Puluhan Juta Jiwa Hidup di Zona Longsor

- Editor

Selasa, 28 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Longsor di sejumlah daerah dan ancamannya kian meningkat seiring perubahan pola musim hujan. Apalagi, 40,9 juta jiwa tinggal di zona longsor. Dibutuhkan komitmen para pihak untuk mengatasi ancaman itu.

Satu bulan ini, selain di tiga kabupaten di Jawa Tengah, longsor juga melanda Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Total korban jiwa di dua daerah 57 orang dan 4 hilang.

Titik longsor di Sangihe ada di 9 kecamatan, meliputi 7 kelurahan dan 5 desa. Batu, pasir, lumpur, dan kayu gelondongan mengubur puluhan rumah warga dan sekolah, memutus jalan serta jembatan. Senin (27/6), warga membersihkan rumah, sebagian tinggal di posko pengungsian karena rumah mereka hancur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Baru kali ini hujan deras pada bulan Juni. Biasanya kemarau sehingga warga sama sekali tidak siap menghadapi banjir bandang dan longsor,” kata Abdon Palenteng (42), korban longsor di Kelurahan Kolongan Akembawi, Tahuna Barat, Sangihe.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sangihe, 647 keluarga atau 2.180 jiwa mengungsi. Total 106 rumah rusak total, 46 rusak berat, 24 rusak sedang, dan 69 unit rusak ringan. Empat jembatan rusak. Ratusan meter jalan putus.

“Sambil menunggu pemulihan, kami akan bangun hunian sementara. Pilihan lain, mencarikan rumah sewa agar pengungsi tak terlalu lama di posko pengungsian,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei saat meninjau lokasi longsor di Sangihe, kemarin.

Di hadapan pengungsi di posko Gereja Imanuel, Willem meminta pemda memastikan kebutuhan pengungsi tercukupi. Untuk membantu memulihkan ekonomi, akan dilakukan program cash for work. Masyarakat yang terlibat membersihkan lingkungan dari material longsor dibayar Rp 50.000 per hari per keluarga hingga akhir tanggap darurat 30 Juni.

Demi mengantisipasi keberulangan longsor, diperlukan pemetaan zona rentan secara detail. “Jika memang risikonya tidak bisa dikelola, pilihan terakhir adalah relokasi,” ujarnya.

Ancaman diyakini belum usai. Deputi Bidang Kesiapsiagaan BNPB Wisnu Wijaya mengatakan, “Kita perlu mewaspadai ancaman longsor akhir tahun nanti saat puncak musim hujan dan La Nina.” (AIK)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Juni 2016, di halaman 14 dengan judul “Puluhan Juta Jiwa Hidup di Zona Longsor”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB