Apakah perkembangan teknologi akan memengaruhi model pembelajaran di sekolah? Mungkin pertanyaan itu kurang tajam, karena jelas sekali, dengan adanya temuan-temuan baru di era digital sekarang ini, semua hal menjadi berubah. Kalau tak mau berubah akan mati, bahkan mau berubah pun kadang tak cukup untuk selamat. Ini terjadi karena pesaing datang dengan kecanggihan yang sulit ditandingi seperti dalam hal persaingan telepon seluluer misalnya.
Di ibukota Hungaria, Budapest, 8-11 Maret 2016, berlangsung ajang tukar pengalaman para pendidik dari berbagai negara. Mereka berbagi pengalaman bagaimana mengajar di sekolah dengan cara memanfatkan perkembangan yang terjadi dalam dunia teknologi informasi. Dari ribuan pelamar, Microsoft, perusahaan piranti lunak Windows sebagai andalan utamanya, mengundang 300 pendidik dari 75 negara berbeda untuk berkumpul dalam ajang Educator Exchange; Hack The Classroom.
Kegiatan internasional yang diadakan di Hotel Corinthian, Budapest, dibuka dengan pidato Presiden Microsoft untuk Eropa Tengah dan Timur, Don Grantham. Dia mengatakan,” Dunia berubah dengan cepat, tak ada yang pasti di dunia ini sekarang, satu-satunya yang pasti adalah dunia hari ini akan berbeda dengan dunia hari esoknya. Kalau kita berpikir soal teknologi dan perubahan, terutama dalam hal pembelajaran, ada satu hal yang penting, yaitu teknologi tak akan bisa menggantikan metode pembelajaran yang hebat, tetapi dengan memanfatkan teknologi seorang guru, seorang pendidik akan menjadi lebih hebat.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dan memang, para pendidik yang datang ke Hungaria tersebut telah menyisihkan ratusan proposal lain mengenai pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan mutu pembelajaran, termasuk empat orang guru dari Indonesia yang berhasil membuat proyek pembelajaran dengan basis teknologi (ICT)
“Tahun ini, jatah pendidik yang berhasil lolos 4 orang, lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 3 orang. Mereka terpilih dari puluhan lamaran proyek yang masuk ke Microsoft,” kata Manajer Pembelajaran Microsft Indonesia, Obert Hoseanto, Rabu (9/3/2016) di Budapest.
KOMPAS/BAMBANG SIGAP SUMANTRI–Presiden Microsoft untuk Eropa Tengah dan Timur Don Grantham menjadi salah satu pembicara utama dalam ajang Educator Exchange di Budapest, Hongaria, Rabu (9/3/2016).
Yang pertama, karya Neny Else Yosephine, guru fisika SMAN 2 Surabaya, Jawa Timur, dengan tema pemanasan global. Neny mengatakan Stop Global Warming Project merupakan sebuah pembelajaran berbasis proyek dalam mata pelajaran fisika di SMA 2 Surabaya. Proyek ini mencoba mengkaitkan gejala alam dengan permasalahan dunia yang ada saat ini yaitu pemanasan global (global warming).
Mula pertama, siswa diajak untuk melihat video bahaya pemanasan global, lalu mengadakan diskusi tentang pemanasan global. Dari diskusi tersebut, para siswa diminta membuat artikel dengan berdasarkan materi dari internet. “Materi tersebut dibuat dengan MS Word kemudian di-upload pada One Drive dan URL-nya di-share. Setelah itu merencanakan kampanye stop global warming dengan membuat poster dan brosur dan membuat Sway (fitur story telling Windows) Dampak Global Warming.”
Kedua, Fita Sukiyani dari SDN Sumber I, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, yang memberi judul menarik Batik Geometri. Ternyata, hal itu upaya Fita untuk mengembangkan pembelajaran matematika sejak dini dengan cara yang menarik (fun). Matematika di tangan Ibu Guru Fita bukan merupakan momok yang harus dijauhi.
“Di kelas saya yang berjumlah 27 anak, ada 20 anak merasa stres apabila sedang pelajaran Matematika,” katanya. Padahal dari buku-buku yang ia pelajari pengenalan Matematika sejak dini merupakan hal yang sangat penting. Matematika mengajarkan logika dan cara berpikir, memberi bekal kehidupan dan menunjang karir di kemudian hari,” katanya.
Fita lantas memberi solusi dengan mengajarkan matematika pada hal-hal yang ada di sekitar anak-anak. Melalui Microsoft Word anak-anak diajarkan bentuk-bentuk Matematika (geometri) dan membuat batik berdasarkan bentuk-bentuk geometri tadi.
Ketiga, Amiroh Adnan dari SMKN 3 Jombang, Jawa Timur yang membuat judul proyeknya Jangan Membuang Sampah Elektronik. “Di sekolah saya melihat tumpukan kabel, monitor, keyboard yang semuanya bekas tidak bisa dipakai lagi. Saya berpikir, apa benar mereka tak bisa dimanfaatkan. Daripada memenuhi gudang, saya yakin pasti ada gunanya. Ternyata benar, kabel dan mouse itu bisa menjadi benda menarik dengan kreativitas siswa-siswa SMK saya,” katanya.
Dari referensi yang dia baca, Amiroh tahu betapa bahanyanya tumpukan sampah elektronik itu. Satu unit komputer tak terpakai mengandung ratusan bahan kimia yang berbahaya untuk kesehatan tubuh. “Proyek ini sekaligus untuk memberikan pengetahuan kepada siswa tentang sampah elektronik yang berbahaya dan mengenalkan pengetahuan tentang pemanfaatan kembali barang-baraang yang tidak terpakai,” kata Amiroh.
Untuk menyelesaikan proyeknya itu, dia memakai One Drive, Office Word, Ms Paint, Video Movie Maker dan OneNote.
Keempat, karya guru SDN Wonokerto, Magelang, Jawa Tengah bernama Eko Purwanto, yang mengangkat topik penyadaran tentang air bersih. Eko ingin agar murid-murid SD tidak hanya sekadar tahu soal air yang bersih tetapi juga menjadi gerakan yang kongkret. Di tengah keterbatsan fasilitas komputer yang dimiliki sekolah, proyek itu tetap bisa berjalan. “Sekolah mempunyai dua laptop, saya punya satu dan satu lagi saya meminjam laptop istri saya untuk menyelesaikan proyek ini,” katanya.
BAMBANG SIGAP SUMANTRI DARI BUDAPEST
Sumber: Kompas Siang | 9 Maret 2016