Perkuat Ekonomi Lokal Melalui Pemanfaatan SDA

- Editor

Kamis, 3 September 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Permukiman warga dengan latar belakang kawasan penambangan yang mulai marak kembali di kawasan Pegunungan Kendeng, Desa Kedungwinong, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2019). Mereka mengeksploitasi kawasan karst tersebut untuk bahan baku gamping.

Kompas/P Raditya Mahendra Yasa
26-11-2019

Permukiman warga dengan latar belakang kawasan penambangan yang mulai marak kembali di kawasan Pegunungan Kendeng, Desa Kedungwinong, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2019). Mereka mengeksploitasi kawasan karst tersebut untuk bahan baku gamping. Kompas/P Raditya Mahendra Yasa 26-11-2019

Peningkatan ekonomi masyarakat lokal dan kebijakan pembangunan yang noneksploitatif sudah saatnya dijalankan. Ini agar pembangunan bisa terus berjalan dengan disokong lingkungan yang sehat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO—Warga mengangkut dedaunan pakan kambing melintasi persawahan di Kampung Ciharashas, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Rabu (22/7/2020). Selain menjadi lahan pertanian warga, kawasan persawahan yang masih tersisa dan cukup luas di perkotaan ini juga mulai menjadi lokasi agrowisata.

Kesalahan model pembangunan yang berbasis eksploitasi alam dinilai menjadi penyebab kerusakan lingkungan hingga munculnya Covid-19. Perubahan model pembangunan mutlak diperlukan. Salah satu yang perlu didorong adalah dengan meningkatkan ekonomi lokal melalui pemanfaatan sumber daya alam yang bijak.

Hal tersebut disampaikan pakar etika lingkungan hidup, Sonny Keraf, dalam webinar bertajuk ”Ekonomi Lestari Jalan Terus: Strategi Bertahan dan Pulih di Masa Pandemi”. Webinar diselenggarkan oleh Asosiasi Pemerintah kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Rabu (2/9/2020).

Sonny mengatakan, permasalahan yang tengah dihadapi saat ini, seperti perubahan iklim, merupakan bencana lingkungan yang disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak ramah terhadap alam. Sementara Covid-19 disebut terjadi karena kerusakan ekosistem dan lingkungan sehingga mengganggu seluruh tatanan kehidupan.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA—Permukiman warga dengan latar belakang kawasan penambangan yang mulai marak kembali di kawasan Pegunungan Kendeng, Desa Kedungwinong, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2019). Mereka mengeksploitasi kawasan karst tersebut untuk bahan baku gamping.

Berdasarkan data Global Risk Report 2020, kerusakan lingkungan juga menjadi ancaman terbesar bagi perekonomian dunia. Kerusakan lingkungan itu termasuk hilangnya ekosistem, seperti hutan alam, gambut, dan mangrove.

Sonny menilai kesalahan model pembangunan yang berbasis eksploitasi alam menjadi penyebab kerusakan lingkungan hingga munculnya Covid-19. Model pembangunan ini hanya mengejar pertumbuhan ekonomi skala mikro ataupun makro tanpa memperhatikan keberlanjutan atau kelestarian lingkungan.

Ia pun menegaskan, peran kepala daerah di tingkat kabupaten/kota sangat penting dalam mengubah model pembangunan dan menciptakan ekonomi lestari. Salah satu yang perlu didorong adalah dengan meningkatkan ekonomi lokal melalui pemanfaaatan sumber daya alam yang bijak dan dikelola masyarakat setempat.

”Intinya adalah pemenuhan kebutuhan pokok daerah dengan mendayagunakan seluruh potensi sumber daya alam, termasuk sumber daya manusia, di daerah. Jika mereka tidak memiliki teknologi tepat guna, kita perlu carikan teknologi yang cocok untuk mengolah potensi lokal,” ujar Sonny yang juga pernah menjabat Menteri Negara Lingkungan Hidup 1999-2001.

Analisis Penelitian Iklim World Resources Institute (WRI) Indonesia, Cyntia Maharani, menuturkan, tata kelola yang adaptif dan berkesinambungan antara pemerintah daerah dan pusat harus lebih dikuatkan guna menghasilkan model pembangunan yang berkelanjutan dan tangguh terhadap bencana.

KOMPAS/KOMPAS/DEFRI WERDIONO—Selain porang, tanaman umbi lain yang juga tengah dikembangkan oleh Balai Penelitian Aneka Tanaman Kacang dan Umbi (Balitkabi) adalah gembili, uwi, ganyong, dan pala pendem lainnya yang memiliki potensi tepung besar. Terlihat beberapa umbi talas di Balitkabi, Malang, Jawa Timur, Rabu (12/8/2020).

Saat ini sudah terdapat berbagai macam inisiatif lokal yang dilakukan pemda untuk mencapai tata kelola yang adaptif, salah satunya lewat forum kelompok kerja berbasis lanskap. Forum tersebut melibatkan masyarakat lokal atau adat hingga pihak swasta untuk menetapkan model pembangunan yang tepat di daerahnya masing-masing.

Sektor swasta
Direktur Eksekutif Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) Indah Budiani mengungkapkan, pandemi Covid-19 mengubah cara pandang sektor swasta. Mereka kini mulai memperhatikan keberlanjutan lingkungan di tengah tantangan meningkatkan nilai ekonomi selama pandemi.

Upaya mendorong sektor swasta untuk tetap memperhatikan lingkungan juga terus dilakukan IBCSD bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Salah satu yang dilakukan adalah mendorong perusahaan pertambangan melakukan konservasi di wilayah konsensinya. IBSCD juga membantu perusahaan dalam membuat analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).

KOMPAS/ FERGANATA INDRA RIATMOKO—Pengunjung berbelanja sayuran di Pasar Ngatpaingan di Dusun Dangean, Desa Gedangan, Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (29/9/2019). Dalam kegiatan yang digelar setiap 40 hari itu, warga setempat menjual berbagai makanan tradisional yang bahannya diperoleh dari lahan pertanian setempat. Selain untuk mempromosikan potensi bahan pangan lokal, kegiatan ini juga untuk mengembangkan potensi wisata desa setempat.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Subdirektorat Perencanaan Ekonomi Makro Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Firman Hidayat menyatakan, sejumlah fokus pembangunan yang ditetapkan pemerintah pada 2021 adalah percepatan pemulihan industri, pariwisata, investasi, reformasi sistem kesehatan nasional, reformasi sistem perlindungan sosial, dan reformasi sistem ketahanan bencana.

”Covid-19 menjadi momentum untuk mengoreksi model pembangunan yang mungkin selama ini memiliki kerentanan, terutama di sisi lingkungan. Pemerintah telah mempertimbangkan bagaimana model pembangunan ke depan juga bisa berdampak positif pada lingkungan,” ujarnya.

Oleh PRADIPTA PANDU

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 2 September 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB