Belum tuntas Gerakan Penyelamatan 15 Danau tahap pertama, pemerintah mulai menggarap program serupa pada 15 danau lain. Penyelamatan danau di Indonesia dinilai sudah mendesak akibat aktivitas manusia.
Program penyelamatan danau mendasari kegiatan para pemangku kepentingan danau. Selanjutnya, program bisa direplikasi di lebih dari 800 danau lain. “Jangan hanya aksi-reaksi, tetapi menyentuh akar persoalan. Penyelamatan danau memenuhi aspek lingkungan, budaya, dan ekonomi,” kata Arief Yuwono, Deputi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Rabu (4/3), di Jakarta.
Ia dan pakar limnologi LIPI (Gadis Sri Haryani, Ign Dwi Atmana Sutapa, dan Tri Widiyanto) menjadi narasumber pengarahan media Gerakan Penyelamatan Ekosistem Danau (Germadan). Mereka juga memaparkan Konferensi Danau Dunia Ke-16 di Bali, 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat Konferensi Nasional Danau Indonesia I, 13 Agustus 2009, di Bali, sembilan menteri menandatangani Kesepakatan Bali. Mereka fokus memulihkan 15 danau prioritas 2010-2014 dan 15 danau 2015-2019. Prioritas didasarkan tingkat kerusakan/pencemaran, pemanfaatan danau, nilai strategis, komitmen pemerintah daerah, biodiversitas, dan bencana.
Danau yang masuk prioritas II: Danau Diatas, Danau Dibawah (Sumbar), Danau Ranau (Sumsel), Dendam Tak Sudah (Bengkulu), Lindu (Sulteng), Towuti, Mahalona (Sulsel), Bratan (Bali), Paniai (Papua), Laut Tawar, Aneuk Laot (Aceh), Kelimutu (NTT), Rinjani, Taliwang (NTB), serta Tasik Zamrud (Riau).
Pada 15 danau prioritas I dihasilkan dokumen Germadan dan rencana aksi. “Kami mendorong rencana aksi ini diserap di Bappeda untuk disinergikan dalam pembangunan,” kata Arief.
Gadis Sri Haryani mengatakan, para peneliti punya solusi ilmiah dan teknologi mengatasi kerusakan lingkungan danau. Ia mengajak tiap sektor menerapkan solusi dari peneliti.
Ia mencontohkan kajian LIPI terkait kelebihan beban keramba jaring apung di Danau Maninjau yang mencapai 18.000 buah. LIPI mengkaji danau di Sumbar itu hanya mampu diisi 6.000 keramba jaring apung.
Namun, rekomendasi belum dilakukan pemda. Dalihnya sosial dan ekonomi. “Padahal, jika tetap dibebani keramba jaring apung sebesar itu, kematian massal akan terus terjadi dan kian parah. Terakhir sampai 100 ton ikan mati,” katanya. (ICH)
—————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Maret 2015, di halaman 14 dengan judul “15 Danau Prioritas Kedua Mulai Digarap”.