Injeksi Uap Lapangan juga disebut Proyek Duri Steamflood Sabtu mendatang (3/3) akan diresmikan Presiden Soeharto. Acara ini menarik, selain menelan biaya besar, merupakan pertanda nyata Indonesia mulai memanfaatkan teknologi canggih secara besar-besaran untuk produksi minyak bumi lanjutan, EOR (=enhanced oil recovery) dengan injeksi uap dan DSF merupakan proyek sejenis terbesar di dunia sekarang ini.
LAPANGAN Duri merupakan salah satu dari 80 lapangan minyak yang dikelola PT Caltex Pasific Indonesia (PT Caltex). Lapangan ini ditemukan pada tahun 1941 dan terletak 120 km barat laut Pekanbaru, Sumatera bagian timur. Namun, produksi komersial lapangan ini baru dilakukan lebih dari 10 tahun kemudian, setelah pipa saluran utama yang menghubungkan lapangan Duri dengan pelabuhan minyak Dumai di Selat Rupat selesai dibangun, bulan Mei 1958.
Puncak produksi lapangan Duri tercapai dalam tahun 1965 sebesar 65.000 barrel/hari. Minyak Duri termasuk minyak berat (23 derajat API) dan amat kental. Karena sulit dipompa ke atas, produksinya berangsur turun sampai kurang dari 40.000 barrel pada, tahun 1970- an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Minyak Duri mempunyai viskositas yang sangat tinggi (120 centipoise pada suhu 36 derajat Celsius). Dari itu, dalam bentuk tetesan-tetesan yang amat kecil, minyak ini terjebak dalam formasi batuan reservoar yang sangat padat dan halus. Hanya sekitar 7,5 persen dari perkiraan seluruh kandungan minyak di lapangan Duri ketika itu (7,1 milyar barrel oil in place) yang dapat diangkat ke permukaan bumi dengan cara pemompaan biasa (primary recovery). Sisanya akan tetap tinggal sebagai kekayaan alam di dalam perut bumi.
Percobaan
Untuk meningkatkan produksi lapangan itu kembali, dalam tahun 1960 dilakukan percobaan dengan injeksi air (waterflood). Hasilnya tidak begitu menggembirakan, sehingga dihentikan tahun 1963 setelah dilangsungkan selama tiga tahun. Dengan injeksi air itu, berhasil ditambang di lokasi percobaan hanya 16 persen dari kandungan minyak.
Terdorong oleh keberhasilan program injeksi uap di Kalifornia, Amerika Serikat, tahun 1967 Caltex mulai menerapkan proses perolehan minyak bumi tahap kedua (secondary recovery) yang dikenal dengan cyclic steaming atau huff-puff. Uap disuntikkan dalam sumur produksi selama beberapa hari untuk memanaskan reservoir. Setelah itu injeksi dihentikan dan sumur ditutup selama beberapa hari. Baru sesudah itu, keran penutup sumur dibuka kembali dan minyak yang sudah dipanaskan dipompa keluar.
Cara ini diulangi kembali jika suhu dalam reservoir mendingin dan produksi minyak mulai menurun lagi. Proses ini hasilnya cukup menggembirakan, namun dianggap belum memadai dan tidak begitu ekonomis untuk proyek berskala besar. Maka di samping huff puff, itu Caltex melakukan uji coba dengan injeksi zat kimia di lokasi seluas satu km persegi. Tetapi penyuntikan zat kimia itu ternyata juga tidak menunjukkan pertambahan hasil yang berarti, sehingga Caltex akhirnya menetapkan injeksi uap sebagai cara utama yang ingin diterapkan untuk mempertahankan produksi di lapangan Duri.
Berdasar hasil uji coba telaah kerekayasaan (engineering study) tampak jelas bahwa dengan injeksi uap bertekanan tinggi secara terus menerus yang meliputi seluruh lapangan Duri, perolehan minyak dapat dinaikkan. Dengan melakukan perangsangan berkala (cyclic steam) perolehan itu diperkirakan akan dapat dinaikkan dari lebih kurang 450 juta barrel menjadi sekitar 2 milyar barrel, lebih kurang 55 persen dari seluruh kandungan minyak di wilayah injeksi uap. Produksi puncak dapat mencapai antara 250.000 sampai lebih dari 300.000 barrel/hari, 16 persen di antaranya digunakan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin pembangkit uap.
Terbesar
Wakil Presiden Produksi dan Pemboran PT Caltex, Ir Anton Wahjosoedibjo mengatakan, menjelang peresmian oleh Presiden Soeharto tanggal 3 Maret yang akan datang, produksi lapangan Duri kini telah mencapai 170.000 barrel/ hari. Proyek Steamflood ini menjadi yang terbesar di dunia dewasa ini, dibandingkan dengan dua proyek sejenis yang dilakukan pertama kali di Kalifornia, AS. Masing-masing di Kern River dengan produksi antara 122.000-123.000 barrel/hari dan di South Belridge, 125.000 barrel/hari.
Sumur minyak di Duri rata-rata dangkal, maksimum 200 meter. Hal ini menghemat penggunaan energi untuk memanaskan minyak di reservoir. Dari itu, jika di AS sekitar sepertiga minyak yang dihasilkan harus dibakar sebagai bahan energi pemanas air untuk menghasilkan uap yang akan disuntikkan ke dalam bumi, di Duri hanya diperlukan seperlima.
Proyek ini memerlukan investasi multi milyar dollar yang akan dilaksanakan dalam beberapa tahap serta meliputi dua-tiga dasawarsa. Tahap pertama meliputi lapisan terdalam 6.100 hektar dan terbagi dalam 12 wilayah pengembangan, dengan luas masing-masing sekitar 600 hektar. Di tiap wilayah terdapat sekumpulan sumur yang jaringannya disusun ber-bentuk persegi enam, mirip sarang lebah. Di tiap titik sudutnya terdapat sumur produksi, sementara pada titik tengahnya terdapat sumur injeksi. Dari itu susunan ini juga disebut pola tujuh titik (seven spot pattern) dan saling berkaitan dengan pola serupa di sekitarnya. Uap. panas yang telah disuntikkan lewat sumur injeksi, memanaskan dan mendorong minyak ke atas sampai dapat keluar lagi dari sumur produksi yang ada di sekitarnya.
Lebih 5000 sumur
Untuk proyek ini akan dibor lebih dari 5.000 buah sumur produksi dengan kedalaman akumulatif mencapai 914 km. Sumur injeksi itu berjarak satu dengan lainnya sekitar 135 meter. Di masing-masing wilayah terdapat sarana pembangkit uap, sistem pemisah minyak, gas dan air, stasiun pengumpul, instalasi penjernihan air, stasiun penguji sumur serta sarana penunjang lainnya. Sampai proyek benar-benar berfungsi nanti direncanakan membangun pipa baja sepanjang 3.219 km , kurang lebih sama dengan jarak dari lapangan Duri sampai Irian Jaya.
Melalui sistem pola tujuh titik, uap akan disuntikkan terus menerus selama enam tahun melalui sumur injeksi, yang sesudahnya disusul dengan suntikan air panas selama 2,5 tahun lagi. Setiap hari, lebih kurang 300 pembangkit uap berkapasitas sedang diperlukan untuk mengolah air menjadi uap untuk disuntikkan ke dalam perut bumi. Pada awal tahun 1990 ini kebutuhan air yang diolah
menjadi uap itu baru sekitar 500.000 barrel/hari, tetapi pada operasi puncak diperkirakan akan mencapai lebih dari satu juta barrel air/hari.
Pembangunan injeksi uap pertama mulai dilakukan tahun 1981 di Area-1 yang meliputi 460 hektar. Kemudian disusul Area-2, 100 hektar. Daerah ini meliputi daerah uji coba injeksi uap pertama yang telah dikembangkan, sehingga mencakup batuan reservoar yang terletak di atas lapisan semula. Wilayah ini telah memasuki tahapan EOR lanjutan sehingga injeksi uap diganti dengan air. Sementara pembangunan sarana Area-3 yang meliputi daerah seluas 620 hektar telah selesai pada bulan Mei 1988. Arena-4, kini sedang dibangun dan meliputi luas 460 hektar, direncanakan selesai pada bulan April yang akan datang.
