Tanaman Energi; Penanaman Didorong Tidak Monokultur

- Editor

Senin, 18 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penanaman tanaman penghasil energi hayati didorong tidak monokultur. Pengelolaan hutan secara lestari dengan menanam bermacam tanaman berpotensi menghasilkan energi hayati lebih besar sekaligus membawa manfaat lain, seperti pemenuhan kebutuhan pangan dan menjaga jasa lingkungan, ketimbang jika hanya produksi tanaman energi.

Sistem disebut multi-silvikultur atau tumpangsari itu lebih unggul, termasuk dibandingkan dengan kebun kelapa sawit. “Keluaran energi dari sistem multi- silvikultur 2,5-3 kali lipat ketimbang dari sawit dengan luasan lahan sama,” ucap Direktur Penelitian dan Pengembangan Arsari Group Willie Smits dalam diskusi “Bio Energi dan Penurunan Emisi”, Jumat (15/4), di Jakarta.

Pada perkebunan sawit, energi dihasilkan dari satu macam tanaman. Sementara di hutan dengan tanaman campuran, energi bisa dari gula pohon aren dan biomassa kayu, misalnya dari pohon nyawai. Petani juga bisa membudidayakan singkong yang patinya bisa untuk bioetanol.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sistem tumpangsari dinilai lebih bermanfaat daripada sistem monokultur dalam perkebunan sawit. Keuntungan kebun sawit pada tingkat balik modal (IRR) 18 persen dan dengan sistem multi- silvikultur 31 persen atau hampir dua kali dibandingkan dengan perkebunan sawit.

Perhitungan itu diperoleh dari hasil audit salah satu perusahaan auditor terbaik dunia pada bisnis konservasi Arsari di Kalimantan Timur. Arsari memegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam 173.395 hektar. “Kami tak memakai 50.000 ha hutan yang bagus karena itu untuk konservasi,” ujarnya.

Arsari beroperasi di lahan kritis (70 persen area konsesinya ialah lahan kritis) sehingga harus memulihkan lahan. Perusahaan itu memakai bibit pohon diberi mikroba agar tumbuh di lahan kritis. Akar membusuk dari semak-semak jadi sumber unsur hara tanaman sehingga petani bisa menanam singkong dengan sistem bagi hasil.

Perusahaan pun menanam bermacam pohon di areal konsesi, termasuk tanaman penghasil energi, yakni pohon aren untuk menghasilkan bioetanol serta tanaman bambu dan nyawai untuk menghasilkan biomassa pengganti batubara. Pengusahaan hutan mirip hutan alami agar jasa lingkungan terjaga.

Menurut Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Energi Arief Yuwono, pengembangan bioenergi setiap daerah tak bisa disamaratakan karena potensi sumber daya beragam. Itu perlu pemetaan potensi dan kendala terpadu. Sektor bioenergi pun diurus sejumlah lembaga, seperti Kementerian LHK serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
(JOG)
———–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Penanaman Didorong Tidak Monokultur”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB