Sembilan Rumah Sakit Pendidikan Dilibatkan
Penelitian bidang kedokteran selama ini berjalan sporadis. Untuk itu, kegiatan riset tersebut akan diintegrasikan dan dikolaborasikan dengan melibatkan rumah sakit pendidikan dan industri. Selain demi kepentingan ilmu kedokteran, riset yang akan dilakukan juga untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Demikian disampaikan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ratna Sitompul pada jumpa pers di sela-sela pergelaran riset kedokteran, Kamis (4/12), di FKUI, Salemba, Jakarta.
Ratna mengatakan, selama ini sebagian riset kedokteran dilakukan untuk memuaskan keingintahuan peneliti saja. Karena itu, hasil riset kerap tidak menjawab kebutuhan masyarakat. Akibatnya, masyarakat tidak mendapat manfaat langsung hasil penelitian yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, pemanfaatan hasil riset kedokteran oleh pemerintah belum optimal. ”Pagelaran riset saat ini dilakukan agar pemerintah dan industri melek apa yang sudah dan sedang kami lakukan. Jadi, kami tak perlu lagi berusaha menyodorkan hasil riset kepada mereka untuk ditindaklanjuti dalam kebijakan atau diproduksi,” tutur Ratna.
Manajer Riset FKUI Budi Wiweko memaparkan, riset kedokteran yang dilakukan harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Nantinya tim juri akan menilai apakah proposal riset seorang peneliti akan menghasilkan penelitian yang bisa memberi jawaban atas masalah kesehatan masyarakat atau tidak. Apabila hasil penelitian itu bermanfaat bagi masyarakat, dana riset akan diberikan.
Fokus riset
Ada tiga fokus riset FKUI, yakni kanker (payudara, paru, mulut rahim, nasofaring), penyakit infeksi (malaria, tuberkulosis, filariasis, HIV, hepatitis), dan kesehatan reproduksi (preeklamsia, kontrasepsi, kesehatan reproduksi remaja, kelahiran prematur, endometriosis, infertilitas).
Di luar tiga fokus riset itu, ada berbagai bidang penelitian, seperti kedokteran olahraga, neurosains, dan sel punca, yang didukung berbagai pusat riset.
Dalam peta jalan bidang riset FKUI 2014-2019, ada rencana pembangunan Lembaga Riset Kedokteran Indonesia (Indonesian Medical Research Institute/ IMRI). Nantinya, IMRI terdiri atas 11 kluster atau kelompok riset dan dua kluster penunjang riset, sebagai bukti integrasi pendidikan, penelitian, dan layanan kesehatan. Targetnya, IMRI mulai beroperasi pada 2016.
Keberadaan IMRI diharapkan mampu memfasilitasi penemuan kedokteran untuk mengatasi penyakit dengan cara lebih baik dan berkelanjutan.
Lembaga itu juga berfungsi mendukung sistem kesehatan akademik (academic health system/AHS), yang di dalamnya terdapat FKUI bersama sembilan rumah sakit pendidikan. Nantinya, AHS diproyeksikan menjadi kekuatan besar dalam menciptakan layanan kedokteran dan kesehatan paripurna.
Agar tindak lanjut hasil riset lebih terarah, industri dan pemerintah dilibatkan dalam kerja sama riset. Sejumlah program dalam kerja sama itu di antaranya pengembangan vaksin, susu anti oksidan, sel punca untuk cedera medula spinalis, serta pengembangan obat anti virus dan kanker.
Untuk mendukung FKUI sebagai universitas riset, laboratorium Pusat Riset dan Diagnosis (Diagnostic and Research Center/Diarc) telah dibangun.
Direktur Utama RS Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Czeresna Heriawan menyatakan, riset amat dibutuhkan agar layanan kesehatan di RS lebih baik. Karena itu, tenaga medis di RSCM didorong melakukan penelitian berdasarkan apa yang dihadapi selama melayani di RS. Jadi, dokter, misalnya, tak hanya datang ke RS untuk mengobati.
Untuk mendukung penelitian, tahun 2012 RSCM menyediakan Rp 1,7 miliar bagi kegiatan penelitian. Jumlah itu naik menjadi Rp 2 miliar pada 2013. (ADH)
Sumber: Kompas, 5 Desember 2014