Tiga sepeda motor listrik yang dikendarai mahasiswa, Senin (7/11) pukul 11.00, meluncur dari kantor Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi /BPPT di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Itulah awal perjalanan 1.400 kilometer menuju Nusa Dua, Bali, menguji cikal bakal karya lokal.
Itu bukanlah tur biasa mengisi hari libur atau berwisata bersama teman-teman. Rombongan yang dikawal polisi itu tahapan uji jalan ”GESITS Touf de Jawa-Bali”. GESITS merupakan akronim dari Garansindo Electric Scooter ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Sesuai namanya, tiga Skuter listrik yang dilepas Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir itu hasil kerja sama ITS dengan PT Garansindo. Produksi purwarupa itu didukung pendanaan riset dan pengembangan Kemenristek dan Dikti Rp 20 miliar, melalui program hibah. Jumlah yang tidak kecil.
“Saya selalu katakan, hasil riset tidak cukup sampai publikasi. Namun, harus sampai hilirisasi dan komersialisasi,” kata Nasir. Sejauh ini, (GESITS dipesan hingga 20.000 unit, yang sebagian besar dipesan institusi. Hargannya diharapkan bisa di bawah Rp 20 juta per unit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Purwarupa GESITS diperkenalkan kepada publik pada 3 Mei 2016. Seperti kemarin, saat itu Nasir mencoba mengendarai kendaraan itu di Kampus ITS Surabaya, Jawa Timur.
Uji jalan
Sebelum pengujiain daya jelajah itu ketiga prototipe telah diuji di laboratorium. Nur Yuniarto, Ketua Tim Peneliti Sepeda Motor Listrik ITS, menjelaskan, tiga prototipe itu dikendarai mahasiswa strata-1 dan strata-2 ITS untuk menempuh jarak maksimal 250-300 kilometer per hari dengan waktu istirahat maksimal 10 jam. Menyusuri jalan pantai utara Jawa.
Mereka diikuti tim yang terdiri atas perekayasa dan mekanik yang membawa peralatan dan suku cadang perawatan serta perbaikan sepeda motor.
Selama perjalanan, sejumlah aspek diuji sebelum diproduksi massal. Pengujian meliputi performa secara menyeluruh, jarak tempuh dan konsumsi energi, serta aspek keselamatan.
Sepeda motor otomatis itu memiliki daya listrik 5 kilowattjam dengan lama pengisian baterai 1,5 jam hingga 3 jam. Kendaraan dapat menempuh jarak 80-100 kilometer sebelum baterai harus diisi ulang atau diganti. Kecepatan maksimalnya sekitar 100 kilometer per jam atau setara dengan motor skuter bermesin konvensional berkapasitas 125 cc.
Setelah uji jalan itu pun masih ada serangkaian tahapan yang harus ditempuh sebelum masuk ke tahap komersial, yaitu penyusunan regulasi untuk industri dan standardisasi produk. Menurut Nasir tahap lanjut ini harus melibatkan kementerian lain, terutama Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan. Perindustrian menangani penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI), sedangkan Kemenhub mengurusi kelaikan jalan kendaraan.
Untuk GESITS, kata Nur, yang masih harus ditetapkan antara lain standar motor listrik, kontroler, baterai, sistem elektronik, dan kabel listrik. ”Standar yang digunakan harus disertifikasi lembaga independen. Di Indonesia belum ada yang menyertifikasi,” katanya.
Muatan lokal
Dari sisi konten, GESITS disebut-sebut memiliki muatan lokal lebih dari 90 persen. Satu-satunya komponen yang diimpor adalah baterai, yang dibeli dari Jepang.
Teknologi baterai litium itu belum bisa dikuasai peneliti dalam negeri. Kini, tim ITS masih terus mempelajari pembuatan baterai tersebut.
Demi kemudahan, katanya, pengembangan sepeda motor listrik ke arah komersial harus ditunjang infrastruktur memadai, antara lain sistem pengisi ulang baterai. Pihak PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan siap mendukung. Amin Subekti, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur dan Bali PT PLN mengatakan, pihaknya akan mengembangkan stasiun pengisian listrik umum (SPLU) di 200 lokasi.
Pihak Garansindo juga telah bekerja sama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jawa Tengah, untuk pengembangan baterai dan pihak Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogakarta, untuk menangani limbah baterai. Kerja sama itu untuk memastikan karya anak bangsa nyata untuk lahirnya sepeda motor karya sendiri. ”Selayaknya Indonesia memiliki sepeda motor hasil rancang bangun anak bangsa Sendiri,” kata CEO Garansindo Group Muhammad Al Abdullah.
Dari sisi lingkungan kendaraan listrik jelas tidak menyebabkan polusi udara atau suara. GESITS bisa jadi lebih dari itu karena simbol kemandirian riset dan bangsa. Jalan masih panjang. Tur Jawa-Bali hanyalah penggalan kecil perjalanan menuju kemandirian itu.
Oleh YUNI IKAWATI dan J GALUH BIMANTARA
Sumber: Kompas, 8 November 2016