Pengembangan taman laut menjadi salah satu solusi untuk melestarikan keanekaragaman hayati di perairan Indonesia. Keberadaan taman laut juga membuka peluang pendidikan masyarakat dan peningkatan pendapatan daerah lewat wisata alam.
Hal itu diungkapkan pakar kebijakan kelautan dari Amerika Serikat, Todd Capson, saat memberikan kuliah umum di Pusat Kebudayaan AS @America, Selasa (7/11), di Jakarta. Capson selama sepekan berkunjung ke Indonesia untuk bertemu perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia untuk berbagi pengalaman melestarikan taman laut di Panama dan Senegal. Ia berkunjung ke Banda Aceh, Pariaman, dan Ambon.
“Data 2013 menyebutkan, di 600 taman laut sedunia terjadi pertumbuhan ikan 71 persen,” ujarnya. Ikan-ikan itu bermigrasi ke luar area taman laut dan ditangkap nelayan. Jadi, pelestarian biota laut dan pemenuhan kebutuhan pangan bisa berdampingan. Di dunia ada 15 juta kilometer persegi taman laut atau 2 persen dari total samudra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kerja sama
Ia mencontohkan Taman Laut Nasional Coiba di Panama. Capson bekerja sama dengan ilmuwan lokal, Pemerintah Panama, dan swasta untuk melestarikan taman laut itu dan memperjuangkannya masuk dalam situs cagar budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Semula masyarakat pesimistis pemerintah mau diajak bekerja sama. Melalui pendekatan bertahap, mereka bisa meyakinkan Pemerintah Panama menerbitkan aturan perlindungan taman laut itu. Sejak taman laut Coiba diresmikan pada 2005, manfaatnya terasa oleh masyarakat. Kekayaan biota laut mendatangkan ilmuwan dari seluruh penjuru dunia untuk meneliti manfaatnya terhadap penemuan serta perkembangan obat untuk kanker dan penyakit tropis.
Pejabat Bidang Ekonomi Kedutaan Besar AS di Jakarta Louis Grow menambahkan, laut termasuk aspek penting kerja sama Indonesia-AS. Kedua negara dirugikan oleh pencemaran laut yang berakibat pada kerusakan lingkungan dan menurunnya kesejahteraan masyarakat. (DNE)
Sumber: Kompas, 8 November 2017