Investasi Bisa Tak Pasti
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memutuskan mengkaji ulang proyek interkoneksi Sumatera-Jawa dengan teknologi tegangan tinggi arus searah atau HVDC lewat bawah laut. Secara teknis, proyek itu dianggap sudah tak sesuai dengan kondisi sekarang.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, wilayah Sumatera jauh lebih membutuhkan listrik daripada Jawa. Selain itu, kajian perencanaan proyek HVDC sudah terlalu lama sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi saat ini.
“Nanti dalam waktu 1-2 bulan akan kami umumkan (hasil kajian terhadap proyek HVDC),” kata Sofyan, Senin (30/5), di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikutip dari laman PLN, proyek HVDC untuk menyalurkan listrik dari sejumlah pembangkit di Sumatera Selatan ke Jawa ataupun dari pembangkit di Jawa ke Sumatera untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera, Jawa, dan Bali. Sistem interkoneksi yang akan dibangun tersebut dirancang untuk menyalurkan daya 3.000 megawatt (MW) dari Sumatera ke Jawa-Bali dan sebaliknya.
Proyek ini diperkirakan memerlukan investasi 2,1 miliar dollar AS. Sebagian sudah ada komitmen pembiayaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Proyek ini sempat hilang dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016-2025. Namun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersikeras agar proyek tersebut dilanjutkan dan masuk dalam RUPTL.
Dihubungi secara terpisah, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, proyek HVDC akan menghasilkan listrik dengan ongkos murah. Hal itu karena proyek ini akan mengalirkan listrik dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang yang ada di Sumatera.
“Rencana pembangunan jaringan kabel bawah laut lintas Sumatera-Jawa sudah lama sekali. Itu komitmen lama antara Indonesia dan Jepang. Pinjaman juga sudah disepakati. Kajian ulang dari konsultan independen juga menghasilkan rekomendasi bahwa proyek tersebut diperlukan untuk menjaga kestabilan pasokan listrik di wilayah Jawa dan Sumatera,” tutur Sudirman.
Proyek HVDC, lanjut Sudirman, akan menunjang proyek PLTU mulut tambang yang sudah dilelang. Proyek tersebut adalah PLTU Sumatera Selatan 8 sebesar 2 x 600 MW, PLTU Sumatera Selatan 9 sebesar 2 x 600 MW, dan PLTU Sumatera Selatan 10 sebesar 1 x 600 MW.
Kepastian investasi
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai janggal soal pengkajian ulang proyek HVDC setelah seluruh persiapan sudah dilangsungkan. Studi kelayakan proyek ini sudah terangkum dalam RUPTL 2011-2021 dan persiapan oleh PLN sudah dilakukan sejak 2013, antara lain pembebasan lahan.
“Apabila dikaji ulang atau kemungkinan dibatalkan, ini akan menimbulkan ketidakpastian investasi. Tentu saja kepercayaan investor terhadap PLN atau kepada pemerintah ikut merosot,” kata Fabby.
Sebelumnya, PLN juga membatalkan lelang PLTU Jawa 5 sebesar 2 x 1.000 MW. Terkait dengan pembatalan lelang PLTU Jawa 5, PLN beralasan, proses lelang tidak memenuhi unsur tata kelola yang baik. (APO)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Mei 2016, di halaman 19 dengan judul “PLN Mengkaji Ulang Proyek”.