Siklus Iklim Tentukan Produktivitas Pertanian

- Editor

Senin, 2 April 2018 - 16:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Riset terbaru menunjukkan, siklus iklim berskala regional seperti El Nino memengaruhi dua per tiga hasil panen global. Karena itu, adaptasi pola budidaya pada dinamika iklim yang kini berubah itu menentukan ketahanan pangan di masa depan.

Penelitian yang dilakukan tim dari Universitas Aalto, Finlandia ini dipublikasikan di jurnal Nature Communications, Rabu (28/3/2018). “Dengan riset ini, kami menekankan pemakaian prediksi cuaca dalam perencanaan pertanian untuk meningkatkan daya tahan pertanian pada perubahan iklim,” kata Mathias Heino, penulis paper ini dalam siaran pers.

Meski dampak siklus iklim terhadap pertanian lama diketahui, upaya menghitung dampak sejumlah siklus iklim skala regional seperti El Nino-Southern Oscillation (ENSO), North Atlancic Oscilation (NAO), dan Indian Ocean Dipole (IOD) pada produktivitas 12 komoditas pertanian utama, baru kali ini dilakukan. Hasilnya, 67 persen produksi pertanian dunia dipengaruhi dinamika iklim ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dinamika iklim ini memiliki siklus dengan dampak pada cuaca beragam, sesuai fasenya. Menguatnya El Nino dan kebalikannya, La Nina, berdampak pada produksi jagung, kedelai, dan padi, yang ditanam di Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Latin, dan bagian selatan Afrika.

KOMPAS/KHAERUL ANWAR–Petani Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, mulai panen padi, Kamis (22/3). Hasil panen padi di Desa Pijot, Lombok Timur, ini biasanya ditumpuk sementara di pinggir sawah menunggu pedagang pengumpul yang membeli dan mengangkutnya. Perubahan iklim berdampak pada produktivitas pertanian di berbagai negara, termasuk Indonesia. (Kompas/Khaerul Anwar)

“Studi kami menunjukkan North Atlantic Oscillation (NAO) secara signifikan mempengaruhi produksi pertanian di Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah,” kata Matti Kummufrom, anggota tim peneliti.

Saat tekanan udara di Atlantik naik, produktivitas pertanian di Eropa rata-rata turun 2 persen dibandingkan kondisi rata-rata normalnya. Di Spanyol dan Balkan, penurunan produktivitas 10 persen dan di Afrika Utara 6 persen

Sementara dinamika iklim Indian Ocean Dipole, terjadi karena perubahan suhu permukaan laut di Samudera Hindia secara reguler dari perairan timur dan barat. Saat permukaan air di bagian barat Samudera Hindia lebih hangat, di bagian timurnya mendingin. Demikian sebaliknya. Perubahan ini berpengaruh pada produktivitas hasil pertanian di Australia hingga 8 persen.

Saat ini 4 miliar penduduk tinggal di area yang dipengaruhi tiga siklus iklim ini. Karena itu, adaptasi pola pertanian berdasarkan perubahan siklus iklimnya menjadi amat penting.

Berbeda-beda
Terkait pemahaman siklus iklim El Nino, kajian peneliti iklim Badan Meteorlogi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supari dipublikasikan di jurnal Climate Dynamics pada Desember 2017 jadi relevan.

Sebelumnya diketahui bahwa El Nino berdampak musim kemarau lebih panjang di Indonesia, dan La Nina memerpendek kemarau. Namun, kajian Supari menunjukkan dampak El Nino dan La Nia dipengaruhi musim dan areanya. “Karena dampak siklus iklim berbeda-beda, baik waktu maupun areanya, perlu zonasi dampak El Nino dan La Nina di Indonesia,” ungkapnya.

Karena dampak siklus iklim berbeda-beda, baik waktu maupun areanya, perlu zonasi dampak El Nino dan La Nina di Indonesia

Supari mengusulkan 5 zona wilayah di Indonesia terkait dampak El Nino dan La Nina. Contohnya, untuk zona I yang terdampak El Nino meliputi Maluku, Sulawesi Tengah dan Utara, Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Timur.

Adapun zona II umumnya berada di bagian selatan Indonesia, termasuk Jawa, saat El Nino dan lebih kering pada Juni – Februari serta basah pada Maret-Mei. Sementara wilayah III meliputi Kalimantan Tengah dan Timur mengalami kering parah pada Juni – November, namun berganti basah pada Desember -Febuari, lalu kembali kering pada Maret-Mei.

Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia, Yunita T Winarto mengingatkan, dinamika iklim yang berubah perlu dikomunikasikan kepada petani. “El Nino dan La Nina bukan gejala perubahan iklim. Namun, variabilitas kemunculannya meningkat akibat perubahan iklim. Jadi, perlu pembelajaran agrometerologi pada petani,” ujarnya.–AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 31 Maret 2018

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB