Meski vaksin Covid-19 telah memasuki uji klinis tahap ketiga, masyarakat tak boleh lengah dalam menerapkan protokol kesehatan. Hingga kini belum bisa dipastikan waktu vaksin tersebut benar-benar bisa digunakan.
Percepatan dalam pengembangan vaksin yang tiga di antaranya sudah memasuki uji klinis fase ketiga menjadi harapan untuk mengatasi pandemi Covid-19. Sekalipun demikian, vaksin diperkirakan belum tersedia di pasaran hingga tahun depan. Oleh karena itu setiap negara masih harus berjuang untuk mengendalikan wabah agar korban bisa dikurangi.
Dua pengembang vaksin telah menerbitkan hasil uji klinis mereka di jurnal medis The Lancet edisi 20 Juli 2020. Dua vaksin ini masing-masing dikembangkan Universitas Oxford dan produsen obat Inggris-Swedia AstraZeneca, dan satu lagi oleh perusahaan China CanSino Biologics.
Sedangkan informasi vaksin yang dikembangkan patungan perusahaan Jerman BioNTech dan Pfizer dibagi di media berbagi daring sebelum tinjauan sejawat. Sebelumnya, perusahaan Amerika Serikat, Moderna, yang menggunakan teknologi serupa juga telah merilis hasil awal pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam publikasi ini, semua pengembang menyebutkan, vaksin mereka telah menghasilkan respons imun yang kuat dengan efek samping yang kecil. Misalnya, uji coba vaksin yang dikembangkan Universitas Oxford yang melibatkan 1.077 orang menunjukkan injeksi menyebabkan mereka membuat antibodi dan sel-T yang dapat melawan virus corona.
Studi ini menunjukkan 90 persen orang mengembangkan antibodi penawar setelah mendapat satu dosis. Hanya sepuluh orang yang diberi dua dosis dan semuanya menghasilkan antibodi penawar. Temuan ini sangat menjanjikan, tetapi masih terlalu dini untuk mengetahui apakah ini cukup untuk menawarkan perlindungan dan uji coba yang lebih besar sedang berlangsung.
“Pertanyaan kunci yang ingin diketahui semua orang adalah apakah vaksin itu berfungsi, apakah itu menawarkan perlindungan … dan kita sedang menunggu,” kata Andrew Pollard, mewakili tim peneliti Oxford.
Di Indonesia, sebanyak 2.400 vaksin Covid-19 dari perusahaan China, Sinovac, juga telah tiba dan akan mulai diujikan oleh Badan Usaha Milik Negara Bio Farma bekerjasama dengan Universitas Padjajaran-Bandung pada Agustus 2020. “Vaksin ini sudah diuji fase 1 dan 2 di China dan hasilnya baik. Selain di Indonesia, uji klinis fase 3 vaksin ini juga dilakukan di Bangladesh, Turki, Brazil dan Chili.,” kata Neni Nuraini, peneliti vaksin dari Bio Farma.
SAO PAULO STATE GOVERNMENT/HANDOUT VIA REUTERS—Relawan di Sao Paolo Brasil, menerima uji tes vaksin covid-19 yang dikembangkan Sinovac, perusahaan asal China., 21 Juli 2020.
Vaksin Sinovac ini menggunakan formulasi konvensional, yaitu terdiri dari virus yang telah dilemahkan atau tidak aktif secara kimiawi dan pengujian terhadap monyet menunjukkan efektivitasnya dan tidak menghasilkan efek samping. Uji coba pada binatang ini telah dipublikasikan di jurnal Science pada 6 Mei 2020, namun hasil percobaan terhadap manusia di China yang telah dlakukan sejak 16 April, masih belum dipublikasikan di jurnal.
Menurut Neni, sebagai dasar uji klinis fase 3 di Indonesia, Sinovac sudah memberikan hasil uji sebelumnya ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dia menambahkan, jika uji klinis fase 3 vaksin ini aman dan berkhasiat, dan diizinkan BPOM melalui mekanime Emergency Authorization, maka pada kuarter pertama 2021 vaksin ini kemungkinan bisa diproduksi.
Sekalipun keberadaan vaksin Covid-19 sangat ditunggu, menurut Neni, uji klinis fase ke-3 ini tidak bisa dipercepat. “Namun, hasil analisis sementara jika sudah cukup kuat, hasilnya aman dan berkhasiat, bisa disampaikan ke Badan POM, dan jika mendapat izin produsen bisa mulai memproduksi. Uji fase 3 tetap dilanjutkan sampai selesai, termasuk pemantauan efek samping post marketing surveilance,” kata dia.
Kendalikan Wabah
Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Supolo Sudoyo mengatakan, sekalipun semua peneliti dan perusahaan terkemuka berlomba membuat vaksin, namun tidak ada yang bisa memberi kepastian waktu soal hal itu. Termasuk apakah vaksin yang diproduki efektif mengendalikan wabah di Indonesia.
Jika pun vaksin ini terbukti efektif, menurut dia, masih butuh waktu hingga bertahun-tahun sebelum bisa mengendalikan wabah. Untuk mengatasi wabah yang sudah meluas, vaksin harus diberikan kepada sedikitnya 70 persen populasi. Oleh karena itu, upaya mengendalikan wabah melalui pengaturan perilaku tetap sangat penting, apalagi penularan Covid-19 di Indonesia terus membesar.
Kajian terbaru oleh Alexandra Tesyla dari University Medical Center Utrecht, Belanda di jurnal PLoS Medicine pada 21 Juli 2020 menunjukkan, jika orang mencuci tangan secara teratur, mengenakan masker, dan menjaga jarak sosial satu sama lain, hal ini dapat memperlambat penularan Covid-19, sebelum ada vaksin atau oabat-obatan yang efektif.
Para peneliti di luar negeri juga sudah memperingatakan hal serupa. John Bell, guru besar kedokteran dari University of Oxford mengatakan, Covid-19 kemungkinan akan berada di Bumi dalam jangka waktu sangat lama. “Lihatlah betapa banyak kesulitan yang dalam menghilangkan penyakit lain yang sudah ada vaksinnya, misalnya polio. Program pemberantasan polio telah berlangsung selama 15 tahun dan penyakit ini masih belum hilang,” kata dia.
Dia memperingatkan, Covid-19 akan akan datang dan pergi. “Vaksin ini mungkin memiliki efek untuk waktu yang sangat lama, jadi kita harus memiliki siklus vaksinasi berkelanjutan,” kata dia.
Oleh AHMAD ARIF
Editor ICHWAN SUSANTO, MUHAMMAD SAMSUL HADI
Sumber: Kompas, 23 Juli 2020