Sang “Datuk” Teruslah Meraung

- Editor

Selasa, 30 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Untuk perayaan Hari Harimau Sedunia yang jatuh hari ini, rapper Tuan Tigabelas menciptakan lagu khusus berjudul “Last Roar”. Melalui lagu, dia hendak menggugah perhatian publik untuk menjaga harimau sumatera dari ancaman kepunahan.

KOMPAS/NIKSON SINAGA–Harimau sumatera bernama Monang mengaum keras di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS), Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, Selasa (14/8/2018). Monang diselamatkan saat kakinya terjerat kawat pemburu di Kabupaten Simalungun.

Kami dibantai di mana-mana. Dijebak perangkap kami kalah. Ditembak mati seakan salah. Dikuliti kami tak berdaya. Jelaskan kenapa hal ini bisa terjadi! Apa kalian manusia tak punya hati? Anak cucumu takkan kenal namaku lagi. Karena kalian bunuh semua jenis kami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan nada rap, Tuan Tigabelas menyanyikan bagian inti lagu (chorus) Last Roar, lagu ciptaannya itu, bersama puluhan penggemarnya, di bawah kerimbunan pohon pinus, Gunung Pancar, Sentul, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019) malam. Suara mereka mendegam, memecah keheningan.

Setengah menit sebelum lagu berakhir, suasana konser berubah drastis. Yang awal penonton asyik berjingkrak-jingkrak, lalu sekejap terdiam.

Emosi mereka dibawa terjun bebas lewat alunan nada pentatonik dari alat musik tiup khas Minangkabau (Sumatera Barat), serunai dan sampelong, yang ikut menjadi bagian dari lagu berdurasi 4 menit dan 2 detik tersebut.

Upi –sapaan dari Tuan Tigabelas- memang berniat memungkasi lagunya dalam duka. “Itu menjadi momen berduka, juga menjadi penghormatan untuk tiap harimau yang gugur,” ujarnya.

Lagu Last Roar menciptakan warna berbeda dalam perayaan Hari Harimau Sedunia yang jatuh pada hari ini, Senin, 29 Juli 2019.

KOMPAS/NIKOLAUS HARBOWO–Upi, sapaan dari Tuan Tigabelas, yang menciptakan lagu Last Roar dalam album “Harimau Soematra”, di Gunung Pancar, Sentul, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019) malam.

Lagu yang lirik demi liriknya mengambil dari sudut pandang harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) itu, ingin membuka mata manusia bahwa yang terjadi selama ini terhadap spesiesnya sangat keji. Baik lewat perburuan liar atau pembalakan yang menghancurkan hutan tempat tinggal mereka.

Dua sub-spesies harimau lainnya, yaitu harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica), telah menjadi korban atas tindakan tak bertanggung jawab tersebut.

Kini, yang tersisa tinggal harimau sumatera di kepulauan Indonesia. Itu pun mereka sudah masuk dalam klasifikasi terancam punah (critically endangered), menurut data Badan Konservasi Alam Dunia (International Union for Conservation/IUCN).

Masih diburu
Ancaman kepunahan harimau sumatera bukan isapan jempol. Di sisa populasi yang kurang dari 600 ekor, mereka menghadapi tantangan serius untuk bisa bertahan hidup dari intaian para pemburunya.

Misalnya saja di Kawasan Suaka Margasatwa (SM) Bukit Rimbang-Bukit Baling, Riau, tim penjaga harimau sumatera (tiger protection unit) dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia masih kerap menemukan jerat seling dan jerat kolong yang terpasang, untuk menangkap harimau.

TIM BKSDA BENGKULU–Tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu mengevakusi seekor harimau sumatera jantan yang terjerat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Rabu (3/7/2019). Setelah menjalani operasi amputasi, harimau tersebut masih diisolasi di Lembaga Konservasi Lembah Hijau Bandar Lampung.

Dalam rentang waktu 2018 hingga Juli 2019, catatan WWF-Indonesia, setidaknya dua harimau terkena jerat di Kawasan SM Bukit Rimbang-Bukit Baling.

