Pusat Riset Gambut Tropis Terus Disiapkan

- Editor

Kamis, 19 April 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menurut rencana, pusat penelitian ini akan dibangun sekretariat dan informasinya di Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini akan tersambung dengan daerah-daerah lain di tingkat tapak yang memiliki pengalaman penelitian maupun memiliki kearifan masyarakat dalam mengelola hutan.

Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masih mematangkan rencana pembangunan Pusat Penelitian Gambut Tropis berskala internasional. Pengalaman jatuh-bangun Indonesia dalam mengelola dan melindungi ekosistem gambut dari alih fungsi dan kebakaran hutan bisa menjadi pelajaran bagi negara lain pemilik gambut.

“Pembangunan tropical peatland research center diharapkan bisa memperkuat kerajasama sekaligus meningkatkan pelaksanaan pengembangan dan inovasi yang bisa dilakukan berbagai pihak, termasuk berbagai lembaga penelitian seperti CIFOR (Pusat Penelitian Kehutanan Internasional) dan ICRAF (Pusat Agroforestri Dunia),” kata Agus Justianto, Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rabu (18/4/2018) di Makassar, Sulawesi Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia menjelaskan, pendirian pusat penelitian gambut tropis di Indonesia merupakan tindaklanjut Global Peatland Initiative (Inisiatif Lahan Gambut Global) di Kongo yang dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Maret 2018. Saat itu, Menteri menegaskan kembali dorongannya untuk bekerjasama selatan-selatan dengan Kongo (Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo).

–Pemetaan Lidar di Sumatera Selatan – Pemandangan kebun sawit yang sangat luas tampak saat melakukan aerial flight/joy flight pemetaan Lidar (berbasis sinar laser) dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Sumatera Selatan, Rabu (19/10/2016). Kompas/Ichwan Susanto

Komitmen menyediakan diri sebagai pusat penelitian pernah diungkapkan Menteri Siti Nurbaya pada forum internasiolal, di sela-sela Konferensi Para Pihak (COP) ke-23 Bonn yang digelar Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC), 15 November 2017 (Kompas, 9 Januari 2018).

Agus Justianto–Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kompas/Ichwan Susanto)

Kongo memiliki hutan tropis terbesar di dunia — 150 juta hektar — sebagian di antaranya berupa gambut. Agus mengatakan Kongo melihat Indonesia memiliki sejarah pengalaman dalam melindungi dan mengelola gambut dari kebakaran dan pembalakan liar yang bisa dipetik pelajaran dan dipraktikkan.

Di Indonesia, penelitian hutan tropis juga didukung keberadaan lembaga riset internasional CIFOR dan ICRAF. Menurut Agus, dua lembaga tersebut menyambut antusias inisiatif KLHK untuk menjadi contoh bagi negara-negara pemilik gambut di seluruh dunia.

Contoh restorasi gambut
Saat dihubungi secara terpisah, Deputi Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut (BRG) Haris Gunawan mengatakan rencana pembangunan pusat penelitian gambut tropis itu terus dimatangkan bersama KLHK. Pihak BRG siap menyediakan contoh-contoh praktik di lapangan yang dilakukan dalam restorasi gambut, termasuk menemukan kearifan lokal masyarakat dalam pengelola gambut.

Ia mengatakan gambut tropis Indonesia memiliki keunikan di tiap daerah. Sebagai contoh, di Kabupaten Meranti, Kepulauan Riau memiliki potensi pengembangan sagu, di Jambi terkenal dengan budidaya pinang dan kopi gambut (liberika) oleh masyarakat, di Sumatera Selatan menjadi habitat kerbau rawa dan purun, di Kalimantan dimanfaatkan menjadi hortikultura, dan di Papua memiliki benteng sosial kuat dalam perlindungan gambut.

“Kami ingin menyuguhkan etalase yang beragam, termasuk jenis intervensi pada gambut dan masyarakatnya,” kata dia. Pihak BRG ingin menunjukkan bahwa pendekatan perlindungan dan pengelolaan gambut agar dilakukan kreatif dengan menyesuaikan keunikan daerah masing-masing.

Kami ingin menyuguhkan etalase yang beragam, termasuk jenis intervensi pada gambut dan masyarakatnya

Pusat penelitian itu diharapkan tak hanya menambilkan hasil-hasil riset secara kaku. Pusat riset itu perlu menampilkan pengalaman masyarakat dalam tata kelola air pada hutan atau lahan gambut maupun fakta pemanfaatan gambut oleh perusahaan hutan tanaman industri dan kelapa sawit.–ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 19 April 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB