Saatnya Memulihkan Sungai

- Editor

Senin, 6 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menjelang Asian Games, bau busuk Kali Sentiong dan Kali Item di Jakarta jadi sorotan. Pemakaian plasma nanobubble mengurangi bau dan menambah kadar oksigen sungai.

Kalau tak ada momen Asian Games di Jakarta, perhatian pada Kali Item dan Sentiong tak seistimewa sekarang. Sungai yang berada dekat wisma atlet itu berbau busuk sehingga bisa mencoreng citra Indonesia sebagai tuan rumah.

Masalah bau Kali Sentiong juga dikhawatirkan mengganggu para atlet difabel dalam Asian Para Games, 6-13 Oktober nanti. Sebab, atlet Asian Para Games juga akan tinggal di Wisma Atlet Kemayoran. Perhelatan akbar olahraga jadi momen mengangkat kali-kali di Jakarta dan daerah lain jadi bersih dan sehat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bau Kali Sentiong bersumber dari pembusukan sampah rumah tangga dan limbah industri kecil menengah pembuatan tahu. Air miskin oksigen membuat limbah dan sampah organik tak membusuk sempurna.

Sebagian limbah terendap menjadi sedimen lumpur di bawah kolom air. Pemompaan air dari kali itu ke Sungai Sunter dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan pemberian mikroba oleh alumnus Universitas Gadjah Mada.

Sejak sepekan lalu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia turut menangani soal itu. LIPI melalui Balai Pengembangan Instrumentasi di Bandung menurunkan dua plasma nanobubble generator di sungai itu. Plasmananobubble generator itu adalah alat penghasil gelembung plasma ukuran nano.

Gelembung nano berupa ozon dan oksigen diinjeksikan ke kolom air. Tujuannya, ozon bisa mengurai bau dan zat organik, membunuh bakteri patogen, menambah kadar oksigen terlarut, dan menghidupkan bakteri aerob.

Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI Anto Tri Sugiarto, Sabtu (4/8/2018), dihubungi dari Jakarta, mengatakan, testimoni para pekerja saluran air bernada positif. Sejak alat ini dioperasikan, tak ada lagi bau.

Peralatan itu menjalankan subsistem plasma dan subsistem oksigen. Di permukaan air, oxygen concentrator (pengumpul oksigen) menangkap udara dan mengambil unsur oksigen. Di ruang normal udara, oksigen murni (O2) 20 persen, sebagian besar (78 persen) berupa nitrogen, dan sedikit unsur lain.

Oksigen ini diambil dan dikumpulkan oxygen concentrator, sedangkan nitrogen dikembalikan ke udara. ”Unsur nitrogen ini dibuang sehingga kadang ada bunyi cesss. Itu bukan bunyi pengharum ruangan, tetapi nitrogen dikeluarkan,” katanya. Di media sosial, suara itu dikira pengharum ruangan, seperti yang pernah direncanakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta demi menghilangkan bau Kali Sentiong.

Oksigen dalam oxygen concentrator lalu masuk ke plasma generator. Sebagian oksigen diubah jadi ozon (O3). Lalu, udara terdiri unsur O3 (10 persen) dan O2 dialirkan ke nano nozzle. Nanonozzle ini mengirimkan O3 dan O2 sebanyak 10 liter per menit berbentuk partikel nano.

Alat plasma nanobubble memakai dua alat LIPI punya paten, yakni plasma generator dan nanobubble generator. Partikel ini berkontribusi pada 22 meter kubik per jam air. Di skala laboratorium, nano partikel berupa oksigen tahan di air sampai 30 hari.

Uji coba alat ini di area tambak di Lampung menunjukkan kadar oksigen terlarut naik jadi 8 mg/L, agar tambak kian sehat dan produktivitas naik.

Penggunaan plasma nanobubble juga teruji mengurangi bau dan meningkatkan kadar oksigen di Kali Sentiong. Namun, sumber pencemar juga harus dihilangkan agar kali kembali sebagai tempat kehidupan.

Pemantauan mutu sungai oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2017, banyak sekali sungai tercemar berat. Bahkan, kawasan timur Indonesia, yang dianggap masih alami, tercemar berat.

Sebagai contoh, Sungai Way Tomu Way, Batu Merah, Way Apo di Maluku, serta Sungai Maruni di Papua Barat juga tercemar berat. Pencemaran berat itu salah satu indikatornya adalah kadar oksigen terlarut rendah, seperti di Kali Sentiong.

Pencemaran di Kali Sentiong dari limbah rumah tangga dan industri kecil pembuatan tahu- tempe saatnya dihentikan. Caranya, menyediakan instalasi pengolahan air limbah. Perajin tempe, Sarmadi (48), warga RT 012 RW 003 Sunter Jaya, Jakarta, yang buka usaha sejak 1987, mengaku tak tahu limbahnya harus dibuang ke mana.

Pada pabrik tahu, LIPI mempunyai solusi untuk mengubah limbah tahu jadi biogas. Industri kecil yang terbatas pada pendanaan bisa dibantu untuk mendapatkan IPAL komunal.

Pada proyek percontohan LIPI di Desa Giriharja, Sumedang, Jawa Barat, reaktor ditempatkan di lahan seluas 250 hektar. Di lokasi itu, limbah tahu dari sekitar seratus industri mencapai 20 meter kubik dialirkan ke reaktor. Di reaktor tertutup itu terjadi proses anaerob atau miskin oksigen yang mengubah limbah jadi senyawa udara metana (CH4). Metana yang punya indeks emisi berkali lipat dari CO2 dipanen jadi bahan bakar gas.

”Lumayan bisa menghidupi 80-an lebih industri tahu, biogas dari limbah untuk menggoreng tahu. Mereka jadi irit bahan bakar sekaligus soal lingkungan teratasi,” kata Neni Sintawardani, peneliti pada Loka Penelitian Teknologi Bersih.

Solusi penanganan sumber pencemar pada sungai di Jakarta bukan hal baru. Kementerian LHK pernah memiliki proyek percontohan pemulihan Kali Ciliwung pada 2006-2011. Di situ berbagai jenis IPAL biogas limbah tahu, kotoran sapi, limbah padat, dan penyediaan toilet komunal pernah dilakukan.

Selain Sungai Ciliwung, Kali Item, Kali Sentiong, dan Kali Sunter, ada sembilan sungai di Jakarta yang bermasalah. Semuanya butuh sentuhan serius agar pencemarannya teratasi dan kali-kali tak menghitam.–ICHWAN SUSANTO DAN J GALUH BIMANTARA

Sumber: Kompas, 6 Agustus 2018

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB