Lulusan program magister atau S2 disebut-sebut lebih sulit mendapatkan pekerjaan di Indonesia dibandingkan jenjang pendidikan lain, terutama S1.
Anggapan itu ramai berkembang di media sosial X setelah akun @worksfess mengunggah tangkapan layar yang mempertanyakan alasan lulusan S2 cenderung lebih sulit mendapat kerja, Senin (22/4/2024).
“Sender nemu ini di tiktk wrk! ternyata skrg yg Nganggur bkn cuma lulusan SMA atau es1 aja ya es 2 pun sama bnyk yg msh Nganggur & sulitnya diterima kerja,” tulis pengunggah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menanggapi, beberapa warganet mengatakan, lulusan S2 biasanya melampaui kualifikasi yang dibutuhkan, sehingga perusahaan bingung untuk memberikan gaji yang sesuai.
Lantas, bagaimana tanggapan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker)?
Lowongan untuk lulusan S2 terbatas
Sekretaris Jenderal Kemenaker, Anwar Sanusi mengatakan, penentuan kualifikasi lulusan S2 dalam pekerjaan atau jabatan merupakan otoritas perusahaan.
Namun, pada umumnya, lulusan S2 dibutuhkan untuk pekerjaan atau jabatan yang berkaitan dengan manajemen.
“Sebagaimana kita ketahui ketersediaan pekerjaan atau jabatan di tingkat manajemen ini tidak sebanyak pekerjaan untuk produksi,” ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/4/2024).
Posisi yang terbatas tersebut, menurutnya, menyebabkan lowongan yang dibuka khusus untuk lulusan magister pun terbatas.
Imbasnya, tidak banyak perusahaan yang benar-benar merekrut calon pekerja dengan kualifikasi pendidikan S2.
“Keberadaannya terbatas dan tidak selalu dapat menampung jumlah lulusan S2 yang ada,” terang Anwar.
Sementara itu, pekerjaan-pekerjaan bersifat produksi lebih mengedepankan keterampilan, sehingga tidak memprioritaskan jenjang akademik.
Menilik fenomena ini, Anwar mengungkapkan, jenjang pendidikan S2 sejak awal seharusnya sudah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan manajerial di perusahaan.
Tidak hanya itu, pihaknya juga mendorong lulusan magister untuk lebih aktif menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, alih-alih mencari pekerjaan.
“Perlu mendorong agar lulusan S2 sudah saatnya tidak lagi berorientasi untuk mencari pekerjaan tapi menciptakan pekerjaan,” tuturnya.
Lulusan S2 tanpa pengalaman lebih sulit dapat kerja
Di sisi lain, konsultan karier sekaligus pencetus platform Jurusanku, Ina Liem menyebutkan, lulusan S2 tanpa pengalaman kerja memang cenderung lebih sulit mendapatkan pekerjaan. Tidak hanya di Indonesia, menurut dia, fenomena ketenagakerjaan ini juga terjadi di negara-negara lain.
“S2 tanpa pengalaman kerja, kecuali untuk jadi dosen, peneliti, dan profesi, cenderung sulit cari kerja. Di luar negeri juga sama,” paparnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (19/4/2024).
Di satu sisi, perusahaan biasanya takut harus memberikan gaji dengan standar lebih tinggi, mengingat tingkat pendidikan calon pekerjanya.
Namun, mereka juga khawatir karena tidak ada rekam jejak yang bisa menggambarkan kinerja calon pekerja selama ini.
“Jadi risikonya lebih tinggi bagi perusahaan,” ujar Ina.
Bukan hanya lulusan S2, lulusan sarjana tanpa pengalaman kerja juga cenderung sulit mendapatkan pekerjaan awal.
Oleh karena itu, dia menyarankan, mahasiswa sarjana maupun magister perlu diimbangi dengan pengalaman bekerja, baik di dalam maupun luar kampus.
“Jadi saran saya sih mau S1 atau S2, sambil kuliah, cobalah cari magang, volunteer, atau gabung komunitas. Jangan sekadar kuliah-pulang, kuliah-pulang,” tandasnya.
Diva Lufiana Putri, Rizal Setyo Nugroho
Tim Redaksi
Sumber: Kompas.com – 23/04/2024,