Area-4
Wakil Presiden Eksplorasi Caltex Ir Suwhyuhadi mengatakan, injeksi uap akan mulai dilakukan di Area-4 pada akhir April yang akan datang. Daerah ini terletak di tengah-tengah proyek DSF dan menjadi tempat upacara peresmian yang akan dilakukan Presiden nanti.
Di Area-3 dan 4 akan dibor 688 sumur baru, 201 di antaranya berupa sumur injeksi uap. Dewasa ini rata-rata 195.000 barrel air sehari sudah diolah menjadi uap untuk disuntikkan di Area-1, Area-2 dan Area-3. Di samping itu, 24.000 barrel air yang turut diproduksikan bersama minyak, disuntikkan kembali di Area-2.
Sejak proyek mulai dilaksanakan pada akhir 1981 hingga Maret 1990, baru dibor 736 sumur baru, di antaranya 193 sumur injeksi uap. Sebuah sumur rata-rata mencapai kedalaman 200 meter dan membutuhkan biaya 3-4 juta dollar, membutuhkan masa pemboran Sekitar 3 hari.
Caltex menyisihkan dana khusus untuk proyek Duri Steamflood itu. Dana ini sebagian dari dana eksplorasi yang disanggupi Ketua Dewan Direksi PT Caltex, Harun Al Rasyid, ketika menandatangani perpanjangan kontrak bagi hasil dengan Pertamina tahun 1983. Dana itu seluruhnya 3,060 milyar dollar AS dan akan digunakan untuk mencari cadangan minyak baru dan melakukan alih keterampilan di daerah perminyakan yang dioperasikan Caltex. Menurut ketentuan, 1,5 milyar dari dana itu dicadangkan khusus untuk Duri Steamflood.
Namun Wakil Presiden Kerekayasaan (Enjiniring) Caltex, Ir Baihaki H. Hakim mengatakan sejak 1981, Duri Steamflood telah menelan 700 juta dollar. Untuk proyek yang sama, Caltex mendanakan 1,1 milyar dollar lagi dan dana yang dikeluarkan untuk DSF itu lebih dari separuh anggaran eksplorasi Caltex setiap tahun.
Landasan
Pimpinan Caltex menilai, hal itu semuanya dilandasi keyakinan di Duri masih tersimpan 4,4 milyar barrel minyak, di antaranya 2,7 milyar barrel masih dapat diproduksikan. Dengan menggunakan sistem injeksi uap, diharapkan 50-70 persen dari cadangan dapat disedot, dibandingkan dengan hanya 7,5 persen jika penambangan dilakukan dengan menggunakan teknologi biasa.
DSF merupakan percontohan. Namun dengan mengandalkan teknologi itu, Caltex masih dapat mengharap untuk menyedot lagi 800 juta barrel minyak dari lapangan tua lain yang dikuasai selama ini. Sehingga meskipun biayanya cukup besar, masih lebih menguntungkan memproduksikan dari lapangan tua itu ketimbang meraba-raba daerah baru yang belum dikenal sama sekali. Sejauh ini, dengan perkiraan cadangan yang masih tertimbun di perut bumi, Duri masih merupakan ladang Caltex terbesar kedua setelah Minas.
Untuk Indonesia; dengan memproduksi 2 milyar barrel dari lapangan Duri diharapkan tambahan pendapatan sekitar 30 milyar dollar AS, jika harga minyak berkisar 17 dollar. Namun tak kurang pentingnya pula sistem injeksi uap semacam itu dapat diterapkan di lapangan-lapangan minyak tua lainnya untuk meningkatkan cadangan minyak bumi pada masa yang akan datang. Di seluruh Indonesia dewasa ini sudah terdapat 14 daerah untuk EOR, namun para kontraktor masih terus meneliti sistem penambangan mana yang paling tepat diterapkan di daerah operasi masing-masing. (mk)
Sumber: Kompas, 25 Februari 1990