PT di Bawah Kemristek Munculkan Pro-Kontra

- Editor

Jumat, 7 Februari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Beberapa Disiplin Ilmu Bukan untuk Terapan

Rekomendasi Forum Rektor Indonesia agar perguruan tinggi berada di bawah naungan Kementerian Riset dan Teknologi memunculkan pro-kontra. Rekomendasi itu dinilai terlalu terburu-buru.

Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung Iwan Pranoto mengatakan, salah satu misi pendidikan tinggi adalah pendidikan. ”Jika perguruan tinggi di bawah Kemristek, apakah ’pendidikan’ tidak akan dianaktirikan?” kata Iwan, Kamis (6/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelumnya Forum Rektor Indonesia (FRI) dalam Konvensi Kampus X dan Temu Tahunan XVI di Universitas Sebelas Maret pekan lalu merekomendasikan agar perguruan tinggi di bawah naungan Kemristek. Tujuannya agar riset-riset perguruan tinggi lebih terarah dan terintegrasi dengan lembaga riset lainnya.

Menurut Iwan, beberapa disiplin ilmu memang tidak dimaksudkan untuk penerapan langsung, seperti filsafat, matematika murni, atau fisika teoretis. ”Jika mau mengembangkan riset, tak perlu menunggu harus ada di bawah Kemristek,” ujarnya.

Guru Besar Emeritus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Soerjanto Poespowardojo mengatakan, rekomendasi FRI melupakan fungsi penting perguruan tinggi yang bukan sekadar melakukan penelitian, melainkan juga mengembangkan ilmu.

Soerjanto menyayangkan usulan itu berasal dari para rektor yang tergabung dalam FRI. Seharusnya mereka paham betul fungsi PT tidak terutama pada aspek praktis, tetapi terutama teoretis. ”Terjadi distorsi pemahaman tentang ilmu pengetahuan,” ujarnya. Ilmu pengetahuan itu bukan hanya ilmu pengetahuan alam dan teknologi, melainkan juga ilmu pengetahuan sosial, budaya, dan kemanusiaan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, agar mampu menghasilkan riset inovatif, terlebih dahulu harus dikembangkan budaya meneliti di perguruan tinggi. ”Salah satu langkah awal menumbuhkan budaya meneliti adalah dengan mewajibkan mahasiswa dan dosen untuk aktif menghasilkan karya tulis,” ujarnya. Setelah punya budaya meneliti, nanti bisa naik ke budaya kreatif dan inovatif.

Pendapat berbeda disampaikan anggota Komisi X DPR, Dedi Gumelar. Ia menilai usulan forum rektor justru merupakan terobosan baru dalam melihat peran dan posisi PT. Selama ini hasil riset perguruan tinggi tidak dimanfaatkan. Jika bergabung dengan Kemristek, hasil riset PT akan sesuai kebutuhan masyarakat. (LUK/STS)
Sumber: Kompas, 7 Februari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB