Kementerian Pendidikan Nasional mengecek lagi lembar-lembar kertas ujian nasional dari lima sekolah tingkat menengah atas yang seluruh siswanya tidak lulus. “Masih divalidasi, mungkin saja ada kesalahan pemindaian atau kesalahan lain,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Mansyur Ramli kemarin.
Mansyur mengatakan, validasi diharapkan sudah selesai dan hasilnya bisa dipresentasikan dalam pertemuan dengan Komisi X DPR besok. Seusai pertemuan itulah Mansyur berjanji akan mengungkap lebih detail identitas sekolah-sekolah tersebut, yang masing-masing berasal dari DKI Jakarta, Simeulue di Aceh, Jambi, Kian Darat di Maluku, dan Urei Fasel di Papua.
Secara keseluruhan, jumlah sekolah dengan tingkat kelulusan nol persen tahun ini jauh menurun dibanding tahun sebelumnya setelah Kementerian Pendidikan Nasional menggabungkan nilai ujian nasional dengan nilai ujian sekolah. Nilai ujian nasional hanya menyumbang 60 persen komponen kelulusan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada 2010 tercatat ada 267 SMA/MA dengan tingkat kelulusan nol persen, 51 di antaranya sekolah negeri dan 216 sekolah swasta. Metode baru itu juga sukses meningkatkan jumlah kelulusan siswa sebesar 0,18 persen untuk SMA/MA dan 0,31 persen di tingkat SMK.
Tahun ini Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan persentase ketidaklulusan siswa SMA/MA terbesar (5,57 persen), sedangkan Bali menjadi yang terbaik dengan ketidaklulusan 0,04 persen. Adapun DKI Jakarta, secara mengejutkan, berada di urutan ke-14. DKI kalah di antaranya oleh Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten.
Untuk nilai rata-rata akhir (ujian nasional dan sekolah), DKI juga hanya berada di peringkat ke-13 dengan nilai 7,77. Untuk parameter ini, Provinsi Bali juga jawara dengan nilai rata-rata akhir 8,40. “Tahun lalu DKI masuk 10 besar,” kata Mansyur.
Menanggapi peringkat yang melorot itu, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto menyatakan tidak akan mempermasalahkannya. Evaluasi tetap dilakukan, tapi itu sifatnya rutin pasca-ujian nasional. “Bukan lantaran kami tidak masuk sepuluh besar lalu kebakaran jenggot,” katanya. MARTHA RUTH THERTINA | PRIHANDOKO | IRA GUSLINA
Sumber: Koran Tempo, 18 Mei 2011
———–
TAK satu pun jawaban dalam lembar ujian yang dikerjakan Abdul Hamid benar. Akibatnya, murid Madrasah Aliyah Al-Karomah, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, itu dinyatakan tidak lulus.
Dialah satu-satunya siswa perserta ujian nasional di kabupaten di Pulau Madura yang memperoleh nilai nol. Namanya langsung masuk dalam daftar 37 murid di Sumenep yang dinyatakan tidak lulus ujian nasional. “Saya malu sama orang tua,” ujar laki-laki 18 tahun itu kemarin.
Bocah asal Desa Ganding ini mengaku heran kenapa tidak satu pun jawaban ujiannya benar. Padahal ia sudah belajar walau menjelang ujian sempat jatuh sakit. Lantaran sakit, Abdul terpaksa mengikuti ujian susulan mata pelajaran bahasa Indonesia dan sosiologi. “Tapi aneh jawaban saya tetap salah semua,” katanya heran.
Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Ahmad Masuni mengatakan soal yang dikerjakan Abdul Hamid bukan salah semua. Jawaban yang salah total, kata dia, mata pelajaran di luar bahasa Indonesia dan sosiologi.
“Jangan khawatir, nilai siswa belum turun dari provinsi, belum ada kepastian dia lulus atau tidak,” kata Ahmad membesarkan perasaan Abdul Hamid yang gundah.
Pengumuman hasil ujian di Sumenep disambut sorak-sorai mereka yang dinyatakan lulus. Seorang siswi menumpahkan kegembiraannya dengan melepas jilbab dan menggunting rok panjangnya menjadi mini. Belum puas, dia minta temannya menyemprot rambutnya dengan cat warna-warni.
Sehabis itu, siswi tersebut ikut berkonvoi naik sepeda motor menuju pantai Talang Siring, Kecamatan Larangan. Tak ketinggalan siswa yang mengaku belum mengetahui nasibnya. “Saya belum tahu lulus atau tidak. Surat keterangan lulus dikirim ke rumah. Enggak jadi masalah ikut corat-coret,” ujar Miftahul Khoir, salah seorang siswa.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pamekasan Khairul Kalam menyayangkan terjadinya aksi potong rok dan melepas kerudung. Mestinya, kata dia, sekolah mengatur muridnya ketika pengumuman kelulusan. “Jangan dilepas begitu saja. Ini bukti gagalnya sekolah mendidik moral siswa,” katanya.
Data Dinas Pendidikan Pamekasan menyebutkan nilai kelulusan ujian mencapai 99 persen atau lebih baik dibanding 2010, sekitar 98 persen. Dari 9.101 siswa peserta ujian nasional, hanya 37 orang yang tidak lulus. MUSTHOFA BISRI