Tim peneliti gabungan Kementerian Pertanian dan Institut Pertanian Bogor mengembangkan varietas cabai merah besar menggunakan metode kultur jaringan untuk meningkatkan produktivitasnya. Hasilnya, varietas unggul cabai tahan serangan virus belang ChiVMV yang dinamai Carvi Agrihorti, akronim dari cabai resisten virus agri hortikultura. Varietas ini disebut juga Carvi SP (super pedas).
Sebagai negeri tropis yang subur, produktivitas cabai di Indonesia relatif tinggi. Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), sebagai produsen cabai, posisi Indonesia keempat setelah China, Meksiko, dan Turki. Namun, dari beragam jenis cabai yang ada, seperti cabai keriting dan cabai rawit, jenis cabai merah besar (Capsicum annuum L) masih rendah produktivitasnya, rata-rata hanya 6,39 ton per hektar. Untuk komoditas ini, Indonesia menduduki peringkat ke-90.
Peneliti dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Kementerian Pertanian, Ifa Manzila, Rabu (6/12), mengatakan, penelitian ini dilakukan tim dari BB-Biogen dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Kementerian Pertanian bekerja sama dengan ITB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Cabai ini dapat ditanam di mana saja di dataran rendah hingga tinggi, cukup diberi pupuk kandang,” ujar Ifa.
Cabai ini dapat ditanam di mana saja di dataran rendah hingga tinggi, cukup diberi pupuk kandang.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Pedagang menjual cabai merah di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Rabu (1/11/2017).
Varietas unggul ini mempunyai provitas (produktivitas tanaman) 22 ton per hektar. Adapun potensi hasilnya dapat mencapai 28 ton hingga 30 ton per hektar. Umur panennya 95 hari. Tinggi tanaman 60 hingga 78 sentimeter dan kadar kapsaisin (capsaicin) 2,6 mg per gram.
Dibandingkan tanaman asalnya, yaitu cabai merah Gelora yang berasal dari Bogor, ujar Ifa, kapsaisin-nya atau tingkat kepedasannya 5 kali lipat. Pada satu pohon terdapat 111 hingga 120 buah dengan total berat sekitar 1 kilogram. Dari satu bibit tanaman ini, pada masa tanam selama 2,5 bulan dapat dipanen 8 kali.
Mutasi kultur jaringan
Carvi Agrihorti dirakit dengan metode mutasi kultur jaringan. Caranya, tanaman disemai selama sebulan kemudian diambil jaringan di bagian tunas. Setelah itu direndam dalam EMS atau mutagen kimia. Bibit yang dihasilkan kemudian ditumbuhkan dalam media kultur jaringan.
Jaringan ini membentuk kalus embriogenik sampai tumbuh menjadi individu tanaman baru. Tanaman baru diseleksi sampai generasi keenam terhadap provitas, ketahanannya terhadap virus, dan kandungan kapsaisin-nya.
Penelitian kultur jaringan cabai ini dilakukan pada 2009. Untuk mendapat bibit yang optimal dilakukan enam kali penanaman atau 6 generasi. Uji coba tanaman hortikultura dilakukan selama satu tahun di Cipanas, Lembang, dan Garut.
“Tanaman cabai ini akan segera dilepas Kementerian Pertanian sebagai varietas unggul baru,” kata Ridwan Rachmat, Kepala Bidang Kerja Sama Pendayagunaan Hasil Penelitian BB- Biogen.
Cabai merah besar merupakan jenis sayuran yang bernilai ekonomis tinggi. Cabai ini mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan, antara lain antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung lasparaginase dan kapsaisin yang berperan sebagai zat antikanker. Kandungan vitamin C-nya juga tinggi. (YUN)
Sumber: Kompas, 7 Desember 2017