Petani Didorong Berinovasi

- Editor

Senin, 2 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berbagai riset dan inovasi di bidang pertanian terus dipacu untuk mewujudkan ketahanan nasional. Petani pun diminta untuk bisa menguasai teknologi dan menghasilkan berbagai inovasi.

Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko dalam penutupan Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) 2018 di Jakarta, Sabtu (30/6/2018) menyampaikan, budaya bertani masyarakat tradisional perlu diubah menjadi budaya bertani yang berteknologi. “Petani harus bisa berinovasi tetapi tetap menjaga kearifan lokal,” ujarnya.

Sinergi antara lembaga riset, perguruan tinggi, pemerintah, swasta, dan petani juga perlu diperkuat untuk mendukung lahirnya inovasi baru. Pendampingan untuk petani pun terus ditingkatkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko (tengah) memukul lesung sebagai tanda penutupan Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) 2018 di Jakarta, Sabtu (30/6/2018).

Moeldoko menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penganugerahan penghargaan inovasi petani. Penghargaan ini merupakan salah satu kegiatan utama yang diselenggarakan pada ASAFF 2018.
Sebanyak 10 pemenang ditetapkan untuk mendapat penghargaan itu. Kategori inovasi yang diberikan, yaitu inovasi hulu pertanian, inovasi hilir pertanian, inovasi sosial, dan inovator muda.

Adapun penerima penghargaan kategori inovasi hulu pertanian, yaitu Suprayogi (dosen dan peneliti Fakultas Pertanian Universitas Soedirman, Purwokerto) dengan judul inovasi Varietas Padi Unggul Toleran Salin Inbrida Padi Irigasi UNSOED 79 AGRITAN: Solusi untuk Desa Pesisir, serta Nurkila (Asosiasi Petani Pengukur Curah Hujan dari Indramayu, Jawa Barat) dengan judul Petani Tanggap Perubahan Iklim.

Pada kategori inovasi hilir petanian, penghargaan diterima Mahendra Tlapta Sitepu (Sumatera Utara) dengan judul inovasi Pasar Digital Pertanian Terpadu. Untuk kategori inovasi sosial, didapatkan oleh Romanus Meak (Papua) dengan inovasi Sang Guru-Inovator dari Lumpur Asmat: Mengubah Tanah Lumpur menjadi Lahan Kebun Organik. Sementara Arif Budiono (Yogyakarta) dengan inovasi Program Asimilasi Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan melalui Pertanian Inovatif, dan Jamaluddin (Sulawesi Selatan) dengan inovasi Gerakan Cerdas Anak Petani.

Regenerasi petani
Koordinator HKTI Penghargaan Inovasi Petani 2018 Avanti Vontana, yang juga dosen manajemen inovasi Universitas Indonesia mengungkapkan, penghargaan juga diberikan bagi inovator generasi muda. “Ini diharapkan dapat memacu dan merangsang generasi muda untuk mencintai dunia pertanian. Regenerasi petani juga turut didorong,” katanya.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko menyerahkan simbol insentif kepada penerima penghargaan inovasi pertanian.

Ini diharapkan dapat memacu dan merangsang generasi muda untuk mencintai dunia pertanian. Regenerasi petani juga turut didorong.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Penerima penghargaan kategori inovator muda dengan inovasi berjudul B-ponik. Mereka merupakan mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Penerima penghargaan kategori inovator muda, yaitu Vernandi Yusuf Muhammad dan tim. Mereka melakukan inovasi berjudul B-ponik. Inovasi ini memanfaatkan teknologi bluetooth untuk pemantauan dan pengendalian tanaman hidroponik.

“Teknologi ini memakai aplikasi khusus pada smatphone yang terhubung dengan sensor di area hidroponik. Jadi, petani bisa memantau kondisi air dan tanamanan secara sistematis dan terukur lewat smartphone,” kata Vernandi.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Nurkilah

Penerima penghargaan pada katergori inovasi hulu pertanian, Nurkilah, menyebutkan, inovasi karyanya yang digunakan untuk mengukur curah hujan diharapkan bisa membantu mengurangi gagal panen akibat perubahan iklim. Ia memakai alat untuk melihat curah hujan yang terjadi di wilayahnya dan semua perubahan dicatat sehingga pemantauan bisa terukur. Dengan pemantauan ini, petani bisa melihat kapan waktu yang tepat untuk menanam serta memanen.–DEONISIA ARLINTA

Sumber: Kompas, 2 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB