Tanamkan Integritas Akademik sejak Awal

- Editor

Jumat, 6 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penanaman integritas di kalangan mahasiswa dan dosen adalah kunci pencegahan pelanggaran etika akademik, termasuk plagiasi atau penjiplakan. Dosen yang membiarkan mahasiswa menjiplak karya orang lain hendaknya diberi sanksi keras.

“Karya tulis mahasiswa merupakan cerminan reputasi dosen pembimbing,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Bambang Wibawarta, Kamis (5/10).

Ia mengatakan, semenjak mahasiswa baru masuk kuliah, ?mereka sudah diajarkan mengenai integritas akademik. Caranya mulai dari membaca karya tulis ilmiah bermutu, menajamkan kemampuan meneliti, dan rajin membuat makalah. Dalam hal ini, dosen berfungsi sebagai pendidik dan teladan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Dosen diwajibkan menerbitkan karya mereka di jurnal-jurnal bereputasi baik. Di dalamnya ada proses verifikasi karya untuk memastikan tulisan itu bukan jiplakan,” ujar Bambang. Proses yang transparan itu merupakan salah satu cara dosen menunjukkan sikap akademik yang baik kepada mahasiswa.

Selain itu, di perpustakaan UI juga ada bagian khusus untuk mendeteksi keaslian tulisan. Adapun dosen dibekali peranti lunak Authenticate dan Turnitin untuk membantu mereka memeriksa karya para mahasiswa.

Batas bimbingan
Bambang mengatakan, di UI ada aturan satu dosen maksimal boleh membimbing 15 mahasiswa yang terdiri dari S-1, S-2, dan S-3. Namun, dosen juga harus mempertimbangkan kapasitasnya apabila memiliki tugas selain mengajar, misalnya meneliti atau mengemban jabatan struktural.

“Biasanya, dosen hanya mampu membimbing dua hingga tiga mahasiswa,” ujar Bambang. Dia mengatakan, mahasiswa yang ketahuan menjiplak, sanksinya mulai dari penundaan kelulusan hingga dikeluarkan.

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Intan Ahmad mengatakan, dalam menulis karya ilmiah, wajib mengutip karya lain di bidang terkait. “Akan tetapi, banyak yang menyalahartikan mengutip dengan menjiplak, padahal itu dua hal yang berbeda,” ujarnya.

Dia mengatakan, tak ada aturan yang membatasi seseorang boleh mengutip karena hal ini tergantung di bidang ilmu masing-masing. Hal yang patut ditekankan adalah asas kepatutan dalam membuat karya tulis. Di dunia aturannya sama, yaitu tidak boleh menjiplak. (DNE)

Sumber: Kompas, 6 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB