Pilih Makanan dengan Cermat

- Editor

Sabtu, 11 April 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tubuh butuh makanan untuk proses metabolisme. Namun, makanan yang kita konsumsi berpotensi tercemar sehingga menimbulkan beragam penyakit, bahkan bisa merenggut nyawa. Karena itu, kesadaran untuk memilih makanan yang sehat menjadi keharusan.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan, dalam situs WHO, menyatakan, saat ini produk makanan didistribusikan lintas negara. Panjangnya perjalanan makanan dari kebun hingga disajikan di atas piring membuat risiko kena cemaran berbahaya tinggi. Itu berlaku tak hanya pada makanan olahan hasil industri, tapi juga makanan tradisional di pasaran.

Kontaminan pada makanan berupa virus, bakteri, jamur, parasit, dan bahan kimia berbahaya. Makanan tak aman menimbulkan lebih dari 200 penyakit, mulai dari diare hingga kanker. Contoh makanan tak aman ialah, daging hewan tak dimasak matang, buah atau sayuran mengandung residu pestisida, ataupun makanan dengan bahan kimia berbahaya.

Sebagai gambaran, berdasarkan Foodborne Disease Burden Epidemiology Reference Group (FERG) 2010 dari WHO, diperkirakan 582 juta kasus muncul dari 22 penyakit yang menyebar melalui makanan (foodborne disease). Sebanyak 351.000 di antaranya berujung kematian. Lebih dari 40 persen pasien penyakit akibat makanan tak aman adalah anak balita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penyebab utama kematian pada penyakit yang menyebar lewat makanan adalah bakteri Salmonella typhi (52.000 kasus), Enteropathogenic escherichia coli (37.000 kasus), dan Norovirus (35.000 kasus). Wilayah Afrika memiliki beban terbesar penyakit yang menyebar lewat makanan, diikuti Asia Tenggara. Karena itu, Hari Kesehatan Dunia tahun ini pada 7 April bertema “Food Safety: From Farm to Plate, Make Food Safe”.

Kondisi di Indonesia
2d85221b88d84f8c8fb87b428f71d7deKepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama memaparkan, ada sekitar 200 kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan per tahun di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia Ari Fahrial Syam mengatakan, di Indonesia, penyakit menyebar lewat makanan paling kerap terjadi ialah diare, demam typhoid (tifus), dan disentri.

Diare akibat bakteri E-coli terkait mutu makanan jelek dan air tercemar. Keracunan makanan umumnya karena bakteri E-coli. “Contohnya, pasien muntah setelah makan hidangan laut yang tak disimpan di suhu rendah sehingga muncul bakteri. Jadi, usahakan konsumsi makanan segar,” kata Ari.

Makanan yang dibiarkan pada suhu kamar lebih dari delapan jam berubah mutunya dan berisiko tercemar. Memanaskan kembali makanan yang lama ada di suhu kamar bisa membunuh bakteri E-coli di dalamnya, namun racun kuman sudah keluar dan ada di makanan.

Bakteri E-coli masuk saluran pencernaan lewat makanan atau minuman. Jika kuman itu bertahan menghadapi asam lambung, maka masuk ke usus dua belas jari, menempel di dinding usus, dan memperbanyak diri. E-coli mengeluarkan racun dan memicu radang dinding usus, dan menyebabkan diare. Penderita berisiko kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga butuh banyak cairan demi mengganti cairan yang keluar.

Penyakit lain yang menyebar lewat makanan ialah demam tifoid karena bakteri Salmonella sp, dengan gejala demam tinggi, muntah, mencret. Jika tak diobati, bisa membahayakan otak. Bakteri itu ada di beragam makanan, termasuk yang mentah. Karena itu, hindari makanan mentah atau cuci dengan air mengalir. Seseorang bisa membawa bakteri Salmonella di ususnya sekaligus terinfeksi.

Menurut Kepala Subdirektorat Penerapan dan Pengawasan Keamanan Pangan Kementerian Pertanian Ita Munardini, cemaran kimia pada produk pertanian masih terjadi akibat pemakaian pestisida tak sesuai aturan. Jika mengonsumsi dalam jangka panjang, itu memicu kanker, penyakit degeneratif, penyakit hati, dan gagal ginjal.

Untuk itu, pengawasan makanan sejak dari hulu hingga hilir jadi keharusan. Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek menyatakan, makanan aman dan sehat ditentukan higienitas sanitasi proses produksi makanan. Di rumah, itu dimulai dari memilih bahan, memasak, hingga menyajikan dengan baik.—–adhitya ramadhan
—————————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 April 2015, di halaman 14 dengan judul “Pilih Makanan dengan Cermat”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 36 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB