Tanaman Ciplukan untuk Pelengkap Terapi Lupus

- Editor

Kamis, 3 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Riset tanaman obat ciplukan (Physalis angulata L) sebagai pelengkap terapi bagi orang dengan lupus atau odapus telah lolos uji klinik. Kini hasil penelitian tersebut sudah memasuki tahap produksi.

”Produk dari tanaman ciplukan ini sebagai pelengkap terapi bagi odapus untuk mengatasi lemah badan dan peradangan. Jadi, obat standar odapus harus diminum,” kata Ketua Syamsi Dhuha Foundation (SDF) Dian Syarief, di Graha Kompas Gramedia, Bandung, Rabu (2/5/2018). Syamsi Dhuha Foundation merupakan lembaga swadaya masyarakat yang memberi dukungan kepada odapus dan penyandang gangguan penglihatan.

Pelengkap terapi ini bisa menekan biaya terapi bagi odapus. Produk ekstrak sari aktif ciplukan dalam kemasan kapsul itu akan diluncurkan di aula Institut Teknologi Bandung, Kota Bandung, Minggu (6/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lupus ialah penyakit autoimun yang memicu kerusakan jaringan dan organ tubuh. Saat ini diperkirakan ada lebih dari 5 juta penyandang lupus di dunia dengan 100.000 kasus baru per tahun. Di Indonesia, jumlah odapus diperkirakan 1,3 juta orang.

Riset tanaman ciplukan merupakan hasil kerja sama SDF dengan Sekolah Farmasi ITB dan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran Bandung. Penelitian itu untuk meringankan biaya terapi bagi odapus yang mencapai Rp 60 juta untuk satu siklus. Obat lupus yang ada meredakan gejala.

Terobosan riset
Terkait hal itu, SDF mencari terobosan riset pengobatan lupus dari tanaman obat Indonesia pada 2011-2014. Ada 9 proposal penelitian sebagai pemenang dan diprioritaskan riset yang masuk uji pre-klinik dan uji klinik, yakni ciplukan. Uji pre-klinik dilakukan tim Sekolah Farmasi ITB dan uji klinik oleh tim FK Unpad. Proses riset ciplukan dengan biaya sekitar Rp 500 juta itu dilaksanakan sejak tahun 2014 sampai tahun ini.

Kampanye lupus di kampus dan sekolah–Arsip/Syamsi Dhuha Foundation

Di masyarakat, tanaman ciplukan dari akar, buah, dan daunnya biasa digunakan antara lain untuk obat cacing, membantu mengatasi demam, bisul, borok, influenza, dan gondongan.

Menurut Dian, penelitian terhadap ciplukan menjadi prioritas karena hingga saat ini relatif sulit mencari literatur atau pun dari jurnal ilmiah terkait bahan alami untuk penyembuhan lupus.

“ Jamu, misalnya, bersifat imunostimulan, yang dapat merangsang aktivitas sel darah putih supaya tubuh lebih tahan terhadap infeksi. Padahal obat untuk penyakit otoimun seperti lupus yang diperlukan justru kebalikannya, yakni imunosupresan untuk menekan respon alami sistem kekebalan tubuh. Unsur imunosupresan ini ada pada ciplukan,” ujarnya.

Untuk memproduksi ekstrak ciplukan, pihaknya menggandeng industri farmasi PT Kimia Farma Tbk. “Kami bekerja sama dengan Kimia Farma, karena cabangnya banyak di seluruh Indonesia. Jadi odapus diharapkan akan mudah memperoleh kapsul ciplukan. Kami mengusulkan agar harganya tak sampai Rp 50.000 per botol (isi 30 kapsul),” ucap Dian.

Sementara Medical Advisor Syamsi Dhuha Foundation, Rachmat Gunadi, yang juga anggota tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Unpad menjelaskan, penelitian terhadap ciplukan sudah dilakukan sejak tahun 2010.

“Uji klinis ciplukan sudah dilakukan sejak tahun 2010, tapi waktu itu bukan fokus untuk pengobatan lupus. Uji klinis untuk pengobatan lupus baru dilakukan sejak 2014 bekerja sama dengan SDF,” kata Rachmat yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Reumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

“Khasiat komplemen ciplukan ini untuk antiradang, antioksidan, anti pengerasan jaringan, juga ada unsur untuk bersinergi atau menguatkan obat standar yang diberikan. Jadi dengan komplemen ini, dosis dari obat standar dapat dikurangi, tapi dampaknya akan lebih baik,” ujarnya.–SAMUEL OKTORA

Sumber: Kompas, 3 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB