Sebanyak 31 tim dari 31 perguruan tinggi di Indonesia mengikuti Kompetisi Kincir Angin Indonesia 2013 di Pantai Baru, Bantul, Yogyakarta, Minggu hingga Rabu (1-4/12). Kompetisi ini diikuti mahasiswa D-3, S-1, dan S-2.
”Kegiatan ini untuk mendorong generasi muda menguasai ilmu di bidang energi terbarukan, terutama kincir angin. Jika tidak dimulai, Indonesia bisa makin tertinggal dibandingkan negara lain,” ungkap Ketua Panitia Kompetisi Kincir Angin Indonesia (KKAI) 2013 Senawi yang juga Direktur Kemahasiswaan UGM.
Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Suratman Worosuprojo mengatakan, pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih minim. Padahal, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah, termasuk angin.
”Indonesia tidak mungkin terus bergantung pada energi fosil yang suatu saat akan habis. Riset energi terbarukan harus digalakkan,” ujar Suratman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan catatan Kompas, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menghentikan riset energi angin sejak 2011 karena keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia.
Keputusan tersebut disesalkan sejumlah kalangan sebab riset angin diperlukan untuk meneliti potensi angin yang belum terpetakan. Survei energi angin yang dilakukan di 166 lokasi di Indonesia menunjukkan, sebanyak 40 lokasi berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik berkapasitas hingga 100 megawatt. (DRI)
Sumber: Kompas, 2 Desember 2013