Gempa bumi berkekuatan M 6,3 dengan pusat di darat dan dangkal kembali melanda Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu (19/8) pukul 11.10 WIB. Kejadian ini menandai aktifnya oergerakan sesar naik Flores yang memanjang dari utara Nusa Tenggara Timur hingga Bali. Masyarakat Lombok diminta menghindari bangunan yang telah rusak.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, informasi awal gempa pada pukul 11.10 WIB berkekuatan M 6,5, namun setelah analisis lebih lanjut kekuatannya menjadi M 6,3. Sebelumnya, gempa berkekuatan M 5,4 juga terjadi pukul 10.06 WIB.
Episenter gempa M 6,3 ini terletak pada koordinat 8,24 Lintang Selatan dan 116,66 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 32 kilometer arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 10 km.
Lokasi gempa ini berdekatan dengan pusat gempa M 6,4 yang terjadi pada Minggu, 29 Juli 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dengan memperhatikan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya maka gempa yang terjadi kali ini merupakan jenis dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (Thrust Fault),” kata Daryono.
Gempa bumi berkekuatan M 6,3 dengan pusat di darat dan dangkal kembali melanda Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu (19/8) pukul 11.10 WIB. Sumber: BMKG, 2018
Guncangan dirasakan di daerah Lombok Utara VI Mercalli Modified Intensity (MMI), di Mataram IV MMI, di Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Timur, Bima, dan Sumbawa Besar III MMI, di Denpasar, Waingapu dan Jimbaran II MMI.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, guncangan paling keras dirasakan di Lombok Timur. Terjadi beberapa kerusakan rumah dan bangunan di Desa Korleko Selatan seperti menara Masjid Babussalam Dusun Lembak Daya Kecamatan Sembalun. Dua kios di depan kantor Desa Madaen roboh. Rumah masyarakat yang sebelumnya tegak tapi rusak, akhirnya roboh,” kata dia.
Melihat terus aktifnya zona gempa di kawasan ini, Sutopo mengingatkan agar masyarakat menjauhi bangunan yang telah rusak akibat gempa sebelumnya. “Untuk bangunan hotel maupun bangunan publik seperti kantor dan sekolah yang yang membahayakan telah diberi tanda merah sebagai tanda harus dirobohkan dan hijau yang hanya perlu renovasi. Namun, untuk rumah belum ada penandaannya,” kata dia.
Fenomena Baru
Daryono menambahkan, mengingat episenternya relatif berdekatan dengan gempa-gempa sebelumnya, maka BMKG menyatakan gempa ini merupakan susulan (aftershock) dari rangkaian gempa bumi yang terjadi sebelumnya. Data BMKG hingga pukul 12.00 WIB, hasil menunjukkan telah terjadi 797 aktivitas gempabumi susulan (aftershock), di antaranya 33 gempa bumi dirasakan sejak kejadian gempa pertama di Lombok pada 29 Juli lalu.
Ahli gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano mengatakan, gempa kali ini bukan susulan, namun berasal dari subsegmen berbeda. “Gempa kali ini bergeser ke arah arah timur dari bidang gempa tanggal 29 Juli 2018, walaupun terdapat irisan. Saya lebih cenderung ini gempa baru yang terpicu oleh dua gempa awal,” kata dia.
Irwan mengatakan, mekanisme gempa di segmen baru karena terpicu gempa di segmen sebelahnya sering terjadi di Indonesia, seperti biasa terjadi di pantai barat Sumatera. “Tetapi, jeda waktunya biasa cukup lama, beda dengan kejadian di Lombok ini yang relatif berdekatan. Kejadian ini merupakan hal yang baru dari persepktif pengetahun kami,” kata dia.
Irwan mengaku tidak tidak bisa mengetahui, apakah rangkaian gempa di Lombok ini sudah berakhir atau masih akan terjadi ke depannya. “Yang dikhawatirkan kegempaanya terus menjalar ke barat atau ke semakin ke timur. Sampai saat ini belum ada yang bisa memprediksinya,” kata dia.
Menurut Daryono, catatan sejarah menunjukkan pergerakan Sesar Naik Flores yang berada di utara kawasan Nusa Tenggara Timur hingga Bali sangat aktif. Sejumlah gempa bumi dan tsunami yang dipicu pergerakan sesar ini di antaranya gempa tahun 1815 di utara Bali, 1836 di Bima, 1857 utara Bali, 1976 di Seririt, Bali. Sesar ini memicu gempa dan tsunami tahun 1992 di Flores.
“Ke depan, potensi gempa di kawasan utara Bali dan Nusa Tenggara yang bersumber dari Sesar Naik Flores tetap ada dan patut diwaspadai dengan upaya mitigasi yang serius,” kata Daryono.–AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 20 Agustus 2018
—————-
Rangkaian Gempa Guncang Lombok
Minggu (19/8/2018) pukul 21.56 WIB terjadi gempa berkekuatan M 6,9 (pemutakhiran dari info data awal M 7) dengan pusat sekitar 75 kilometer timur laut Kota Mataram. Sumber: BMKG, 2018
Sesar naik di utara Pulau Lombok masih terus memicu gempa besar. Minggu (19/8/2018) pukul 21.56 WIB terjadi gempa berkekuatan M 6,9 dengan pusat sekitar 75 kilometer timur laut Kota Mataram.
Gempa ini kemudian diikuti sejumlah gempa lebih kecil, yaitu berkekuatan M 5,6 pada pukul 22.16 WIB, M 5,8 pada pukul 22.28 WIB, dan M 5 pada pukul 22.30 WIB. Hingga pukul 23.21 WIB gempa masih terjadi dengan kekuatan M 5,1.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa kali ini lebih ke timur dibangkian gempa-gempa sebelumnya. Posisinya 8.28 Lintang Selatan san 116,71 Bujur Timur. Seperti gempa-gempa sebelumnya, kali ini pusatnya juga dangkal, hanya sekitar 10 kilometer.
Gempa kali ini, menurut pemodelan BMKG telah menimbulkan tsunami dengan ketinggian sekitar 20 centimeter. Namun, tinggi tsunami ini dianggap tidak signifikan memicu kerusakan sehingga tidak dikeluarkan peringatan dini. Dampak kerusakan lebih dikhawatirkan akibat guncangan yang bisa meribohkan konstruksi bangunan yang telah rusak sebelumnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono meyakini, gempa-gempa yang terjadi hanya susulan dari gempa M 7 pada 5 Agustus 2018 lalu. Sehingga, kecil peluangnya kembali terjadi gempa besar lagi.
Namun, kemunculan gempa M 6,9 kali ini, tren kegempaan ke depan di sekitar Pulau Lombok dan sekitarnya masih sulit diperkirakan. Runtuhan bidang gempa juga berpeluang bergeser semakin ke timur ke arah Flores atau ke barat ke Bali atau bisa juga sudah berakhir untuk siklus kali ini. “Ketidakpastiannya masih sangat tinggi. Kita harus lebih hati-hati,” kata ahli gempa Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano.
Irwan mengingatkan, hingga saat ini gempa bumi tidak bisa diprediksi atau diramalkan kapan dan di mana akan terjadi.–AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 19 Agustus 2018