Gagalnya penjualan Galaxy Note 7 akibat cacat produksi tidak mengubah fakta bahwa Samsung masih menjadi merek yang memimpin pasar ponsel pintar dengan sistem operasi Android di dunia. Data dari IDC kuartal II tahun 2016 menyebut, Samsung menjadi pemain yang dominan dan menyuplai 22,8 persen gawai dengan sistem operasi Android sementara sebanyak 297 juta unit dijual menurut riset dari Gartner.
Semua tidak lepas dengan strategi Samsung yang mengunci pasar lewat seri ponsel pintar dengan sasaran segmen yang spesifik. Untuk kaum menengah ke atas dan eksekutif ada seri S dan Note yang menjadi andalan (flagship) dengan harga di atas Rp 10 juta, di bawahnya ada seri A yang mengincar anak muda yang aktif, serta diikuti seri J yang mengincar pengguna mula dari ponsel pintar.
Dari katalog ponsel tersebut, masih ada segmen yang belum tergarap, yakni para pemakai ponsel dengan fitur dasar seperti telefoni dan layanan pesan singkat, jumlahnya besar terutama di negara berkembang seperti Indonesia dan India. Umumnya perangkat yang dipakai memang hanya didapatkan dengan harga di bawah Rp 1 juta, bila lebih akan bertabrakan dengan pasar ponsel pintar Android murah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada saat yang sama Samsung juga berambisi untuk mengembangkan alternatif dari sistem operasi Android yang membesarkan merek ponsel pintar mereka sendiri. Tizen adalah perwujudan dari keinginan tersebut, sebuah sistem operasi yang dikembangkan secara terbuka (open source) yang digarap bersama-sama oleh beberapa perusahaan seperti Intel, Huawei, Fujitsu, dan beberapa operator telekomunikasi.
Tizen dibangun dari kernel Linux untuk membuat varian sistem operasi yang lebih ringan dan mudah untuk dikomunikasikan dengan perangkat lain. Saat ini baru Samsung yang terlihat paling bernafsu untuk menggunakan sistem operasi ini karena Tizen lahir dari kemajuan yang sudah didapatkan Samsung untuk membuat sistem operasi sendiri.
Pada tahun 2013, Samsung menghentikan pengembangan sistem operasi untuk perangkat bergerak buatan sendiri bernama Bada. Tenaga dan perhatian yang dicurahkan lantas dialihkan untuk mengembangkan Tizen sebagai sistem operasi terbuka yang bisa dipakai. Perangkat komersial untuk pasar global pertama yang ditenagai sistem operasi ini adalah Samsung Gear Fit 2 pada tahun 2014.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Penganugerahan hadiah untuk lomba pembuatan aplikasi untuk sistem operasi Tizen yakni Indonesia Next Apps 3.0 yang digelar oleh Samsung, Rabu (19/10/2016). Lomba ini ditujukan untuk mendorong tumbuhnya aplikasi lokal untuk sistem operasi baru ini.
Sementara untuk ponsel pintar, Samsung merilis seri Z sebagai perangkat generasi pertama yang ditenagai sistem operasi ini. Diluncurkan tahun lalu, Z1 baru tersedia di pasar India. Sementara itu, edisi kedua, yakni Z2 diluncurkan untuk pasar yang lebih besar, termasuk Indonesia minggu lalu. Salah satu pertimbangannya, bisa jadi adalah ekosistem aplikasi yang masih terbatas bahkan setelah dua tahun.
Aplikasi
Harian Kompas berkesempatan untuk mencoba sendiri perangkat Z2 yang dipamerkan dalam acara peluncuran oleh Samsung. Sama halnya dengan App Store yang menjadi pasar aplikasi untuk sistem operasi iOS atau Play Store bagi Android, Tizen Store adalah rumah bagi aplikasi-aplikasi yang bisa dijalankan di perangkat tersebut. Tizen butuh waktu untuk bisa mengejar dua pasar aplikasi yang disebutkan sebelumnya.
Terlampau gegabah bila membandingkan populasi aplikasi yang tersedia di Tizen Store dengan App Store maupun Play Store. Tapi, satu masalah yang cukup mengganggu adalah terbatasnya dukungan aplikasi dari layanan yang sudah menjadi arus utama seperti Facebook, Twitter, atau bahkan GoJek untuk penggunaan di Indonesia. Patut dimaklumi, keputusan bagi layanan untuk memperluas dukungan ke sistem operasi tergantung pada jumlah perangkat yang dipergunakan publik, semakin banyak perangkat Tizen di masyarakat semakin besar peluang layanan ini tersedia untuk mereka.
Beruntung Samsung Indonesia tidak tinggal diam, mereka ikut mendorong para pengembang aplikasi untuk ikut memanfaatkan sistem operasi ini. Ajang Indonesia Nexr App ketiga yang digelar tahun ini memiliiki tema mempromosikan Tizen, berikut kampanye lain yang digelar untuk mem-porting (menerjemahkan) aplikasi mereka untuk sistem operasi baru ini.
