interim Direktur SEAMOLEC Abi Sujak seusai peluncuran Sekolah Digital Asia Tenggara oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Tangerang Selatan, Banten. Jumat (18/9). Hadir juga Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad.
Mulia dengan tes
Peluncuran program ini dimulai dengan pelaksanaan tes diagnostik secara daring pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika untuk murid kelas V dan kelas VIII. Tes ini diikuti 1.801 murid sekolah dasar (SD) dan 1.441 murid sekolah menengah pertama (SMP) di 35 SD dan 15 SMP di Kota Bandung, Jawa Barat.
Anies Baswedan mengatakan, program ini untuk menyelesaikan masalah dengan teknologi. Harapannya, proses belajar mengajar berjalan baik dan tidak terjadi ketimpangan antardaerah, terutama di daerah terpencil. “Untuk daerah-daerah yang sulit dicapai, akan digunakan teknologi sesuai kebutuhan,” ujarnya.
Metode tes secara daring itu akan menjadi model untuk diadopsi di sejumlah negara anggota ASEAN lain, yakni Brunei, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam. Setelah di Bandung, tes juga dilakukan di negara lain pada 28 September hingga 6 November 2015. (LUK)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 September 2015, di halaman 11 dengan judul “Sekolah Digital Asia Tenggara Diluncurkan”.