BOGOR, KOMPAS — Petani yang tergabung dalam Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia setidaknya memiliki 125 varietas benih padi lokal dan 10 varietas benih jagung. Dua tahun terbentuk, asosiasi berharap pemerintah mendengar dan melibatkan petani dalam kebijakan perbenihan nasional.

”Banyak faktor yang membuat petani tidak mandiri, salah satunya benih. Salah satu tujuan kami, kedaulatan benih,” kata Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa pada ”Ruwatan Benih: Meruwat Kehidupan”, di Bogor, Jumat (22/11). Ratusan anggota dari 42 kabupaten di Jawa berkumpul tiga hari.

Kedaulatan benih strategis karena memandirikan petani. Selain benih, petani terkendala pupuk, pembasmi hama/pestisida, kredit, dan kepemilikan tanah.

Mengutip data ETC Group, Andreas yang juga Guru Besar IPB menyebutkan, di dunia ada 8.000 varietas benih tanaman pangan dihasilkan lembaga penelitian publik, 72.500 varietas dihasilkan perusahaan multinasional, sedangkan 2,1 juta varietas dihasilkan petani kecil. Namun, 90 persen pasar benih dikuasai perusahaan besar dan lembaga penelitian, bukan petani.

”Saya mandiri dengan benih buatan sendiri. Tidak bergantung perusahaan atau siapa pun,” kata Gatot Surono, petani yang juga pemulia benih padi varietas lokal dari Purbalingga, Jawa Tengah. Ia memuliakan 50-an benih padi yang digunakan di lahannya.

Petani lain, Purnomo dari Kebumen, Jawa Tengah, juga mandiri tiga tahun terakhir. Ia punya 76 benih varietas lokal, 22 di antaranya ditanam secara organik di lahannya seluas 3 hektar. Hasilnya, 8-12 ton per hektar, di atas rata-rata hasil padi umumnya 6 ton per hektar.

”Dukung kami petani menyediakan benih padi yang cocok untuk tiap desa. Kami juga siap menyusun program bersama penyuluh pertanian,” kata Purnomo dalam dialog perbenihan yang dihadiri Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro.

Di hadapan petani yang antusias berdialog, Anggoro menyatakan, pemerintah ada kelemahan. Namun, banyak program yang bagus. ”Ada belasan juta petani di Indonesia yang masing-masing punya persoalan dan kemauan. Misalnya, ada yang menolak bantuan benih, ada yang mau,” katanya. Ia pun mengajak asosiasi menjadi bagian dari solusi masalah pertanian. (GSA)