Kebutuhan pendidikan keterampilan abad ke-21 bagi pelajar belum dibarengi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal di lembaga-lembaga pendidikan. Pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi disarankan dikembalikan ke kurikulum.
Hal itu mengemuka dalam ”Diskusi Kelompok Terpimpin: Pembelajaran Coding dalam Menumbuhkan Kecakapan Abad Ke-21 dan Pemikiran Terkomputasi”, Rabu (28/3), di Jakarta.
Pegiat TIK Onno Poerbo mengatakan, selama ini TIK dipelajari secara otodidak oleh masyarakat Indonesia. ”Hasil yang dicapai bervariasi dan tidak terstandar,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada dasarnya, lanjut Onno, pembelajaran TIK tidak sebatas bisa memakai teknologi dan menciptakan aplikasi. Penguasaan teknologi berarti memberikan kedaulatan bagi orang Indonesia agar bisa berpikir kritis, analitis, dan kreatif serta menuangkannya ke dalam karya.
”TIK hendaknya berkembang secara terstruktur di dalam kurikulum agar fondasi yang ditanamkan kuat serta ada capaian terukur,” ucapnya.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Manajer Senior? Program Pembelajaran Eduspec Angelina Andrew memaparkan tentang keterampilan dalam pembelajaran di abad ke-21 di Jakarta, Rabu (28/3/2018)
Kurikulum 2013 menghapus TIK sebagai mata pelajaran dengan alasan dilesapkan ke dalam setiap mata pelajaran. Guru-guru semua mata pelajaran semestinya menguasai TIK sebagai alat bantu mengajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan arahan bahwa guru TIK dapat berkolaborasi dengan mata pelajaran lain, seperti prakarya atau muatan lokal (Kompas, 29 Januari 2018).
Sekretaris Jenderal Komunitas Guru TIK dan Keterampilan Komputer dan Pengolahan Wijaya Kusumah menerangkan, guru TIK tidak memiliki mandat untuk mencampuri urusan guru mata pelajaran lain. ”Guru TIK tak bisa serta-merta memberikan pelatihan kepada guru-guru lain tentang penggunaan komputer,” ujarnya.
Kemampuan TIK mandek
Selain itu, ia juga mengemukakan, guru-guru TIK dialihfungsikan untuk mengajar prakarya atau muatan lokal. Akibatnya, kemampuan TIK mereka tak diperbarui sesuai kebutuhan zaman sekarang. ”Jika disuruh kembali mengajar TIK, harus ada pelatihan untuk memutakhirkan pengetahuan para guru,” kata Wijaya.
Dalam diskusi itu, Manajer Senior Program Pembelajaran Eduspec Angelina Andrew menjelaskan, TIK merupakan peranti keras. Hal pertama yang harus dikembangkan guru ialah pendidikan karakter siswa. Dengan demikian, siswa akan menggunakan kreativitasnya berteknologi untuk hal-hal positif. (DNE)–LARASWATI ARIADNE ANWAR
Sumber: Kompas, 29 Maret 2018