Adam Ardisasmita dari studio pengembang Arsanesia menuturkan bahwa secara umum tidak ada kendala berarti dalam menghasilkan aplikasi atau game untuk Tizen. Dari perangkat yang biasa mereka gunakan, misalkan Unity, tinggal dikemas menjadi paket yang bisa dipasang di perangkat Tizen, semudah melakukan hal yang sama untuk sistem operasi Android.
Samsung meluncurkan ponsel Z2 yang ditenagai sistem operasi Tizen, Rabu (19/10/2016). Sistem operasi ini dimaksudkan sebagai alternatif untuk sistem operasi yang sudah ada selama ini seperti Android dan iOS. Untuk memikat konsumen tanah air, Samsung bahkan menyiapkan penutup bagian belakang dengan motif batik mega mendung. Tizen merupakan sistem operasi untuk perangkat bergerak yang dikembangkan oleh Samsung bersama pihak lain yang dimaksudkan sebagai alternatif untuk sistem operasi yang sudah ada selama ini seperti Android dan iOS, Rabu (19/10/2016). Sistem operasi ini dipergunakan untuk ponsel pintar, perangkat yang dikenakan, hingga peralatan elektronik seperti televisi.–KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Salah satu kendala dalam mengembangkan produk untuk Tizen, lanjut pengembang lain bernama Yogie Aditya, adalah keterbatasan dokumen untuk mengembangkan fungsi-fungsi di sistem operasi ini. Dokumentasi diperlukan untuk memastikan tidak ada masalah saat menjalankan fungsi tertentu.
“Kendala lain adalah monetisasi karena layanan iklan yang banyak ditemui di Android masih belum ada di Tizen sehingga harus mengandalkan transaksi di dalam aplikasi. Setidaknya sistem operasi ini sudah mendukung potong pulsa untuk pembayaran,” kata Yogie.
Alfred Boediman, Vice President of PT Samsung Research & Development Institute Indonesia menjelaskan bahwa keunggulan dari sistem operasi itu ada tiga, yakni ringan, terbuka, dan mendukung interaksi antarperangkat. Saat ini Samsung sudah memasang Tizen ke beberapa perangkat elektronik rumah tangga seperti televisi. Dan mereka punya rencana lebih di masa mendatang seperti perangkat mikrokontroler yang masuk dalam kategori internet dari segalanya (internet of things).
“Tizen dikembangkan bukan untuk menggantikan Android. Ini hanya salah satu tawaran saja yang bisa dimanfaatkan,” kata Alfred.
Tantangan
Kesan sekilas dari mencoba Z2 pada acara peluncuran menghasilkan kesan bahwa perangkat ini memang menjadi sarana yang dipakai Samsung untuk masuk ke pasar perangkat dengan harga Rp 1 juta. Seri perangkat paling terjangkau adalah Galaxy J dengan harga Rp 1,5 juta dan Z2 bisa dimanfaatkan untuk memenuhi ceruk pasar yang tidak terjangkau seri tersebut yakni mereka yang digiring untuk beralih dari ponsel dengan fitur standar seperti telefoni dan layanan pesan singkat ke berbagai fitur yang dimiliki ponsel pintar.
Klaim yang menyebut Tizen lebih ringan langsung dibuktikan begitu perangkat dinyalakan, tidak butuh waktu singkat sebelum sistem operasi benar-benar bisa dijalankan. Komentar pertama yang umumnya muncul begitu melihat tampilan antarmuka Tizen adalah kemiripan dengan Android, atau setidaknya dengan tampilan antarmuka dari perangkat milik Samsung.
Beberapa gestur jari seperti geser dari bagian atas ke bawah memunculkan pengaturan juga ditemui di Tizen. Yang berbeda adalah menu navigasi di layar depan yang memunculkan ikon aplikasi utama yang tidak bisa digeser, dengan daftar aplikasi yang bisa diatur letaknya.
Lembar spesifikasi Z2 memang tidak bisa berbicara banyak karena segmen yang disasar. Setidaknya dengan harga Rp 900.000, pengguna sudah bisa mendapatkan perangkat komunikasi dengan input layar sentuh yang bisa mengakomodasi dua kartu SIM dengan koneksi 4G. Untuk memikat konsumen tanah air, Samsung bahkan menyiapkan penutup bagian belakang dengan motif batik mega mendung.
Head of Product Marketing IT & Mobile Samsung Electronics Indonesia Denny Galant mengakui bahwa keunggulan Tizen ketiga, yakni kemampuan interaksi antarperangkat tidak terlalu difokuskan untuk seri Z2 ini. Dia memastikan bahwa Samsung akan merilis perangkat dengan sistem operasi Tizen dengan spesifikasi lebih baik di masa mendatang.
Dia cukup optimistis bahwa ekosistem aplikasi juga akan membaik bila makin banyak perangkat dengan sistem operasi Tizen ada di masyarakat. Tantangan yang harus mereka hadapi kini adalah mempopulerkan, meski bukan hal yang mudah, karena mendapatkan ponsel pintar dengan harga tersebut bukanlah hal yang sulit apalagi di daerah pedesaan.
Itulah pertarungan yang harus dilalui untuk mewujudkan mimpi baru dari Samsung.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas siang, 25 Oktober 2016