Wahana BepiColombo Bergerak Menuju Merkurius

- Editor

Senin, 13 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Wahana antariksa buatan Badan Antariksa Eropa dan Badan Eksplorasi Penerbangan Antariksa Jepang bernama BepiColombo tengah bergerak menuju planet Merkurius dengan waktu tempuh sekitar tujuh tahun.

KOMPAS/ESA/EPICOLOMBO/MTM–Kamera swafoto yang ada di BepiColombo menangkap citra ke arah Bumi saat wahana antariksa itu mendekati Bumi pada 10 April 2020.

Wahana antariksa dengan misi mengamati planet Merkurius yang dinamai BepiColombo, Jumat (10/4/2020), melakukan flyby atau terbang melintasi Bumi menuju Venus untuk terus bermanuver sebelum mencapai tujuan Merkurius. Perjalanan menuju planet paling dekat dengan Matahari itu direncanakan akan ditempuh selama tujuh tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

BepiColombo adalah wahana buatan Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Eksplorasi Penerbangan Antariksa Jepang (JAXA). Satelit ini diluncurkan pada 20 Oktober 2018 dan diperkirakan tiba di planet paling kecil dalam Tata Surya itu pada 2025 untuk melakukan sejumlah observasi selama setahun.

Perjalanan menuju Merkurius sangat menantang. Meski Merkurius, Venus, dan Bumi berada dalam satu garis lurus sekalipun, perjalanan dari Bumi menuju Mars tidak bisa dilakukan secara langsung. Wahana harus berputar-putar mengelilingi sejumlah planet untuk menghemat energi demi mendukung perjalanannya atau mengurangi kecepatan wahana hingga wahana tetap berada di jalurnya.

Proses itu membuat perjalanan dari Bumi menuju Merkurius harus ditempuh selama tujuh tahun. Jalur perjalanan BepiColombo pun sangat kompleks, termasuk harus melakukan sembilan kali flyby atau terbang melintasi planet.

Flyby adalah terbang di dekat sebuah planet untuk memanfaatkan energi planet. Selama flyby, wahana harus dijaga agar terbang pada jarak sedekat mungkin hingga bisa memanfaatkan energi planet. Meski dekat, jarak itu harus dijaga agar tidak terlalu dekat agar wahana tidak tertangkap gravitasi planet hingga mengorbit planet tersebut.

Flyby BepiColombo pada Jumat (10/4/2020) adalah flyby pertama dari rencana sembilan kali flyby dan satu-satunya flyby yang dilakukan terhadap Bumi. Flyby terhadap Bumi itu dilakukan BepiColombo pada 11.25 WIB saat wahana itu berjarak 12.693 kilometer dari Bumi.

KOMPAS/ESA/ATG MEDIALAB/SPACE–Konsep artis saat wahana antariksa BepiColombo terbang di dekat Bumi.

Pada flyby pertama itu, wahana dirancang mendekati Bumi pada sudut tetentu untuk mengurangi kecepatan wahana terhadap Matahari. Penyesuaian kecepatan itu, seperti dikutip Space, memungkinkan BepiColombo tetap berada di jalurnya menuju bagian dalam tata surya.

Setelah itu. BepiColombo direncanakan akan melakukan flyby terhadap Venus dua kali, yang direncanakan pada 15 Oktober 2020 dan 11 Agustus 2021. Flyby di Venus ini juga dilakukan untuk mengurangi kecepatan BepiColombo hingga wahana ini lancar perjalanannya menuju Merkurius.

KOMPAS/NASA/JOHNS HOPKINS UNIVERSITY APPLIED PHYSICS LABORATORY/CARNEGIE INSTITUTION OF WASHINGTON–Citra berwarna Merkurius ini dihasilkan menggunakan sejumlah citra berwarna yang dihasilkan wahana antariksa NASA Messenger.

Setelah itu, wahana tidak akan langsung menuju Merkurius, tetapi harus melakukan flyby terhadap Merkurius selama enam kali, yaitu pada 1 Oktober 2021, 23 Juni 2022, dan 20 Juni 2023. Selanjutnya, flyby akan dilakukan pada 5 September 2024, 2 Desember 2024 dan terakhir 9 Januari 2025. BepiColombo diperkirakan akan terjebak dalam gravitasi Merkurius, sang planet besi, pada 5 Desember 2025.

”Kami berharap bisa melakukan proses transfer (pengiriman wahana) lebih cepat sehingga wahana bisa di Merkurius selama beberapa bulan, tetapi tidak bisa dilakukan dalam misi ini,” kata Elsa Montagnon, pengontrol penerbangan yang bertanggung jawab BepiColombo dari ESA seperti dikutip BBC.

KOMPAS/ESA–Proses flyby BepiColombo mendekati Bumi pada 10 April 2020.

Setelah sampai di Merkurius, BepiColombo akan dipecah dalam dua wahana pengorbit, yaitu Mercury Magnetospheric Orbiter (MMO) milik JAXA dan Mercury Planetary Orbiter (MPO) milik ESA.

MMO akan mengorbit lebih tinggi terhadap Merkurius dengan fokus mempelajari magnetosfer atau wilayah ruang angkasa yang diatur medan magnet planet. Riset magnetosfer Merkurius ini menarik karena para peneliti selama ini berpikir Merkurius tidak bakal memiliki medan magnet. Nyatanya, Merkurius memiliki medan magnet meski lemah. Fenomena itulah yang membingungkan ilmuwan hingga kini.

Sementara wahana kedua MMO, akan lebih dekat mengitari Merkurius. Wahana ini akan melakukan sejumlah pengukuran terutama mengenai komposisi planet. Pengetahuan ini diharapkan akan membantu memahami bagaimana Merkurius dan seluruh tata surya terbentuk.

Saat tiba di Merkurius pada 2025, BepiColombo akan menjadi wahana Bumi ketiga yang terbang mendekati Merkurius. Mendekati planet paling dekat dengan Matahari itu sulit karena panasnya suhu di sekitarnya. Suhu di permukaan Merkurius berkisar antara 430 derajat celsius saat siang hari dan turun drastis saat malamnya mencapai minus 150 derajat celsius. Untuk bekerja dalam temperatur setinggi itu, BepiColombo dirancang tahan suhu hingga lebih dari 350 derajat celsius.

Wahana pertama yang mendekati Mekurius adalah Mariner 10 milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada 1974-1975 dengan mengitari Merkurius sebanyak tiga kali. Sementara wahana kedua adalah Messenger yang mengorbit Mars pada 2011-2015, juga milik NASA.

Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI

Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 12 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB