Riset terkini Sustainable Waste Indonesia menunjukkan Indonesia menghasilkan lebih dari 45,3 juta ton sampah per tahun. Dari jumlah ini, sejumlah 15,6 juta ton tak tertangani atau terlepas begitu saja ke alam, baik darat dan perairan.
Dari 15,6 juta ton, sekitar 1,3 juta ton material yang terlepas ke alam itu berupa plastik. Sampah plastik ini seringkali membebani lingkungan – terutama sungai dan laut – karena susah terurai.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Direktur Sustainable Waste Indonesia, Dini Trisyanti, Selasa (24/4/2018), di Jakarta, memaparkan hasil risetnya terkait Analisa Arus Sampah Indonesia, Rantai Nilai, dan Daur Ulang pada tahun 2017. Hasil risetnya sampah di Indonesia yang terlepas ke lingkungan mencapai 1,3 juta ton per tahun. Jumlah ini separuh hasil riset Jenna R Jambeck (Universitas Georgia, 2015) yang menempatkan Indonesia sebagai penghasil sampah ke laut terbesar kedua di dunia setelah China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Riset ini dibiayai Danone-Aqua dengan dukungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2017. Peneliti mengambil sampel lokasi pada wilayah Jakarta Selatan yang mewakili kota besar dan metropolitan serta Ambon yang mewakili kota sedang dan kecil.
Direktur Sustainable Waste Indonesia (SWI) Dini Trisyanti, Selasa (24/4/2018), di Jakarta, menuturkan angka 1,3 juta ton sampah plastik ini separuh dari riset yang dilakukan Jenna R Jambeck (Universitas Georgia, 2015). Riset Jambeck saat itu menempatkan Indonesia sebagai penghasil sampah di laut terbesar kedua di dunia setelah China.
PRESENTASI DINI TRISYANTI–Presentasi Dini Trisyanti, Selasa (24/4/2018), di Jakarta.
Dini mengatakan, riset di dua lokasi selama enam bulan ini diinterpolasikan memakai data-data sekunder, seperti data kependudukan Badan Pusat Statistik dan data persampahan Bank Dunia – Kementerian LHK.
“Kami tidak mengklaim riset ini paling akurat karena keterbatasan waktu dan dana, pilihannya itu dulu,” kata dia dalam diskusi Kopi Sore di Jakarta.
Ia mengatakan, riset ini menunjukkan potensi ekonomi sampah plastik bisa lebih dioptimalkan melalui daur ulang. Daur ulang sampah plastik jenis PET (kemasan botol minuman) dan PP (kemasan gelas minuman) telah mencapai di atas 50 persen, HDPE (tutup botol) baru 17 persen, dan plastik lain hanya 7 persen.
Dalam riset skala regional Bali, Prof Enri Damanhuri, Guru Besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung, juga melakukan riset serupa yang dibiayai Danone. Hasil risetnya menunjukkan 44,5 persen sampah plastik tak terkelola. Total sekitar 268 ton sampah plastik per hari dihasilkan di Bali.
Dari jumlah itu, sekitar 29,4 persen berakhir di tempat pembuangan akhir dan 26,1 persen didaur ulang. Riset Enri ini menelusuri tempat-tempat penampungan sementara dan tempat pengolahan sampah (TPS) terpadu, bank sampah, hingga pengepul menengah dan akhir, tempat pembuangan akhir, hingga menyusuri sungai di selatan Bali yang memiliki fasilitas penangkap sampah plastik.
PRESENTASI ENRI DAMANHURI–Presentasi Enri Damanhuri, Selasa (24/8/2018) di Jakarta.
“Prinsipnya tidak boleh percaya kepada data pemerintah daerah. Harus ada data sendiri. Data pemerintah sebagai pembanding,” kata dia.
Dari penelusurannya, ia menemukan bank sampah yang menurun kegiatannya. Dari 25 orang anggota saat awal pembentukan bank sampah, kini hanya delapan orang dengan rata-rata transaksi hanya 3 kilogram per hari.
Namun ada pula TPS-3R (reduce, reuse, dan recycle) bank sampah yang berjalan baik yaitu di Seminyak. TPS-3R ini dikelola desa adat yang memiliki 16 pikap. Mereka memilah sampah anorganik dan menghasilkan pupuk kompos dari sampah organik yang disetor ke hotel-hotel.
Sustainability Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, mengatakan, telah menyiapkan peta jalan 2030 agar 100 persen produk plastik kemasan bisa termanfaatkan dalam daur ulang. Tantangan terkini diakuinya pada produk kemasan Aqua gelas yang menyisakan sedotan dan tutup yang masih belum menarik bagi pelaku bisnis daur ulang.–ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 25 April 2018