Banyaknya pesisir yang langsung bersentuhan dengan laut dalam dan faktor suhu laut yang sesuai menjadikan Indonesia sebagai negara paling potensial untuk pengembangan konversi energi termal lautan. Namun, tingginya biaya investasi jadi kendala utama terwujudnya teknologi tersebut.
Kepala Departemen Sistem Mesin Kelautan Universitas Darma Persada, Jakarta, Muswar Muslim pada Seminar Internasional Pengembangan Energi Samudra di Asia Pasifik, di Jakarta, Senin (24/8), menjelaskan, rata-rata suhu permukaan laut di Indonesia sekitar 30 derajat celsius dan suhu laut di kedalaman 500-1.000 meter mencapai 5 derajat celsius. Perbedaan suhu yang konstan ini membuat pesisir Indonesia sangat cocok untuk pemanfaatan konversi energi termal laut (OTEC).
Muswar menjelaskan, cara kerja teknologi OTEC adalah dengan mengubah zat amonia (NH3) jadi uap akibat perbedaan temperatur, yang bisa untuk menggerakkan turbin. Turbin ini menghasilkan listrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Potensi energi OTEC di Indonesia mencapai 222 gigawatt per hari, dari 70 persen garis pantai total 95.000 kilometer. Sebanyak 20 titik telah dipetakan, seperti Aceh, Sumatera Utara, Bali, Nusa Tenggara, Maluku Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Papua.
Kepala divisi Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Agus Sugiyono mengatakan, pengembangan teknologi itu terkendala dana. Sekitar 1980, OTEC diteliti ilmuwan Institut Teknologi Bandung dan Kementerian ESDM. Namun, penelitian tersebut terhenti karena masalah dana.
Umumnya menciptakan sumber energi baru dan terbarukan butuh investasi hingga 8.000 dollar AS per kW. Bandingkan dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 2.000 dollar AS atau pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara yang hanya 1.000 dollar AS per W. Saat ini peneliti BPPT berhasil membuat pembangkit listrik berkapasitas 10 kW dengan energi arus laut.
Ketua Asosiasi Energi Samudra untuk Asia Pasifik Prof Kamaruddin Abdullah mengatakan, Indonesia bisa mencontoh Jepang yang pada 2013 mengembangkan OTEC berdaya 50 kW. Tiongkok membangun OTEC di Pulau Hainan berkapasitas 10 mW dan akan selesai 2017.
Selain OTEC, Indonesia juga memiliki potensi sumber energi dari arus laut, gelombang laut, dan pasang surut laut yang dapat dijadikan sumber energi. “Dari target 23 persen sumber energi baru terbarukan pada bauran energi 2025, kami berharap energi laut menyumbang sekitar 5 persen,” ujar Kamaruddin. (B12)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Agustus 2015, di halaman 14 dengan judul “Potensi OTEC Terkendala Dana Investasi”.