Enam organisasi masyarakat sipil di Indonesia menerima dana 1,2 juta dollar AS atau setara Rp 18 miliar untuk meningkatkan pengelolaan dan daur ulang sampah di sekitar perkotaan. Dana ini diberikan oleh Program Daur Ulang Sampah Perkotaan (MWRP) dari Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).
Diharapkan pemberian hibah ini bisa dimanfaatkan dan ke depan bisa diperluas praktik pengelolaannya pada sejumlah daerah. Melalui program yang memanfaatkan kembali sampah plastik menjadi bahan baku daur ulang atau circular economy, masyarakat dirangsang untuk berperan aktif karena sampah masih memiliki valuasi ekonomi apabila dikelola dengan baik.
–-Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R Donovan, Rabu (27/3/2019), di Jakarta, secara simbolis memberikan hibah kepada Swietenia dari Divers Clean Action untuk pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu, Jakarta. Bantuan dari USAID tersebut diberikan kepada lima organisasi lain dengan nilai mencapai Rp 18 miliar atau 1,2 juta dollar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penerima hibah itu adalah Yayasan Bintari di Kota Semarang (Jawa Tengah), Yayasan Misool di Kota Sorong (Papua Barat), Yayasan Gringgo di Kota Denpasar (Bali), Divers Clean Action di Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Transformasi Indonesia di Gowa (Sulawesi Selatan), dan Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi di Bandung (Jawa Barat). Mereka akan bermitra dengan masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan mitra sektor bisnis untuk menjajaki solusi efektif dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Pemberian bantuan kepada enam organisasi ini disaksikan Duta Besar AS Joseph R Donovan, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar, dan Staf Ahli Menteri Koordinator Kemaritiman Tukul Rameyo Adi, Rabu (27/3/2019), di Jakarta. Pemberian hibah serupa dari USAID seperti ini juga diberikan kepada sejumlah organisasi di Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.
Saat persoalan sampah bisa diselesaikan di daratan, diharapkan bisa berakibat positif pada berhentinya pencemaran atau polusi plastik di laut. Berbagai data menunjukkan, sejumlah 80 persen sampah di laut berasal dari daratan. Dari jumlah itu sebagian di antaranya sampah plastik yang meninggalkan berbagai permasalahan pada keberlangsungan flora dan fauna serta memengaruhi fungsi biologis laut dalam perubahan iklim.
Duta Besar Donovan mengatakan, pemberian hibah ini merupakan tindak lanjut dan jawaban Amerika Serikat atas undangan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu terkait penanganan sampah di laut. ”Washington DC dan Jakarta perlu bekerja bersama dalam penanganan sampah ini,” katanya.
Ia mengatakan, sebagai seorang penyelam sangat miris melihat kecantikan sejumlah lokasi penyelaman yang dikotori sampah. Sampah-sampah ini dilihatnya saat beristirahat saat jeda atau interval menyelam.
Donovan mengakui, permasalahan sampah plastik kini telah menjadi permasalahan global yang harus ditangani, pun oleh negara maju seperti Amerika Serikat. ”Meskipun tantangan mengatasi sampah plastik di laut itu bersifat global, solusinya harus lokal,” katanya.
Ia mengatakan, pemberian hibah ini merupakan upaya promosi pendekatan lokal untuk pengurangan sampah plastik di laut. Penandatanganan hibah ini pun merupakan penanda 70 tahun hubungan diplomatik AS-Indonesia di tahun 2019.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Enam organisasi masyarakat sipil di Indonesia menerima dana 1,2 juta dollar AS atau setara Rp 18 miliar untuk meningkatkan pengelolaan dan daur ulang sampah di sekitar perkotaan. Dana ini diberikan oleh Program Daur Ulang Sampah Perkotaan (MWRP) dari Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Pemberian bantuan kepada enam organisasi ini disaksikan Duta Besar AS Joseph R Donovan, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar, dan Staf Ahli Menteri Koordinator Kemaritiman Tukul Rameyo Adi, Rabu (27/3/2019), di Jakarta.
Inovasi
Direktur Pengelolaan Sampah Novrizal Tahar menyambut baik pemberian hibah dan dukungan AS atas upaya meningkatkan sirkular ekonomi dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Ia mengatakan, inovasi dari penerima hibah diharapkan bisa diperbanyak dan direplikasi di sejumlah daerah sesuai kebutuhan dan keunikan kondisi setiap daerah.
Sebagai penerima hibah, Yayasan Bintari dan Yayasan Misool akan memperkuat bank sampah masyarakat di Semarang dan Sorong dalam hal penguatan kapasitas daur ulang, menghubungkan masyarakat lokal dengan pendaur ulang skala kecil, dan memberi insentif pengumpulan plastik sekali pakai.
Divers Clean Action dan Yayasan Gringgo akan bekerja sama dengan operator pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu dan Kota Denpasar untuk peningkatan sistem pengumpulan limbah melalui peningkatan partisipasi masyarakat dan aplikasi mobile yang melacak pengumpulan sampah rumah tangga.
Selanjutnya, Transformasi Indonesia dan YPBB akan bekerja di Kota Bandung dan Kabupaten Gowa untuk berbagi dan mereplikasi model pengelolaan sampah. Staf Ahli Tukul Rameyo Adi mengatakan, pendekatan ke masyarakat ini sangat penting karena akan berpengaruh pada perubahan kebiasaan dan perspektif masyarakat akan sampah.
”Sampah tidak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah, tetapi juga oleh komunitas masyarakat dan kaum bisnis,” katanya.
Oleh ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 27 Maret 2019