Dari kamera jebak (camera trap) yang dipasang WWF-Indonesia, bisa terlihat keduanya berjalan dengan salah satu kaki buntung sebagai imbas dari jerat yang dipasang pemburu.

“Beberapa kali, dua harimau itu masih terlihat survive (bertahan), tetapi dalam kondisi pincang,” tutur Koordinator Pengelolaan Habitat WWF-Indonesia Program Sumatera Tengah, Febri Anggriawan Widodo.

Di tengah upaya menjaga populasi harimau sumatera di Kawasan SM Bukit Rimbang-Bukit Baling, masalah lain muncul. Puluhan kamera jebak yang dipasang untuk memantau pergerakan harimau sumatera, berulangkali hilang.

Dari total 326 kamera yang dipasang di suaka margasatwa seluas 142.000 hektar itu, Febri menyebut, 42 kamera diantaranya terus-menerus hilang dari tempatnya. Dia menduga, pemburu sudah mengetahui 42 titik kamera tersebut.

“Kami ganti, hilang lagi, gitu terus. Kami menduga, bisa jadi orang yang mengambil (kamera jebak) itu ingin melakukan kegiatan ilegal, bisa menjerat atau illegal logging (penebangan liar), agar perbuatannya tak terlihat kamera,” kata Febri.

Dari hati
Di tengah situasi perburuan itu, Abdul Jani (31), salah seorang tim penjaga harimau sumatera di Kawasan SM Bukit Rimbang-Bukit Baling, memiliki cara sendiri bagaimana menghadapi langsung para pemburu. Bukan dengan kekerasan, melainkan bicara dari hati ke hati.

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA–Anggota Kepolisian Daerah Sumatera Barat memperlihatkan kulit harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) dan offset harimau (kulit harimau sumatera yang sudah diawetkan), Selasa (23/4/2019). Kulit dan offset harimau sumatera tersebut disita dari dua tersangka yakni S (39) dan A (43) di Kota Bukittinggi, Jumat (19/4/2019).

“Kami sampaikan bahwasannya (perburuan) itu melanggar dari sisi Undang-Undang. Memperlakukan satwa juga tidak baik dari sisi agama. Jadi, ada cara mengelola konflik yang ada di kala kami bertugas agar tak melukai satu sama lain atau tak pakai kekerasan balik,” ujar Jani, yang juga pernah menjadi pemburu satwa di Kawasan SM Bukit Rimbang-Bukit Baling pada awal 2013.

Jani mempraktikkan hal serupa yang dilakukan seseorang dari tim WWF-Indonesia terhadap dirinya, yang berhasil membuatnya pensiun jadi pemburu. Tak lama, dia memilih bergabung dengan tim konservasi.

KOMPAS/NIKOLAUS HARBOWO–Abdul Jani (31), penjaga harimau sumatera di Kawasan SM Bukit Rimbang-Bukit Baling.

“Saya mulai ikut kegiatan patroli harimau dan mulai mengerti yang dikerjakan kawan-kawan (tim penjaga harimau) ini. Mungkin, kalau dulu saya ditariknya pakai cara kekerasan, saya enggak akan mau dan enggak akan pernah mengerti. Tetapi, pendekatan hati ini berhasil,” kata Jani.

Jani kini memiliki tanggung jawab besar untuk “menggandeng” para pemburu lain agar bisa beralih haluan seperti dirinya. Mereka harus disadarkan bahwa ini bukan sekadar menjaga satwa, tetapi menjaga keseimbangan ekosistem.

Lebih jauh lagi, ini soal menjaga budaya Sumatera. Jangan sampai, raungan sang “datuk” -panggilan untuk harimau di Sumatera- ikut hilang bersamaan dengan dua saudaranya terdahulu. Hingga pada akhirnya, anak cucu kita tak pernah mengenali lagi, seperti apa bentuk raja hutan khas kepulauan Indonesia.

Oleh NIKOLAUS HARBOWO

Sumber: Kompas, 29 Juli 2019
———————————
Dua Harimau Sumatera Kembali ke Habitat

INSAN ALFAJRI–+Dua harimau sumatera dilepasliarkan di hutan Riau, Senin (29/7/2019). Harimau itu sebelumnya dirawat di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya, Sumatera Barat.

Bonita dan Atan Bintan, dua harimau sumatera, dilepasliarkan ke habitatnya. Dua raja hutan ini pernah berkonflik dengan manusia. Selain menyempitnya habitat, jerat merupakan salah satu ancaman bagi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno, Senin (29/7/2019), di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, mengatakan, pihaknya menemukan 1.700 jerat selama tujuh tahun terakhir. Jerat itu tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan pesisir selatan.

Paling berbahaya, ujar Wiratno, adalah jerat sling. Apabila terkena tulang satwa liar, tulang itu harus dipotong. Gajah bernama Erin di Way Kambas, Lampung, juga terkena jerat ini. Belalai gajah betina itu buntung.

Saat ini, lanjutnya, jumlah harimau sumatera berkisar 600 ekor yang tersebar di 23 kantong habitat. Lebih dari 50 persen populasi berada di luar kawasan konservasi. Apabila jerat dan tergerusnya habitat harimau ini tidak ditangani serius, nasibnya akan serupa dengan harimau bali dan harimau jawa yang sudah punah.

”Saya nyatakan perang melawan jerat. Keberhasilan untuk menjaga alam ini butuh upaya kolektif, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta,” katanya.

Ia menjelaskan, Bonita dan Atan Bintan akan dilepaskan di hutan Riau dengan habitat sama. Pakan di hutan itu pun dipastikan tercukupi dan lokasinya jauh dari pemukiman warga dan wilayah industri.

Bonita tiba di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya pada April 2018. Harimau betina berusia delapan tahun ini dievakuasi tim gabungan dari area perkebunan sawit Blok 79 Afdeling IV, Kebun Eboni, PT Tabung Haji Indo Plantations, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. Diduga kuat Bonita sudah menewaskan dua warga di Kabupaten Indragiri Hilir, tepatnya di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran.

INSAN ALFAJRI–Di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya, Sumatera Barat, masih ada satu harimau sumatera yang menjalani rehabilitasi. Namanya Palas. Ia diselamatkan dari Padang Lawas, Sumatera Utara. Sementara empat harimau lain sudah dilepasliarkan.

Sementara Atan Bintang ditemukan terjebak di kolong rumah toko di Pasar Pulau Burung, Kecamatan Pulau Burung, Indragiri Hilir, 15 November 2018. Pada Senin siang, Kompas menyaksikan Atan Bintang dibius tim dokter. Kepala harimau jantan berusia empat tahun itu dibebat dengan handuk.

Manajer Operasional Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya Saruedi Simamora mengemukakan, rehabilitasi secara umum bertujuan agar dua harimau itu tidak berkesimpulan bahwa manusia adalah mangsanya. Tim yang memberikan makan tidak boleh terlalu sering berhadapan dengan si raja hutan itu.

Membantu pemerintah
Pendiri Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya, Hashim Djojohadikusumo, mengutarakan, pusat rehabilitasi yang berada di areal PT Tidar Kencana Agung bertujuan membantu pemerintah dalam mengonservasi satwa liar.

”Melestarikan satwa liar adalah bentuk keimanan. Dengan demikian, kita ikut melestarikan ciptaan Tuhan,” katanya.

Sebelumnya, Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya sudah melepasliarkan dua harimau, yakni Sopi Rantang dan Bujang Ribut. Sementara Leony dan Inung Rio, dua harimau yang juga direhab di kawasan ini, tidak terselamatkan. Leony dan Inung Rio terkena pneumonia.

https://youtu.be/g8_vwbROJ1Yhttps://youtu.be/fAs8S2VBkeg

INSAN ALFAJRI

Editor HAMZIRWAN HAM

Sumber: Kompas, 29 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB