Sapi Potong, Obat Asma, dan Dampak pada Kesehatan Manusia

- Editor

Jumat, 5 Juni 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tanpa publikasi luas, pejabat Kementerian Pertanian, pekan lalu, mengonfirmasi ada 10 perusahaan penggemukan sapi potong menggunakan obat-obatan berbahaya bagi manusia. Masalah ini serius karena ribuan sapi potong telah mengonsumsi obat-obatan berbahaya ini dan jutaan manusia telah mengonsumsi daging dan jeroan dengan residu obat-obatan berbahaya ini.

Seperti dikutip Tribunnews.com, diduga ada sepuluh perusahaan penggemukan sapi menggunakan obat hewan kelompok agonis beta-2 untuk pakan ternak sapi potong. Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro saat dikonfirmasi mengakui, dari hasil audit reguler yang pemerintah lakukan terhadap perusahaan penggemukan sapi, ditemukan ada yang positif menggunakan obat hewan agonis beta-2.

Berdasarkan temuan Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan pada Maret 2015, perusahaan terduga adalah PT GPDM, PT ISM, PT LAL, PT TUM, PT EI, PT NTF, PT GGLC, PT CMT, PT WMP, dan PT RAI. Perusahaan-perusahaan itu berlokasi di Sumatera Utara, Lampung, Banten, dan Jawa Barat ( http://m.tribunnews.com/nasional/2015/05/29/10-perusahaan-penggemukan-sapi-diduga-pakai-obat-terlarang-dan-berbahaya).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

dcf48a51df8c4d2d8cd9c2bb856725b3Berdasarkan salinan dokumen yang diperoleh Kompas, Senin (1/6), pada 30 November 2011, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan waktu itu, Prabowo Respatiyo Caturroso, telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 30059/HK.340/F/11/2011 tentang Pelarangan Peredaran dan Penggunaan Obat-obat Kelompok Agonis Beta-2 dan Turunannya di Indonesia. Dalam surat edaran itu disebutkan, obat-obat yang termasuk kelompok agonis beta-2 antara lain adalah Clenbuterol, Salbutamol, Salmoterol, Farmoterol, Cimaterol, dan Zilpaterol.

Pelarangan itu didasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasal 50 Ayat (1) dan Pasal 51 Ayat (3). Pasal 50 Ayat (1) yang berbunyi, “Obat hewan yang dibuat dan disediakan dengan maksud untuk diedarkan harus memiliki nomor pendaftaran”. Pasal 51 Ayat (3) berbunyi, “Setiap orang dilarang menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya untuk konsumsi manusia”.

c7e4b563131249e2a5a15b66725c90d4Empat tahun kemudian, ternyata obat-obatan agonis beta-2 tersebut masih dipakai sejumlah perusahaan penggemukan sapi. Hal itu dibuktikan dengan hasil pemonitoran dan surveilans yang dilakukan Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan. Untuk itu, Dirjen Peternakan Syukur Iwantoro meminta klarifikasi 18 perusahaan penggemukan sapi pada 30 April 2015.

Selain pada pakan, pengujian juga dilakukan pada daging dan hati sapi. Hasilnya, daging hati sapi yang diuji juga mengandung residu Salbutamol dan Clenbuterol melebihi kadar yang diharuskan. Artinya, manusia yang mengonsumsi daging dan hati sapi ini juga mengonsumsi Salbutamol dan Clenbuterol.

264d839a1f1a45139b5bfd80ea794cb4Agonis beta-2 adalah kelompok obat-obatan bronchodilator atau pelebar saluran napas bagian dalam pada manusia. Obat-obat ini dipakai untuk melemaskan otot di sekitar saluran napas yang menyempit pada serangan asma atau penyakit paru-paru tersumbat kronis. Disebut agonis beta-2 karena obat-obatan ini mengaktifkan reseptor beta-2 pada otor di sekitar saluran napas. Aktifnya reseptor beta-2 akan melemaskan otot-otot di sekitar saluran napas sehingga napas menjadi lega ( http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=24664).

Nama generik Salbutamol adalah albuterol. Efek samping pada manusia tercatat ada 73 macam. Efek samping itu antara lain percepatan detak jantung serta bergetarnya lengan dan tungkai. Efek samping lainnya adalah rasa sakit di perut dan kantung kemih, kencing berdarah, halusinasi, dan kelemahan tubuh ( http://www.drugs.com/cons/salbutamol.html).

Obat asma untuk anjing dan kucing
Pada hewan, albuterol juga digunakan untuk obat asma, terutama pada anjing dan kucing. Efek samping pada hewan adalah peningkatan detak jantung, gemetar, serta pusing ( http://www.peteducation.com/article.cfm?c=26+1303&;aid=1371).

Clenbuterol berefek samping timbulnya kegelisahan yang dapat berkembang menjadi insomnia atau tidak bisa tidur. Efek samping lainnya adalah kekejangan otot dan hipertrofi atau pembengkakan jantung ( http://www.steroid.com/Clenbuterol.php).

Clenbuterol juga digunakan untuk hewan. Clenbuterol biasanya digunakan untuk obat distokia atau kesulitan melahirkan pada sapi. Clenbuterol melemaskan otot rahim sehingga mempermudah penanganan kesulitan melahirkan, yaitu saat operasi sesar ( http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1680539/).

Obat-obatan ini akan bermanfaat baik apabila digunakan untuk tujuan benar, yaitu penyakit asma dengan dosis dan jangka waktu pemakaian yang tepat. Penggunaannya menjadi masalah jika disalahgunakan untuk menggemukkan sapi potong yang residunya juga dimakan manusia yang tidak menderita asma.

Selain untuk kepentingan medis, baik pada manusia maupun hewan, Salbutamol dan Clenbuterol telah digunakan sejak tahun 1960-an sebagai suplemen untuk menggemukkan sapi potong, babi, dan ayam broiler. Kedua obat itu meningkatkan massa otot dan membuat pemberian pakan lebih efisien.

Namun, pengalaman warga keracunan setelah mengonsumsi daging hati yang mengandung Salbutamol dan Clenbuterol mulai muncul tahun 1990-an awal. Warga menunjukkan gejala keracunan, seperti detak jantung tidak normal, gemetaran, sakit kepala, dan pusing. Laporan keracunan itu muncul di Amerika Serikat, Spanyol, dan Perancis. Dalam kasus di Spanyol tahun 1992, misalnya, dari 113 kasus keracunan yang dilaporkan, separuhnya menunjukkan gejala-gejala tersebut. Hasil penelitian menunjukkan, residu terbanyak terkumpul di paru-paru, hati, dan ginjal sapi ( http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4093185/).

Tahun 1990-an itu pula Komisi Eropa dan Amerika Serikat telah melarang penggunaan Salbutamol dan Clenbuterol untuk penggemuk sapi potong, babi, dan ayam broiler. Indonesia juga telah melarang penggunaannya tahun 2011 walaupun belum efektif di lapangan hingga tahun 2015.

Oleh karena itu, masyarakat perlu berhati-hati mengonsumsi daging dan jerohan, seperti paru-paru atau hati sapi yang populer di Indonesia. Jika Anda mengalami gejala seperti detak jantung tidak normal, gemetaran, sakit kepala, atau pusing setelah mengonsumsi daging, hati, atau paru-paru sapi, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Jangan-jangan Anda keracunan Salbutamol dan Clenbuterol.

SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 5 Juni 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 99 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB