900 Kecamatan Belum Memiliki SMA/SMK

- Editor

Jumat, 14 Agustus 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Untuk menggenjot angka partisipasi pendidikan menengah atau SMA/SMK dari 78,19 persen menjadi minimal 90 persen sekaligus mewujudkan wajib belajar 12 tahun, di setiap kecamatan harus ada SMA/SMK pada tahun 2019. Namun, sampai saat ini, dari 6.994 jumlah total kecamatan di Indonesia, masih ada 900 kecamatan yang belum memiliki SMA/SMK. Itu terjadi karena pembangunan SMA/SMK masih terganjal pada penyiapan lahan.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Thamrin Kasman mengemukakan persoalan itu saat diskusi “70 Tahun Indonesia Merdeka: Negeri Impian Tanpa Anak Putus Sekolah” yang diselenggarakan Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia, Rabu (12/8), di Jakarta.

“Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah menangani ini karena wewenang tanggung jawab pengembangan SMA/SMK ada di tangan provinsi,” kata Thamrin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Program wajib belajar 12 tahun bukan hal baru karena upayanya sudah dimulai sejak era kepemimpinan Mendikbud Mohammad Nuh dengan nama Pendidikan Menengah Universal (PMU). Untuk mendukung PMU, ketika itu pemerintah sudah menyiapkan bantuan-bantuan biaya pendidikan agar jumlah anak putus sekolah dari pendidikan dasar ke menengah bisa berkurang.

Bantuan seperti Beasiswa Pendidikan untuk Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi) sekarang masuk dalam Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan bantuan operasional sekolah (BOS) ditambah menjadi Rp 1 juta per anak per tahun. Berbagai bentuk bantuan pendidikan itu diberikan untuk memenuhi segala kebutuhan peserta didik, mulai dari biaya berangkat dari rumah ke sekolah atau transportasi hingga pemenuhan kebutuhan sekolah mulai dari buku hingga sepatu.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Sejumlah siswa SD Inpres Tiom pulang dari sekolahnya di Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Selasa (28/7). Kabupaten pemekaran dari Jayawijaya pada tahun 2008 membutuhkan 200-300 guru TK/PAUD, SMP, dan SMA/SMK.

“Banyak yang sudah dilakukan pemerintah untuk mencegah anak putus sekolah dari jenjang pendidikan dasar ke menengah. Setiap tahun ada 3 juta lulusan SMP dan 100.000 anak di antaranya tidak lanjut ke SMA/SMK,” kata Thamrin.

Konsultan ACDP Indonesia, Abdul Malik, menilai wajib belajar 12 tahun tidak bisa hanya memperluas akses pendidikan tetapi juga peningkatan kualitasnya. Yang harus ditekankan oleh pemerintah seharusnya kualitas pendidikan menengah karena orangtua kerap memilih untuk tidak memasukkan anaknya ke sekolah karena merasa tidak ada hasilnya.

“Sekolah atau tidak toh tidak ada bedanya. Mereka tidak percaya pada kualitas pendidikan. Apalagi karena anak-anak itu masuknya juga ke sekolah-sekolah marjinal,” ujarnya.

Dalam rekomendasi kebijakannya, ACDP Indonesia menyebutkan belanja pemerintah pada pendidikan menengah atas harus ditingkatkan. Jika anggaran pemerintah tidak mencukupi, perlu dijajaki kemitraan publik-swasta sebagai sarana memperluas akses. Mengatasi tantangan pendidikan membutuhkan kerja sama dan konsensus di antara pemangku kepentingan yang berbeda, termasuk pemerintah pusat, daerah, kabupaten/kota, swasta, dan kelompok masyarakat.

LUKI AULIA
Sumber: Kompas Siang | 12 Agustus 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB