Selamat Jalan Ekonom Pembangunan

- Editor

Kamis, 15 Maret 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jumat, 9 Maret 2010, merupakan hari berduka bagi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Pada tanggal tersebut,11 tahun yang lalu (9 Maret 2001) FEUI kehilangan begawan ekonomi Prof Soemitro Djojohadikoesomo di usia 84 tahun.

Pada tanggal yang sama FEUI berduka atas berpulangnya salah satu putra terbaik FEUI yaitu Prof Widjojo Nitisastro di usia 85 tahun. Suasana berkabung masih dirasakan tidak hanya di Kampus FEUI,tetapi juga para teman, kerabat, kolega, rekan kerja,dan masyarakat. Prof Widjojo Nitisastro merupakan guru,pembimbing,pemimpin, dan panutan tidak hanya di kalangan ekonom FEUI, tetapi juga bagi sarjana ekonomi dan birokrat di Indonesia. Kekuatan pemikiran, daya analisis, ketelitian, kerendahan hati, kepemimpinan, dan ketenangan dirinya merupakan percikanpercikan sikap sebagai seorang cendekia.

Semasa hidup Prof Widjojo Nitisastro selalu mengajarkan bahwa menjadi seorang intelektual tidak cukup hanya sampai menulis. Dibutuhkan komitmen, keteguhan hati, sikap, integritas, dan keberpihakan untuk selalu mencari solusi atas persoalan ekonomi. Pengalaman in-vivo penulis kepada ekonom pembangunan ini begitu singkat, namun penuh kesan. Rentang zaman dan pengalaman membuat setiap perjumpaan dengan Prof Widjojo Nitisastro selalu penuh dengan kesan mendalam. Tidak hanya beliau sebagai ekonom besar, tetapi terlebih dari itu beliau juga sebagai bapak dan guru bagi FEUI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pertemuan Mengesankan
Open House Idul Fitri, 19 September 2009, di kediaman Prof Widjojo Nitisastro merupakan momen yang tidak terlupakan bagi saya. Kala itu, sebagai dekan baru FEUI,saya diundang ke rumah beliau untuk silaturahmi. Perjumpaan dengan ekonom yang sangat berpengaruh secara intelektual dan peletak kebijakan dasar perencanaan pembangunan membuat perasaan bercampur aduk. Di satu sisi harus tetap bersikap layaknya seorang dekan FEUI, tetapi di sisi lain rasa kagum dan hormat yang begitu dalam tidak dapat menutupi rasa gugup berjumpa pertama kali dengan beliau.

Masuk di rumah Prof Widjojo Nitisastro dan disapa langsung oleh beliau yang pada waktu itu duduk di kursi roda memberikan rasa nyaman yang luar biasa. Sapaan beliau,‘Selamat dating, Pak Dekan…’ meruntuhkan rasa grogi dan gugup yang mendera selama perjalanan menuju rumah beliau.Sosok intelektual dan ekonom dengan kerendahan hati, keramahan, dan kehangatan memberikan kesan kuatnya rasa humanis Prof Widjojo Nitisastro. Pertemuan berikutnya terjadi ketika saya bersama pimpinan Lembaga Demografi (LD-FEUI) berkunjung ke rumah beliau untuk bersilaturahmi. Prof Widjojo Nitisastro merupakan pendiri LDFEUI pada 1964.

Pendirian lembaga ini tidak terlepas dari pemikiran beliau bahwa ekonomi dan demografi tak terpisahkan. Diskusi berlangsung dengan penuh kekeluargaan dan mengejutkan bagi kita adalah daya ingat Prof Widjojo Nitisastro akan peristiwa dan kejadian begitu detil dan tidak terkesan menggurui. Saya teringat pesan Prof Subroto yang menganalogikan Prof Widjojo Nitisastro seperti begawan Abiyasa yang selalu tenang dan tempat mendapatkan nasihat.

Pengaruh Intelektual dan Kelembagaan
Prof Widjojo Nitisastro adalah pendidik yang selalu mendasari analisis berdasar data empiris. Pada 1955 beliau diangkat sebagai direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI yang pada saat itu menggantikan Prof Dr Sumitro Djojohadikusumo. Pada 1964-1968 beliau menjadi dekan FEUI dan memberikan fondasi kehidupan akademis kampus di tengah ketidakstabilan kondisi politik,ekonomi, dan keamanan nasional.

Ruang kerja intelektual dan kaum cendekia tidak dibatasi pada perpustakaan dan laboratorium.Komitmen Prof Widjojo Nitisastro untuk terlibat aktif membantu pemerintah menunjukkan tugas kaum intelektual dan cendekia tidak pada ruang hampa.Implementasi ilmu untuk membuat kondisi bangsa menjadi lebih baik merupakan panggilan pengabdian intelektual yang dibalut dengan integritas keilmuan. Pengaruh akademik Prof Widjojo Nitisastro yang melihat stabilitas sebagai primecausa bagi pembangunan ekonomi terasa sampai sekarang.

Pada akhir Orde Lama perekonomian Indonesia berhadapan dengan persoalan besar yaitu inflasi dan instabilitas. Dua hal ini menjadi perhatian utama Prof Widjojo Nitisastro untuk merumuskan rencana pembangunan selama beliau menjabat sebagai ketua Bappenas yang dijabat pada 1967–1983. Menjinakkan inflasi dan arah pembangunan jangka panjang berbasis pertanian dan industrialisasi bertahap menjadi dasar penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

Struktur demografi dan laju pertumbuhan populasi mendapatkan perhatian khusus bagi Prof Widjojo Nitisastro sebab mayoritas persoalan ekonomi merupakan turunan dari hal ini. Pendekatan multidisiplin dan multisektoral untuk menganalisis dan merumuskan kebijakan ekonomi sangat mewarnai perjalanan sebagai intelektual dan birokrat. Pemikiran Prof Widjojo Nitisastro berada dalam ketegangan menolak ‘free fight liberalism’ dan ‘etatisme’. Perimbangan peran pemerintah dan swasta dalam pembangunan ekonomi merupakan dasar perencanaan pembangunan.

Posisi pandangan yang mengambil jalantengah di antara dua kutub mainstream ideologi dianggap paling sesuai dengan kondisi negara berkembang. Landasan pemikiran Prof Widjojo Nitisastro menegaskan bahwa pemerintah perlu mengambil langkah aktif dan proaktif dalam merumuskan langkah-langkah untuk meningkatkan ekspor, pengendalian jumlah penduduk, inflasi, penciptaan stabilitas, produksi pangan dan pertanian, dan perang melawan korupsi. Tujuan dan arah pembangunan ekonomi nasional adalah mengangkat harkat dan martabat rakyat kecil.

Semasa hidup Prof Widjojo Nitisastro selalu menunjukkan bahwa ide dan gagasan perlu disertai dengan kerja keras untuk mewujudkannya. Berpikir, menulis, dan memutuskan merupakan lingkaran yang bertaut satu dengan yang lain. Seperti manusia biasa,tiada gading yang tak retak.Pelajaran baik pada masa lalu menjadi sumber penyusunan kebijakan ekonomi Indonesia masa depan. Sementara kekurangan pada masa lalu menjadi pembelajaran bagi generasi sekarang dan akan datang untuk memperbaikinya. Selamat jalan Prof Widjojo Nitisastro.

Terima kasih telah menunjukkan nilai hidup sebagai seorang intelektual yang selalu konsisten. Semangat untuk tidak lelah mengabdi dan mencintai Indonesia akan selalu menginspirasi generasi sekarang dan selanjutnya. Selamat jalan ekonom pembangunan.

Firmanzah, DEKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA (FEUI)

SUMBER : SINDO, 15 Maret 2012

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB